19 Oktober 2012

Seorang Istri Yang Menggendong Suaminya Mengajar Selama 17 Tahun

Di kampung Nancao, Provinsi Henan, China, 

ada seorang Guru yang bernama Du Chanyun. 

Seorang Istri yang berjuang membantu Suami-nya seorang Guru yang lumpuh 

dengan cara menggendongnya menuju tempat mengajar selama lebih dari 17 tahun.


Istrinya, Li Zhengjie merasakan isi hati sang Suami.
Untuk menentramkannya, Li mengatakan,

"Kamu jangan kuatir, kamu tidak bisa jalan, 
sampai panggung pun saya akan menggendongmu,"



Di bawah bantuan Istri, dalam 17 tahun,
hari demi hari, tidak terhalangi oleh angin hujan, tidak pernah bolos satu kali pun.

* * * * * 


Menurut laporan dari website Dahe,
pada Tahun 1981 ketika Du Chanyun lulus SMA pada umur 19 tahun,
Dia lantas menjadi seorang Guru SD di kampung Dakou kota Liushan,
tempatnya di pedalaman Pegunungan Tuniu,
dia menjadi tumpuan harapan dari 500 Kepala Keluarga yang tersebar di kampung Dakou.
Selama sepuluh tahun, setiap bulannya dia hanya memperoleh gaji Guru
sebesar RB. 6.5 ( Kira-kira Rp. 7.000,- ).


Suatu hari di Tahun 1990, bencana datang menimpanya.
Musim Panas tahun itu, hujan badai membasahi ruangan kelas sekolahnya.
Ketika liburan musim panas,
Orang-orang di kampung itu mengumpulkan uang memperbaiki sekolah,
Du Chanyun begitu bersemangat bekerja,
walau pun kehujanan dia tetap kerja memindahkan batu
tanpa memikirkan seluruh badannya yang basah kuyup.
Akhirnya pada suatu hari, dia jatuh sakit, sakit berat karena kehujanan dan capek.

Sayangnya,
setelah sembuh ia mendapatkan tubuhnya dia sudah tidak mampu dibuat berdiri lagi.
Tubuh sisi kirinya tidak dapat digerakkan.
Meski begitu, ia khawatir mengajar akan menjadi sebuah rnimpi yang jauh baginya.

Istrinya, Li Zhengjie merasakan isi hati sang Suami.
Untuk menentramkannya, Li mengatakan,

"Kamu jangan kuatir, kamu tidak bisa jalan,
sampai panggung pun saya akan menggendongmu,"

demikian ujar wanita dari karnpung yang buta huruf ini.

* * *


Menggunakan tubuhnya menopang Suami

Istrinya yang seorang penduduk di kampung yang buta huruf,
akhirnya memikul tanggung jawab untuk menggendong suaminya yang menjadi guru,
dari rumah sampai sekolah setiap hari yang jaraknya 6 mil.

Sejak 1 September 1990,
setiap harinya Li Zhengjie bangun menanak nasi, membangunkan 4 anggota keluarganya,
setelah makan rnenggendong suaminya berangkat mengajar.


Di sekolah, Li menempatkan suaminya di kursi
lalu menitip pesan ke beberapa murid yang agak besar lantas bergesa-gesa pulang.
Maklum, di rumah masih ada sawah yang menunggunya untuk dikerjakan.

Sejak memikul tanggung jawab mengendong suaminya,
dua hal yang paling dia takuti adalah musim panas dan musim dingin.

Rumah Du Chanyun berada pada Barat Selatan sekolah,
walaupun jarak dari rumahnya ke sekolah hanya 3 mil,
namun tidak ada jalan lain, selain dari jalan tikus,
dengan batu-batuan yang berserakan, ranting-ranting pohon, sungai kecil.

* * *


Hampir Terpeleset ke Sungai


Pada suatu hari di musim panas, saat itu, baru saja turun hujan lebat.
Li Zhengjie seperti hari biasa menggendong suarninya berangkat.
Air sungai saat itu melimpah menutup batas injakkan kakinya.
Li Zhengjie sudah hati-hati meraba-raba batu pijakan, namun tidak disangka ia tergelincir.
Arus sungai yang deras menghanyutkan mereka sampai 10 meter lebih.

Untung tertahan oleh ranting pohon yang melintang di hulu sungai.
Setelah lebih kurang setengah jam,
Ayahnya yang merasa khawatir akhirnya datang mencari.
Mereka berdua pun ditarik, baru anak dan menantunya berhasil diselamatkan.
Li lolos dari ancaman maut.


Dalam beberapa tahun ini, Li Zhengjie terus menggendong suaminya.
Li Zhengjie telah berjuang membantu suaminya siang dan malam.
la bekerja keras dan capek.
Sang suami, melihat dengan jelas perjuangan istrinya itu, Hati Du Chanyun merasa iba.

Pada tahun 1993, la tak ingin sang istri menderita.
Untuk mencapai tujuan ini, dia mengubah karakternya,
sengaja ia rnencari gara-gara untuk bertengkar Du Chanyun, mulai memakinya.
Tentu saja Li Zhengjie merasa tertekan.
Setelah 2 kali ribut besar, mereka sungguh-sungguh akan bercerai.
Di hari perceraian yang ditunggu,

Li Zhengjie menggendong Suami-nya naik sepeda.
Ia sangat berhati-hati mendorong Suami-nya ke Kelurahan setempat.
Semua orang sangat mengenal sepasang suami-istri yang dikenal akrab ini.
Begitu melihat tampang keduanya, semua orang makin gembira.

"Saya tidak pernah melihat wanita menggendong Suami-nya ke Lurah minta cerai,
kalian pulang saja," ujar Pihak Kelurahan.


Setelah keributan minta perceraian tenang kembali,
Li Zhengjie hanya mengucapkan sepatah kata pada suaminya.

"Walaupun nanti kamu tidak bisa bangun lagi,  
saya juga akan menggendong kamu sampai tua."


* * *


Tidak Pernah Sekalipun Bolos Mengajar


Kondisi di sekolah tempat Du Chanyun mengajar sangat parah.
Meski demikian, kedua pasang Suami Istri bisa memberikan pendidikan yang baik buat Anak-anak.
Di sekolah itu, pendidikan sangat kurang baik.
Tidak ada alat musik dan tidak ada poliklinik.

Namun Du Guangyun menggunakan daun membuat irama musik buat anak-anak.
Li Zhengjie naik ke gunung mencari obat ramuan,
pada musim panas dia memasak obat pendingin buat anak-anak,
pada musim dingin memasak obat anti flu buat anak-anak.

Di bawah bantuan istri, dalam 17 tahun,
hari demi hari, tidak terhalangi oleh angin hujan, tidak pernah bolos satu kali pun.

Suatu hal yang menggembirakan,
data yang terkumpul dari Kepala Sekolah tentang hasil ujian negeri bulan April,
Tingkat Siswa yang lulus dari Sekolah SD tersebut mencapai 100 %.

Tahun lalu ketika ujian masuk Perguruan Tinggi,
ada 4 Orang Siswa yang dulu pernah diajari dia masuk ke Perguruan Tinggi,
Tahun ini ada 4 lagi yang lulus masuk masuk spesialis.

Kini, setiap Hari Raya Imlek,
Murid-murid-nya sengaja pulang ke kampung menjenguk Bapak dan Ibu Guru-nya,
masalah tersebut menjadi peristiwa yang sangat menggembirakan
bagi sepasang Suami Istri Guru ini.


Sumber:
http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.com/2011/11/seorang-istri-yang-menggendong-suaminya.html#.UIClo650ORI