Cari Blog Ini

28 Agustus 2010

Dhamma - Kalyana Mitta

A. Bagaimana pandangan Sang Buddha dalam hal ini  ? 

B. Teman Baik seperti apa yang harus Kita miliki ? 

C. Apa keuntungan memiliki Sahabat Baik ? 

D. Adakah contoh kisah Manfaat memiliki Teman Baik yang terjadi di Zaman Sang Buddha kala itu ?  

E. Mengapa Kita harus memiliki Sahabat Baik ?

* * * * *


Kemudian Sang Buddha membabarkan Syair berikut ini :

“Bertemu dengan Para Ariya adalah Baik, 

tinggal bersama Mereka merupakan suatu Kebahagiaan.


Siapa yang tinggal bersama Orang Bijaksana akan berbahagia, 

sama seperti Sanak Keluarga yang kumpul bersama. 


Karena itu,  

Ikuti-lah Orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh, dan mulia;  

hendak-lah engkau selalu dekat dengan Orang yang bajik dan pandai seperti itu,  

bagaikan Bulan mengikuti peredaran Bintang.”

* * * * *



Teman Baik 
adalah salah satu harta yang paling berharga 
dan tidak dapat dinilai dengan materi apapun di Dunia ini. 

Umumnya Seseorang memiliki beberapa Teman Baik
dimana Mereka dapat berbagi bersama dalam suka dan duka.

Mereka adalah tempat Kita pergi saat Kita dalam kondisi yang sulit,
tempat pernaungan dan perlindungan dalam kondisi kesengsaraan Kita saat itu.


Sahabat Baik 
adalah harta terbaik yang Kita miliki selain Keluarga. 


Bagaimana pandangan Sang Buddha dalam hal ini  ?

Teman Baik seperti apa yang harus Kita miliki ?
Apa keuntungan memiliki Sahabat Baik ?
Adakah contoh kisah Manfaat memiliki Teman Baik yang terjadi di Zaman Sang Buddha kala itu ? Mengapa Kita harus memiliki Sahabat Baik ?
* * *


"Seandainya Seseorang bertemu Orang Bijaksana
yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahan-nya, 

seperti Orang menunjukkan harta karun,
hendaklah Ia bergaul dengan Orang Bijaksana itu.
Sungguh baik dan tidak tercela bergaul dengan Orang yang Bijaksana”


( Dhammapada – Pandita Vagga (Orang Bijaksana), 76 )

* * *


Tulisan ini mencoba mengulas lebih dalam mengenai

Sahabat Baik 

atau dalam Bahasa Pali disebut sebagai

Kalyana Mitta

* * *


Beberapa aspek berkenaan dengan Kalyana Mitta
akan coba dibahas dengan merujuk kembali pada Sutta-sutta Tipitaka Pali.
Percakapan Sang Buddha dan Para Siswa
akan memberikan gambaran yang jelas mengenai penting-nya
memiliki Kalyana Mitta dalam Kehidupan Seseorang.

* * *


Umat Buddha dewasa ini bahkan memiliki paradigma
bahwa Kesucian adalah hal yang mustahil dicapai oleh Seorang Perumah-Tangga
dan berada sangat jauh dalam jangkauan Mereka.

Ternyata dengan melihat kembali Sutta-sutta yang ada,
Guru Agung Kita telah memberikan gambaran dan langkah-langkah yang jelas dan runtut,
dengan membangun satu fondasi ke fondasi lain-nya hingga tercapainya Jalan Kesucian itu,
dengan cara-cara yang masuk akal,
dapat dipraktekkan, membawa manfaat, dan mempunyai alasan untuk dilaksanakan.

Memiliki Kalyana Mitta
adalah keharusan dalam pencapaian Seseorang menuju Kebebasan Mutlak.

* * *


Rujukan Pertama adalah pada Maha Mangala Sutta,
dimana Sutta ini merupakan landasan utama bagi Perumah-Tangga
dalam menjalani Kehidupan keduniawian hingga Kehidupan Kesucian.


