Dalam Kitab Suci Tipitaka,
Digha Nikaya III, 152, 232
dan dalam Anguttara Nikaya II, 32.
Ada minimal 4 ( empat ) sikap hidup yang dapat dipergunakan
untuk mencari pasangan hidup sekaligus membina hubungan
sebagai Suami Istri yang harmonis.
Ke-4 ( empat ) hal itu adalah:
1. Kerelaan ( Dana )
2. Ucapan yang baik atau halus ( Piyavaca )
3. Melakukan hal yang bermanfaat baginya ( Atthacariya )
4. Batin seimbang, tidak sombong ( Samanattata )
Dalam Anguttara Nikaya II, 60 yaitu
bahwa pasangan hendaknya memiliki kesamaan dalam
A. Kesamaan keyakinan ( Saddha )
B. Kesamaan kemoralan ( Sila )
C. Kesamaan kedermawanan ( Caga )
D. Kesamaan kebijaksanaan ( Pañña )
* * * * *
Pendahuluan
Dalam pandangan Agama Buddha,
Perkawinan adalah suatu pilihan dan bukan kewajiban.
Artinya, seseorang dalam menjalani kehidupan ini
boleh memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri.
Hidup sendiri dapat menjadi pertapa di Vihara -
sebagai Bhikkhu, Samanera, Anagarini, Silacarini -
ataupun tinggal di rumah sebagai anggota masyarakat biasa.
Sesungguhnya dalam Agama Buddha,
hidup berumah tangga ataupun tidak adalah sama saja.
Masalah terpenting di sini adalah kualitas kehidupannya.
* * *
Apabila seseorang berniat berumah tangga,
maka hendaknya Ia konsekuen dan setia dengan pilihan-nya,
melaksanakan segala tugas dan kewajibannya
dengan sebaik-baiknya.
Orang yang demikian ini
sesungguhnya adalah seperti seorang pertapa
tetapi hidup dalam rumah tangga.
Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang Buddha,
seperti dalam syair di atas.
* * * * *
Mencari dan Membina Pasangan Hidup
Dalam menguraikan tujuan hidup manusia,
disebutkan salah satunya adalah
tentang adanya pencapaian kebahagiaan di dunia.
Dengan demikian,
pasti ada cara untuk mencapai kebahagiaan
dalam hidup berumah tangga.
Pasti ada pula petunjuk dan cara-cara
mendapatkan pasangan hidup yang sesuai
serta membina hubungan baik,
mempertahankan komunikasi serasi
setelah menjadi Suami Istri.
* * *
Memang, hal tersebut dapat diperoleh
dalam Kitab Suci Tipitaka, Digha Nikaya III, 152, 232
dan dalam Anguttara Nikaya II, 32.
Diuraikan di sana
bahwa ada minimal 4 ( empat ) sikap hidup
yang dapat dipergunakan
untuk mencari pasangan hidup
Ke-4 ( empat ) hal itu adalah:
1. Kerelaan ( Dana )
Dalam Hukum Kamma (Samyutta Nikaya III, 415)
telah disebutkan bahwa
Sesuai dengan benih yang ditabur,
demikian pula buah yang akan kita petik.
Pembuat kebajikan akan memperoleh kebahagiaan.
Dengan demikian,
apabila kita ingin diperhatikan orang,
mulai-lah dengan memberikan perhatian kepada orang lain.
Apabila kita ingin dicintai orang,
mulai-lah dengan mencintainya.
Cinta di sini bukan-lah sekedar keinginan untuk menguasai,
melainkan hasrat untuk membahagiakan orang yang dicintainya.
Kualitas cinta ini seperti seorang Ibu yang menyayangi Anak Tunggal-nya.
Ia akan mempertahankan anak tercinta-nya
dengan seluruh kehidupan-nya,
melindungi anak tersayang-nya
dari segala macam bahaya dan bencana,
memberikan segala-nya demi kebahagiaan anak-nya,
serta rela memaafkan segala kesalahan anak-nya.
