kemudian Beliau melanjutkan :
"Ibu dan Ayah adalah arah timur,
guru adalah arah selatan,
istri dan anak adalah arah barat,
sahabat dan kenalan adalah arah utara
pelayan dan karyawan adalah arah bawah.
Dan arah atas adalah para guru agama dan para pertapa,
Arah-arah tersebut harus dipuja, sesudah mana
Mereka baru pantas disebut sebagai kepala keluarga yang baik,
Orang yang bijaksana, sering melakukan perbuatan yang bajik,
Lemah lembut dan biasa melakukan pemujaan ini.
Rendah hati dan patuh,
Bangun pagi-pagi, tidak bermalas-malasan,
Batinnya tidak tergoyahkan oleh kemalangan, hidup tanpa cacat,
Pandai, bijaksana, akan memperoleh penghormatan,
Semoga nama-nya harum dan mempunyai banyak sahabat,
Menyambut mereka dengan ramah tamah dan murah hati,
Memberikan mereka petunjuk dan nasehat yang bijaksana,
Dan memberikan bimbingan kepada mereka,
Ia akan memperoleh penghormatan.
Gemar menolong orang, ramah tamah dalam ucapan,
sebagaimana diminta oleh situasi.
Itulah hal-hal yang membuat dunia berputar,
Sebagai juga pasak yang membuat roda berputar,
Jika tidak demikian halnya, tidak ada seorang ibu pun yang akan menerima,
Penghormatan dan penghargaan atas apa yang dilakukan oleh anak-nya,
Juga tidak ada seorang Ayah pun yang akan menerima-nya,
Tetapi karena hal tersebut benar-benar dipuji oleh para bijaksana,
Maka patutlah hal-hal tersebut dianggap luhur dan dipuja orang. "
Sumber:
* http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tuntunan-perkawinan-dan-hidup-berkeluarga-dalam-agama-buddha/
* Tuntunan Perkawinan dan Hidup Berkeluarga dalam Agama Buddha,
Penyusun: Pandita Sasanadhaja Dokter R. Surya Widya, psikiater,
Pernerbit : Pengurus Pusat MAGABUDHI
bekerjasama dengan Yayasan Buddha Sasana, Cetakan Pertama, Mei 1996