Pada Bait Pertama, 
Sang Buddha dengan jelas menyatakan bahwa Berkah Tertinggi Kehidupan adalah :
dengan tidak bergaul dengan Mereka yang dungu ( tidak memiliki Kebijaksanaan )
dan berteman dengan Teman yang Bijak ( asevana ca balanam, panditanan ca sevana ).


Hal ini karena pergaulan Kita akan mempengaruhi pola pikir dan pandangan Kita terhadap sesuatu, dan Lingkungan Persahabatan ini
akan menentukan perkembangan Kehidupan duniawi dan spiritual Kita.

Dalam dunia bisnis dikenal istilah
‘kenali-lah dengan siapa Anda bergaul, ketahui-lah Kawan-kawan Anda
karena ini akan menentukan Tingkat Kesuksesan Anda dalam berbisnis’.

* * *


Petikan Ayat Dhammapada diatas menunjukkan juga bahwa 
Kita harus memiliki kebesaran hati dan kepatuhan 
ketika dikoreksi oleh Teman-teman Kita yang Bijak, 
Mereka inilah yang berani menunjukkan kelemahan dan kesalahan Kita 
semata-mata demi kemajuan batin Kita sendiri. 


* * * * * * * * * * *


Mari kita lihat pembahasan aspek Kalyana Mitta ini.


DEFINISI KALYANA MITTA


Kalyana Mitta 
bukan hanya berarti hubungan antara Orang yang sepadan dengan Kita, 
namun juga berarti hubungan kedekatan antara Guru dan Murid. 

Bagaimana Seorang Murid menggali pengetahuan, mempunyai keinginan untuk belajar, mempertanyakan hal yang dirasakan masih menimbulkan keragu-raguan bagi diri-nya,
serta menjalankan Ajaran yang sudah diterima dan dipahaminya dengan jelas.


Dalam Anguttara Nikaya 8.54 dijelaskan mengenai Definisi Kalyana Mitta sebagai berikut :


"Dan Apakah Persahabatan yang baik itu ? 


Disini, Byagghapajja, 

di Desa atau Kota mana pun Perumah-Tangga itu tinggal, 


Dia berteman dengan Para Perumah-Tangga 

dan Putra-putra-nya - baik muda atau tua - yang matang dalam Moralitas, 

mantap dalam Keyakinan, Kedermawanan, dan Kebijaksanaan; 

Dia bercakap-cakap dengan Mereka dan berdiskusi dengan Mereka. 


Dia berusaha menyamai berkenaan dengan pencapaian Mereka 

dalam Keyakinan, Moralitas, Kedermawanan, dan Kebijaksanaan. 


Inilah yang disebut Persahabatan yang Baik.”



Inilah yang merupakan definisi dari Kalyana Mitta,
dengan mengacu pada hal ini maka Kita dapat mulai mencari dan mengetahui Sahabat
seperti apa yang selayaknya Kita miliki.
Karena Pertemanan ini dikatakan oleh Sang Buddha
akan membawa Kebahagiaan di Masa Kini dan Masa yang Akan Datang.

* * *



Mengapa Kita harus memiliki Sahabat Baik seperti di atas ?

Pertanyaan ini tentunya berkenaan dengan Manfaat dari memiliki Sahabat Baik
dan kerugian memiliki Sahabat yang buruk.


Demikian-lah yang dikatakan Sang Buddha mengenai Sahabat Baik dalam Anguttara Nikaya :

"Wahai Para Bhikkhu, mengenai faktor eksternal, 
Aku tidak melihat satu faktor lain pun yang sangat membantu
seperti Persahabatan sejati dengan Bhikkhu yang masih belajar,
yang belum mencapai Kesempurnaan,
tetapi hidup untuk mencapai Pembebasan Tertinggi, bebas dari ikatan." [11]