Dalam mencari dan membina pasangan hidup,
kerelaan jelas amat diperlukan.
Kerelaan materi di awal perkenalan
dapat dikembangkan
menuju kemampuan merelakan keakuan.
Kerelaan keakuan ini
berbentuk pengembangan sifat saling pengertian,
saling memaafkan.
Kesalahan pasangan hidup,
Kesalahan pasangan hidup,
seringkali bukanlah karena disengaja.
Oleh karena itu,
menyadari kenyataan ini menjadikan seseorang lebih sabar dan rela
memberikan kesempatan berkali - kali kepada pasangan
untuk dapat membangun kualitas diri-nya.
Berilah pasangan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Kemarahan bukanlah tanda cinta.
Kemarahan adalah tanda keakuan.
Ingin segala harapan-nya terpenuhi.
Dengan kerelaan,
Orang akan lebih mudah mengerti
serta menerima kekurangan dan kelemahan orang lain.
Sikap ini akan menjadi salah satu tiang kokoh
dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
khususnya dengan pasangan hidup.
2. Ucapan yang baik / halus ( Piyavaca )
2. Ucapan yang baik / halus ( Piyavaca )
Dalam dunia ini,
siapapun pasti akan suka mendengar kata-kata yang halus,
termasuk pula pasangan hidup.
Tidak ada orang yang suka mendengar kata kasar,
walaupun orang itu sendiri kasar kata-kata-nya.
Menghindari caci maki
dan gemar berdana ucapan yang menyenangkan pendengar,
akan sangat membantu
dalam membina hubungan dengan pasangan hidup.
Dengan kata-kata halus yang tetap berisi kebenaran
akan menjadi daya tarik yang kuat
dalam menjaga keharmonisan hubungan.
Sampaikan-lah pujian kita pada pasangan
dengan kalimat yang menyenangkan.
Demikian pula,
ucapkan kritikan pada pasangan
dengan bahasa yang halus dan saat yang tepat,
untuk menghindari kesalahpahaman.
Perlu direnungkan,
menyakiti hati orang yang dicintai dengan kata-kata pedas
sesungguhnya sama dengan menyakiti diri sendiri.
Sebab,
orang tentu-nya akan menjadi sedih
apabila orang yang dicintai-nya juga sedang sedih.
3. Melakukan hal yang bermanfaat baginya ( Atthacariya )
Sekali lagi berdana timbul dalam bentuk yang lain.
Dalam pengembangan konsep berdana,
sudah ditekankan akan adanya pembentukan sikap mental:
“Semoga Semua Mahluk Hidup Berbahagia”.
Demikian pula dengan pasangan hidup.
Ia adalah mahluk pula,
berarti Ia harus diberi kesempatan berbahagia pula.
Orang harus berusaha sekuat tenaga
untuk membahagiakan pasangan hidupnya.
Sesungguhnya,
kebahagiaan orang yang dicinta
adalah kebahagiaan orang yang mencintainya.
Dengan demikian,
tingkah laku hendaknya selalu dipikirkan
untuk membahagiakan orang yang dicintai.
Banyak pendapat umum yang menganggap
bahwa cinta adalah menuntut.
Orang yang dicintai haruslah mampu
memenuhi harapan orang yang mencintai.
Konsep ini sesungguhnya tidak tepat.
Sebab,
apabila orang yang dicintai
sudah tidak mampu lagi memenuhi harapan,
apakah Ia kemudian diceraikan ?
Oleh karena itu,
cinta sesungguhnya memberi, merelakan.
Cinta mengharapkan orang yang dicintai berbahagia
dengan caranya sendiri,
bukan dengan cara orang yang mencintai.
Jika konsep ini telah dapat ditanamkan dengan baik
dalam setiap insan,
maka mencari pasangan hidup bukanlah masalah lagi.
