04 Maret 2012

Pertobatan Dimulai dari Tekad didalam Hati

Tiga pokok dalam pertobatan

Selama periode Semi-Gugur, pada saat Dinasti Zhou (800-400 SM),
banyak orang terkenal yang dapat meramalkan masa depan seseorang
hanya dengan memperhatikan kata-kata dan tingkah laku orang tersebut.
Umumnya masa depan seseorang, baik maupun buruk,
dimulai dengan keadaan hati (pikiran),
yang kemudian ditunjukkan  dalam bentuk tingkah laku.

Jika kelihatannya ramah dan tulus dan tingkah lakunya baik,
maka akan menerima masa depan yang luar biasa.
Tetapi, orang yang kasar dan berbuat tanpa mempertimbangkan orang lain
biasanya mengundang masalah,
jadi tidak ada misteri dalam hal ini, hati kita dihubungkan dengan surga.

Jika seseorang sudah diambang masalah,
hal tersebut dapat juga dilihat dari perbuatannya yang tidak wajar.
Jika ingin mempunyai nasib yang baik dan bukan banyak masalah,
hal pertama yang harus dilakukan adalah bertobat,
kemudian banyak-banyak berbuat baik.

Ada tiga cara untuk bertobat.

Yang pertama,
adalah dengan kesadaran dan rasa malu.
Jika kita merenungkan kembali tentang orang-orang suci pada zaman dahulu,
mereka juga adalah manusia
tetapi ajaran mereka tetap terjaga selama ribuan tahun.
Sementara kita hanya terlibat dalam kesenangan, ketenaran dan kekayaan,
dan tidak mempunyai disiplin dalam tingkah laku.
Kita melakukan hal-hal yang memalukan di belakang orang lain,
berpikir bahwa tidak akan ada orang yang melihatnya.
Secara perlahan-lahan, menjadi binatang yang mengenakan baju manusia.
Tingkah laku ini sunggu memalukan.

Mencius pernah berkata bahwa kesadaran dan rasa malu
adalah kunci untuk mencapai kesempatan.
Jika tidak mempunyai kesadaran dan rasa malu,
maka orang tersebut hanya seperti binatang,
sehingga langkah pertama untuk bertobat
adalah dimulai dengan kesadaran
dan itulah yang membedakan manusia dengan binatang.


Yang kedua,
adalah dengan mempunyai rasa hormat.
Ini meliputi rasa hormat terhadap semua yang di surga dan alam kehidupan yang lain.
Kita tidak dapat menipu mereka.
Jika kita berbuat kesalahan yang kecil sekalipun,
semua makhluk di surga dan alam kehidupan yang lain akan mengetahuinya
dan jika kita berbuat kesalahan yang besar,
surga pasti akan memberikan hukumannya.
Walaupun kita berada dalam kamar yang gelap sekalipun,
setiap pemikiran kita diketahui oleh surga.
Walaupun kita mencoba untuk menyembunyikannya,
tetapi sia-sia karena jiwa manusia berkomunikasi dengan penciptanya.

Selama masih bernafas, kita masih dapat bertobat,
dalam kesalahan yang seberat apapun,
banyak sekali catatan tentang orang-orang yang seumur hidupnya selalu berbuat jahat,
tetapi menjelang kematiannya,
mereka tiba-tiba tersadar dan bertobat,
dan akhirnya meninggal dengan damai.

Sang Buddha pernah berkata,
"Begitu Anda menurunkan pisau jagalmu, Anda dapat menjadi Buddha".

Jadi, tidak perduli berapapun jumlah kesalahan, besar maupun kecil,
yang paling penting adalah berubah dan bertobat.


Yang ketiga,
adalah dengan memiliki keberanian dan determinasi.
Sering seseorang tidak mampu untuk berubah
karena tidak cukup mempunyai keberanian dan determinasi
untuk menghentikan tingkah laku yang salah dan memperbaiki kesalahan;
kita harus menganggap sebuah kesalahan kecil sekalipun
seperti seiris bambu yang menusuk ke dalam kulit dan daging
yang perlu untuk segera dikeluarkan.

Dan jika merupakan kesalahan yang besar,
haruslah dianggap sebagai gigitan oleh ular berbisa,
sehingga jaripun harus segera dipotong tanpa keragu-raguan.

Jika kita dapat mengikuti ketiga cara ini,
maka pertobatan akan menjadi mudah seperti es yang mencair pada musim semi.


Sumber:
Buku Empat Pelajaran dari Liao Fan - Kebajikan
Kunci Untuk Merubah Nasib
Hal.25-27