"Wahai Para Bhikkhu, 
Seorang Bhikkhu yang memiliki Sahabat yang Baik meninggalkan apa yang tidak Bajik, 
dan mengembangkan apa yang Bajik."
Bila Bhikkhu mempunyai Sahabat-sahabat yang Baik,
Dan Dia sopan serta mulia,
Menjalankan apa yang disarankan Para Sahabat-nya,
Mengerti dengan jernih dan selalu waspada,
Maka Dia akan dapat maju dan
Menghancurkan semua belenggu. [12]


* * *


Dalam hal lain, Bhikkhu Uttamo juga pernah memperumpamakan Persahabatan Baik
seperti kertas yang digunakan untuk membungkus kayu cendana,
maka kertas tersebut akan berbau harum seperti cendana,
sedangkan jika digunakan untuk membungkus kotoran,
maka kertas ini akan berbau seperti kotoran itu.

Pergaulan memang sangat mempengaruhi pola pikir Kita,
karena jika Kita bergaul dengan orang yang tidak memiliki Pengetahuan Moralitas,
maka Ia pun akan dengan mudah menganjurkan Kita untuk melanggar Sila.


Dengan mudah pula Kita mengikuti anjuran dan saran dari Teman yang buruk ini
karena Kita terbiasa melihat Dia yang dengan tenang melakukan pelanggaran Sila,
sehingga bagi Kita tentu tidak ada masalah dalam melakukan hal itu
karena bercermin pada Teman yang buruk ini.

Mereka tidak memiliki Keyakinan dalam Kebenaran, pelaksanaan Moralitas dan Kebijaksanaan, sehingga amat mustahil bagi Kita untuk meminta bimbingan atau panduan dari Mereka.

* * *


Bahkan dalam Theragatha,
terdapat sebuah syair yang diucapkan oleh Y.A Cakkhupala
yang mengalami kebutaan sebagai berikut :

Aku buta, mata-ku hancur.
Aku telah tersandung dalam sebuah jalur hutan rimba.
Meskipun Aku harus merangkak,
Aku akan tetap melakukan-nya,
namun tidak ditemani oleh Teman yang sesat
.”

* * *


Berbeda dengan Sahabat yang Baik, 
Ia akan mendorong, mengingatkan, dan bersama-sama dengan Kita 
untuk terus berjalan di Jalan Dhamma. 
Hasil-nya akan bermanfaat bukan hanya dalam 1 Kehidupan saja, 
namun juga di banyak Kehidupan hingga pencapaian Nibbana itu sendiri.

* * *


Kisah Y.A Sariputta dan Y.A Moggallana 
adalah salah satu contoh Persahabatan yang Baik. 

Mereka saling mendorong dan berbagi satu sama lain dalam menapaki Jalan Kesucian.
Mereka adalah contoh bahwa Persahabatan yang Baik
merupakan suatu sebab berkembang-nya kualitas kemahiran spiritual Seseorang.

Sebaliknya Persahabatan yang tidak baik
juga merupakan salah satu saluran pembuangan kekayaan Kita (Anguttara Nikaya 8.54),
karena itu pilih-lah Sahabat yang Baik
karena Sahabat yang buruk tidak hanya menimbulkan kerugian secara material,
namun jauh dari itu adalah kerugian secara spiritual
yang dapat menyebabkan penderitaan dalam waktu yang lama.

* * *

Persahabatan yang Baik 
merupakan salah satu syarat pencapaian Nibbana 
seperti yang dikatakan Sang Buddha kepada Y.A Meghiya, 
bahwa yang membuat pikiran tidak matang menjadi matang untuk pembebasan 
adalah Teman yang Mulia, Sahabat yang Mulia, dan Kawan yang Mulia.

* * *


Hal ini ditegaskan kembali dalam Anguttara Nikaya oleh Buddha sebagai berikut :

“Jika Seorang Pengelana dari Ajaran lain menanyakan pada-mu,
'Apakah itu Sahabat, 

Prasyarat untuk mengembangkan sayap menuju kebangkitan spiritual diri Kita ?'.

Engkau harus menjawab,
'Terdapat hal dimana Seorang Bhikkhu memiliki Orang yang Baik dan Terpuji
sebagai Teman, Sahabat, dan Rekan.