Siapakah di dunia ini yang tidak ingin dibahagiakan ?
Pola pikir ‘ingin membahagiakan orang yang dicintai’
Pola pikir ‘ingin membahagiakan orang yang dicintai’
hendaknya terus dipupuk dan dipertahankan
termasuk dalam kehidupan perkawinan.
Apabila bukan pasangan hidupnya sendiri
yang membahagiakannya,
apakah seseorang akan meminta orang lain
untuk membahagiakan dirinya ?
4. Batin seimbang, tidak sombong ( Samanattata )
Pengembangan sikap penuh kerelaan,
ungkapan dengan kata yang halus
dan tingkah laku yang bermanfaat untuk orang yang dicintai
hendaknya tidak memunculkan kesombongan.
Jangan pernah merasa
bahwa tanpa diri ini segala sesuatu tidak akan terjadi.
Dalam konsep Buddhis,
segala sesuatu selalu disebabkan oleh banyak hal.
Tidak akan pernah ada penyebab tunggal.
Demikian pula dengan adanya kebahagiaan seseorang,
pasti bukan disebabkan hanya karena satu orang saja.
Banyak unsur lain
yang mendukung timbulnya kondisi tersebut.
Keseimbangan batin
sebagai hasil selalu menyadari
bahwa kebahagiaan adalah karena berbagai sebab
dan kebahagiaan muncul
karena buah kammanya masing-masing
akan dapat menghindarkan seseorang dari sifat sombong.
Kesombongan selain tidak sedap didengar
juga akan menjengkelkan calon maupun pasangan kita.
Kesombongan mempunyai pengertian
bahwa pasangan kita tidak mampu melakukan apapun juga
apabila tanpa kita.
Kesombongan adalah meniadakan usaha baik seseorang yang kita cintai.
Perjuangan yang tidak dihargai akan sangat menyakitkan.
Kurangnya penghargaan yang layak
akan menimbulkan masalah besar
dalam masa pacaran
maupun setelah memasuki kehidupan berumah tangga.
Dalam usaha mencari dan membina pasangan hidup,
* * * * * * * * * *
Dalam usaha mencari dan membina pasangan hidup,
selain selalu berusaha melaksanakan 4 ( empat ) sikap di atas,
hendaknya jangan melupakan
adanya beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan.
Hal ini apabila terpenuhi
Hal ini apabila terpenuhi
akan menjadi faktor tambahan
yang akan lebih membahagiakan kehidupan berumah tangga.
Terdapat 4 ( empat ) faktor yang membuat rumah tangga lebih berbahagia.
4 ( empat ) hal tersebut telah diuraikan
dalam Anguttara Nikaya II, 60 yaitu
bahwa Pasangan hendaknya memiliki kesamaan
dalam
Keyakinan, Sila, Kedermawanan, dan Kebijaksanaan.
Saddha bukan hanya berarti harus sama dalam agama,
tetapi merupakan keyakinan yang muncul
dari pikiran dan pandangan yang benar
sehingga akan membentuk pola hidup.
Kita menyadari
bukan agama yang membuat batasan-batasan tertentu,
tetapi pencerapan dan penyelaman kita
akan ajaran itu yang mempunyai keterbatasan.
Namun demikian,
Keyakinan yang berbeda
sering menimbulkan masalah bagi pasangan.
Jika masing-masing pihak bersikeras pada keyakinan-nya,
bahkan salah satu pihak memaksakan keyakinan-nya pada pihak lain,
tentunya hal ini akan menyebabkan keharmonisan terganggu.
Butuh toleransi dan pengertian yang besar
dari ke-dua belah pihak.
Berbagai masalah akibat perbedaan keyakinan pun
masih dapat terus muncul
apabila hubungan akan dilanjutkan dalam ikatan perkawinan.
Menentukan tempat pemberkahan pernikahan
dapat menjadi beban ekstra.
