26 Maret 2012

Kembaran Ajahn Chah

Kadang-kadang orang begitu ingin ditunjuki sihir oleh guru saya, Ajahn Chah.
Begitu besar keinginan mereka karena mereka adalah siswa-siswanya.
Kadang-kadang, jika Anda menjadi siswa biksu lain,
mereka akan mengatakan,
"Lihat biksu-biksu ini, mereka sebenarnya bisa melayang!"

Ada kisah mengenai Ajahn Wen,
ia menjadi biksu kondang gara-gara seorang pilot pesawat tempur
di Angkatan Udara Thai melihatnya di ketinggian 30.000 kaki,
sedang duduk di awan!

Nah, mereka akan berpikir,
"Ajahn Chah, apa yang telah ia perbuat?
Aku berharap bisa melihatnya di langit sana,
karena aku ini siswanya.
Itu akan memberiku lebih banyak kredibilitas."


Apa yang terjadi pada Ajahn Chah dalam kisah ini sangat tipikal.
Suatu hari, ketika ia hendak memberikan ceramah pada hari raya
pada masa-masa awal wiharanya,
umat-umatnya yang setia mengemudikan mobil
untuk mendengar ceramahnya.

Ketika mereka hampir sampai ke wihara, karena hujan deras dan jalan berlumpur,
mereka terjebak dalam kubangan lumpur.
Tidak tahu harus berbuat apa, dalam hujan,
melalui kaca jendela mobil,
mereka melihat soerang biksu muncul dari hutan dan… itu Ajahn Chah!

Ajahn Chah sendiri mendorong mobil mereka keluar dari lumpur!
Sungguh biksu yang rendah hati,
tidak segan ikut jadi kotor dan basah, dan bisa membantu orang.
Tak peduli apakah Anda biksu besar atau apa pun,
jika Anda bisa mendorong mobil yang terjebak dalam lumpur,
jadi basah kuyup dan kotor, itulah biksu sejati.
Mereka sangat terkesan akan welas asih biksu
yang tak keberatan menjadi basah dan kotor ini.

Tinggal beberapa ratus meter sebelum mereka sampai di balairung,
tempat akan dilangsungkan ceramah itu.
Dan mereka melihat Ajahn Chah duduk disana,
benar-benar kering,  tak sepercik pun lumpur di bajunya,
dan mereka berpikir,

"Wow, Ajahn Chah sudah meninggalkan tubuhnya,
membuat tubuh kembar seperti di film-film,
lalu mendorong mobil kami karena welas asihnya,
dan tidak hanya itu, biksu ini punya kesaktian
dan kami sudah menyaksikannya! Horeeee!"


Kisah itu beredar dari mulut ke mulut hingga hari ini,
bahkan meski orang yang mendorong mobil itu adalah Ajahn Paitu,
sepupu Ajahn Chah yang wajahnya serupa,
namun saat itu masih seorang samanera (bakal biksu).
Ia berkata,
"Bukan, itu bukan Ajahn Chah. Itu saya."

Namun entah berapa kali ia mengatakan itu,
orang-orang masih tidak percaya. Mereka berkata,
"Bukan! Itu kesaktian Ajahn Chah",
sebab mereka begitu ingin mempercayai hal itu.

Itulah masalahnya pula dengan penilaian dan penghakiman.
Tak peduli berapa kali orang hendak mencela dan mengkritik kita,
jika kita bersikeras ingin membawa terus bahan goni itu,
bahkan meski kita melihat ada emas tergeletak di jalan,
kita tidak akan membuang goni dan membawa emas
- yang jelas jauh lebih berharga dan layak dibawa,
hanya karena kita ingin mempercayai.

Dan mengapa mereka ingin mempercayai itu ?
Sebab mereka adalah murid biksu tertentu itu.
Itu adalah ego mereka yang terlibat,
yang masuk ke dalam kepentingan, kebanggaan mereka,
yang mempercayai bahwa guru mereka memiliki kesaktian.


Sumber:
Buku Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2
Oleh Ajahn Brahm
Awareness Publication
Hal.185-186