Ini-lah Syarat Pertama untuk pengembangan sayap menuju kebangkitan spiritual.” 

( Anguttara Nikaya 9.1 )

* * *


Hal yang paling menarik dan mengejutkan adalah
pernyataan Sang Buddha dengan Y.A Ananda mengenai Persahabatan yang Baik
dalam Samyutta Nikaya 45.2 sebagai berikut :

Ketika duduk di sana, Y.A. Ananda berkata pada Yang Terberkahi,

"Inilah setengah dari Kehidupan Suci Yang Mulia:
Persahabatan yang Baik, Persaudaraan yang Baik, Kesetia-kawanan yang Baik."


"Jangan mengatakan seperti itu, Ananda.
Jangan berkata seperti itu.
Persahabatan Baik, persaudaraan yang Baik, Kesetia-kawanan yang Baik 

adalah keseluruhan Kehidupan Suci yang sesungguhnya.


Ketika Seorang Bhikkhu memiliki Orang-orang yang Bajik dan Terpuji
sebagai Teman, Sahabat, dan Kawan,
Ia akan dapat diharapkan untuk berkembang
dan mengejar Jalan Mulia Berunsur Delapan”.




"Dan bagaimanakah Seorang Bhikkhu yang telah memiliki
Orang-orang yang Bajik dan Terpuji sebagai Teman, Sahabat, dan Kawan,
berkembang dan mengejar Jalan Mulia Berunsur Delapan ?

Terdapat Seorang Bhikkhu dalam mengembangkan Pandangan Benar
yang bersandar pada pengasingan diri,
bersandar pada pembebasan nafsu,
bersandar pada penghentian, menghasilkan pelepasan.

Ia mengembangkan Hasil yang Benar...
Ucapan Benar... Perbuatan Benar... Penghidupan Benar...
Usaha Benar... Perhatian Benar... Konsentrasi Benar,

bersandar pada pengasingan diri,
bersandar pada pembebasan nafsu,
bersandar pada penghentian, menghasilkan pelepasan.

Inilah bagaimana Seorang Bhikkhu yang telah memiliki
Orang-orang yang Bajik dan Terpuji sebagai Teman, Sahabat, dan Kawan
berkembang dan mengejar Jalan Mulia Berunsur Delapan”.



"Dan melalui garis alasan ini Seseorang mengetahui
bagaimana Persahabatan yang Baik,
Persaudaraan yang Baik, dan Kesetia-kawanan yang Baik
adalah benar-benar merupakan Keseluruhan dari Kehidupan Suci:

Hal ini bergantung padaku
sebagai Seorang Teman yang Baik
yang telah menjadi Makhluk
yang terkena proses Kelahiran kini telah bebas dari Kelahiran,
Makhluk yang terkena usia tua kini telah terbebas dari usia tua,
Makhluk yang terkena kematian kini telah bebas dari kematian,
Makhluk yang terkena kesedihan, ratap tangis,
rasa sakit, kesengsaraan, dan keputus-asaan kini telah bebas
dari kesedihan, ratap tangis, rasa sakit, kesengsaraan, dan keputus-asaan.

Adalah melalui garis alasan ini Seseorang mengetahui
bagaimana Persahabatan yang Baik, Persaudaraan yang Baik,
dan Kesetia-kawanan yang Baik adalah
benar-benar merupakan Keseluruhan dari Kehidupan Suci."

* * *


Jadi Kalyana Mitta mutlak diperlukan bagi kita umat awam dalam menapaki jalan yang semakin tinggi hingga tercapainya kebebasan akhir atau Nibbana. Dari sini kita menjadi yakin dan mantap bahwa kesucian sangatlah mungkin dicapai oleh umat awam dan perumah-tangga seperti kita ini, seperti juga umat perumah-tangga lainnya di jaman Sang Buddha yang mencapai kesucian tanpa menjadi petapa. Sebagai penutup saya akan menceritakan sebuah kisah yang terjadi di jaman Sang Buddha mengenai manfaat dari memiliki sahabat yang baik.