Setelah memiliki Anak pun
masalah ini masih terus berlanjut
Pasangan mungkin akan terus terlibat
dalam diskusi berkepanjangan
dan mungkin perdebatan sengit
tentang pembinaan agama bagi keturunan mereka.
B. Kesamaan Kemoralan ( Sila )
B. Kesamaan Kemoralan ( Sila )
Apabila keyakinan telah sama,
maka hendaknya pasangan memiliki keserasian dalam tingkah laku.
Pasangan hendaknya selalu berusaha bersama-sama
melaksanakan Pancasila Buddhis.
Pancasila Buddhis terdiri dari 5 ( lima ) latihan kemoralan,
yaitu usaha untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan (Anguttara Nikaya III, 203).
Pelaksanaan ke-5 ( lima ) latihan kemoralan ini
akan banyak menghindarkan masalah
dalam masyarakat dan rumah tangga.
Dalam segala lapisan masyarakat,
pelanggaran ke-5 ( lima ) latihan kemoralan ini
akan dipandang sebagai kesalahan.
Pelaksanaan ke-5 ( lima ) latihan kemoralan ini
akan menjadikan seseorang diterima masyarakat dengan baik.
Pelaksanaan latihan kemoralan ini dalam rumah tangga
akan membebaskan seseorang dari rasa bersalah,
membuka wawasan komunikasi yang baik
serta menghindarkan saling curiga dan was-was
di antara pasangan.
C. Kesamaan Kedermawanan ( Caga )
Caga bukan hanya berarti suka berdana,
tetapi adalah seseorang yang mempunyai jiwa tanpa beban,
jiwa melepas,
tidak tergantung, dan tidak melekat.
Bagi orang yang murah hati
pasti akan lebih mampu
memiliki metta, karuna, mudita, dan upekkha.
Orang yang murah hati
batinnya tidak ada hambatan dan selalu bahagia
sehingga akan memudahkan
untuk pengembangan batin yang lain-nya.
Memiliki watak kedermawanan yang sama
dimaksudkan agar masing-masing individu mengerti
bahwa cinta sesungguh-nya
adalah memberi segala-nya
demi kebahagiaan orang yang kita cintai
dengan ikhlas dan tanpa syarat.
Selama sikap ini masih belum tertanam baik-baik
di pikiran setiap pasangan,
masalah sebagai akibat tuntutan
agar pasangan dapat memenuhi harapan kita
akan selalu muncul.
D. Kesamaan Kebijaksanaan ( Pañña )
Kesamaan dalam kebijaksanaan diperlukan
agar bila menghadapi masalah hidup,
pasangan mempunyai wawasan yang sama.
Wawasan yang sama
akan mempercepat penyelesaian masalah.
Perbedaan kebijaksanaan
akan menghambat dan memboroskan waktu.
Pasangan membutuhkan waktu lebih lama
untuk adu argumentasi menyamakan sikap dan pola pikir terlebih dahulu
sebelum memikirkan jalan keluar
atas masalah yang sedang dihadapi.
Kebijaksanaan yang dimaksud tentu
yang sesuai dengan Buddha Dhamma.
Buddha Dhamma telah mengajarkan
bahwa hidup ini berisikan ketidakpuasan.
Penyebab adanya ketidakpuasan ini
hanyalah karena keinginan sendiri yang tidak terkendali.
Oleh karena itu,
apabila seseorang dapat mengendalikan keinginan-nya,
maka ketidakpuasan-nya pun
akan dapat segera diatasi.
Lalu, akhirnya Dhamma memberikan jalan keluar
untuk mengatasi dan mengendalikan keinginan.
Dengan memiliki konsep berpikir seperti ini,
maka tidak akan ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.
Sesungguhnya,
dengan melaksanakan hidup sesuai dengan Dhamma,
Kebahagiaan pasti akan dapat dirasakan.
Sumber :
http://artikelbuddhis.blogspot.com/2010_01_01_archive.html