* * * *



Kisah ini berkenaan dengan Sakka ( Raja Para Dewa ) itu sendiri 
yang memperoleh manfaat karena memiliki Sang Buddha sebagai Sahabat Baik-nya, 
sehingga berbekal hal ini, ketika suatu Masa Kehidupan-nya habis, 
Ia terlahir kembali sebagai Sakka 
karena manfaat dari bersahabat dengan Sang Buddha. 
Demikianlah Kisah dari Sakka yang menjadi cerita di balik syair yang terdapat pada Dhammapada :


Kira-kira sepuluh bulan sebelum Sang Buddha merealisasi kebebasan akhir ( Parinibbana ),
Beliau melaksanakan Masa Vassa di Veluva, sebuah Desa dekat Vesali.
Ketika bertempat tinggal di sana, Beliau mengalami sakit desentri.
Ketika Dewa Sakka mengetahui Sang Buddha sakit,
Beliau datang ke Desa Veluva untuk merawat Sang Buddha selama sakit.


Sang Buddha berkata kepada-nya,
agar jangan mengkhawatirkan perihal kesehatan Beliau,
karena terdapat banyak Bhikkhu di dekat Beliau.
Tetapi Sakka tidak mendengarkan-Nya dan tetap merawat Sang Buddha hingga sembuh.

Para bhikkhu terkesan dan kagum mengetahui Sakka sendiri yang merawat Sang Buddha.

Ketika Sang Buddha mendengar kata-kata Para Bhikkhu, Beliau berkata,


"Para Bhikkhu ! 
Tidak-lah mengagetkan perihal cinta kasih dan bakti Sakka kepada Saya.
Pernah, 

ketika Sakka yang dulu bertambah tua dan akan meninggal dunia,
Dia datang menjumpai Saya.

Kemudian Saya menjelaskan Dhamma kepada-nya.
Saat mendengarkan Dhamma, Beliau mencapai Tingkat Kesucian Sotapatti;
kemudian Beliau meninggal dunia dan terlahir kembali sebagai Sakka yang Sekarang.

Semua yang terjadi kepada Sakka
adalah sederhana karena Beliau mendengarkan Dhamma yang telah Saya jelaskan.

Sesungguhnya Para bhikkhu,
adalah Baik bertemu dengan Orang Suci ( Ariya );
adalah berbahagia dapat tinggal bersama Mereka;
tinggal bersama orang bodoh sesungguhnya adalah menderita."


* * *


Kemudian Sang Buddha membabarkan Syair 206, 207, dan 208 berikut ini :

“Bertemu dengan Para Ariya adalah Baik,
tinggal bersama Mereka merupakan suatu Kebahagiaan,
Orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai Orang bodoh.

Seseorang yang sering bergaul dengan Orang bodoh pasti akan meratap lama sekali.
Karena bergaul dengan Orang bodoh
adalah penderitaan seperti tinggal bersama musuh.
Tetapi, siapa yang tinggal bersama Orang Bijaksana akan berbahagia,
sama seperti Sanak Keluarga yang kumpul bersama. 



Karena itu, ikutilah Orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh, dan mulia; 

hendaklah engkau selalu dekat dengan Orang yang bajik dan pandai seperti itu, 

bagaikan Bulan mengikuti peredaran Bintang.”


* * *


Semoga Kita memiliki dan mampu memilih Kalyana Mitta
yang mendampingi dan mendorong Kita dalam menapaki Kehidupan Kesucian
yang mengarah pada pembebasan akhir.
Sabbe satta bhavantu sukkhitatta.
Saddhu... Saddhu... Saddhu…


Sumber-sumber:
1. Admirable Friendship (kalyanamittata),
www.access to insight.org, John T. Bullitt © 2005–2010
2. "Association with the wise"
by Bhikkhu Bodhi (BPS Newsletter essay, 1994)
3. http://www.patria.or.id/artikel/dhamma/304-kalyana-mitta.html



* * * * * * * * * *