Cari Blog Ini

06 November 2010

Lentera - Dalam Kekayaan Perlu Disertai Kemuliaan

"Orang sering berbicara tentang kaya dan mulia, namun orang kaya belum tentu mulia.
Kemuliaan seseorang terletak pada kesadaran yang telah dicapainya
-- dapat menjadi dewa penyelamat dalam kehidupan orang lain.
Tanpa pamrih dalam membimbing orang menuju jalan kebenaran,
membawa kita terbebas dari penderitaan dan mendapat kebahagiaan."

Perbuatan Baik Tanpa Pamrih Akan Mendatangkan Ketenangan

Ada seorang nenek yang telah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit
tanpa seorang pun sanak saudara pernah menjenguknya.
Kala relawan Tzu Chi berbincang dengannya,
nenek itu mengatakan jika dirinya pernah menjadi Miss China
( pemenang kontes kecantikan di China ).
Menurut informasi dari para tetangganya,
nenek ini dulu memang pernah menjadi Miss China,
juga menikah dengan orang kaya,
namun perkawinannya tidak berjalan bahagia.
Anak dan keluarga pun meninggalkan dirinya.

Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen berkisah,
"Pada masa jayanya, tubuhnya yang indah selalu berbalut pakaian indah.
Kehidupannya bagai di alam kayangan. Semua orang kagum padanya.
Namun, sekarang pakaiannya sangat sederhana dan lusuh,
dengan muka pucat dan layu.
Seperti para dewa yang telah menampakkan lima wujud kemerosotan kondisi.
Lima wujud kemerosotan dari dewa dan dewi dimaksud adalah
pakaian kotor, lingkaran cahaya di atas kepala memudar,
keringat di ketiak bercucuran, bau tubuh menyengat, dan tidak bahagia.

Master Cheng Yen menyampaikan bahwa sehari di alam dewa
setara dengan seratus tahun di alam manusia.
Akan tetapi, walau berusia panjang dan berkah melimpah,
saat muncul lima wujud kemerosotan,
dewa dan dewi juga merasa cemas dan khawatir.

"Andaikan seseorang memiliki berkah menjadi dewa
namun tidak menciptakan berkah-berkah yang baru
maka pada saat berkahnya habis, balasan karma akan datang.
Begitu pula di alam manusia, jika hanya menikmati berkah,
tanpa ada niat bajik dalam hati, tidak mau bersyukur, menyayangi
dan  menciptakan berkah,
maka begitu berkah habis,  balasan karma akan segera datang,"
Master Cheng Yen menegaskan.

Master Cheng Yen mengingatkan pentingnya berbuat bajik.
Pada saat berbuat kebajikan, kita juga membersihkan kekotoran dalam batin.
Dalam bersumbangsih, tidak perlu membedakan kaya atau miskin, mulia ataupun hina.
Bila bisa seperti itu, tidak akan timbul kerisauan, hati tenang dan penuh sukacita.

"Bukan karena kita sendiri yang berbuat kebajikan maka kita senang,
orang lain yang berbuat pun, kita ikut senang.
Bila setiap orang bisa demikian, tentu lebih banyak orang terbantu."
Kata Master Cheng Yen.


Mengumpulkan Karma Baik Dapat Mengurangi Karma Buruk

Kepulauan Haiti di Karibia merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Sekitar 80% penduduknya hidup dengan biaya kurang dari US$ 2.
Disebabkan kekacauan politik, ditambah kenaikan harga minyak dunia, biaya pupuk,
irigasi dan transportasi yang terus meningkat mengakibatkan harga bahan makanan ikut naik.
Terlebih saat Haiti dihantam angin topan yang merusak produksi bahan makanan,
penderitaan penduduk pun semakin parah.
Dalam pertemuan pagi, di layar terlihat bagaimana penduduk setempat memakan roti lumpur,
roti kering berukuran kecil yang terbuat dari lumpur yang diaduk
dengan minyak sayur dan garam.
"Kadangkala bahkan tidak ada minyak sayur dan garam, mereka hanya makan lumpur.
Bagi masyarakat Taiwan sendiri, lumpur sebagai makanan tentu tidak pernah terbayangkan.
Siapa sangka, bahkan harga lumpur ini juga naik."
Orang miskin hampir tidak sanggup lagi makan lumpur.
Terlahir ditempat seperti itu bukanlah pilihan,
mereka tidak bisa berbuat apa-apa atas penderitaan itu."
kata Master Cheng Yen.
Ada pepatah mengatakan, "Satu hidangan orang kaya cukup
untuk mengenyangkan perut orang miskin selama setengah tahun."
Kini itu bisa dijadikan gambaran perbedaan antara si kaya dan si miskin di dunia ini.
"Bila dalam kehidupan ini, kita terus saja mencari kenikmatan,
hidup mewah dan boros, maka jika berkah kita terkuras habis,
mungkin dalam kehidupan mendatang kita terlahir di tempat seperti itu."

Bila kita dapat mengumpulkan benih karma baik - bersyukur, menghargai berkah,
dan menciptakan berkah baru - itu dapat mengurangi karma buruk pada diri kita kelak.

Master Cheng Yen berpesan,
"Setiap orang perlu berhemat, tekun, serta berusaha mengurangi emisi karbondioksida
dalam kehidupan, barulah tidak akan menghabiskan berkah yang dimiliki."

Apa daya, kekacauan di Haiti membuat insan Tzu Chi tidak bisa membantu.
Master Cheng Yen berkata,
"Bagaikan pemandangan neraka yang digambarkan dalam Sutra Ksitigarbha,
ada gunung dengan pagar besi disekelilingnya dan penuh rintangan,
membuat orang tidak bisa masuk untuk memberi bantuan."

China juga sempat dilanda bencana salju.
Untungnya sebelum badai salju datang. Tzu Chi telah membagikan barang kebutuhan
musim dingin di 4 propinsi, yaitu Guizhou, Gansu, Hebei dan Fujian.
Sekitar 60 ribu warga menerima kebutuhan hidup seperti
pakaian, selimut dan bahan makanan.
Bila dibandingkan dengan warga miskin Haiti yang tidak bisa menerima bantuan luar,
Master Cheng Yen mengatakan warga daerah pegunungan terpencil Guizhou sangat miskin,
namun memiliki jalinan jodoh baik, bisa bertemu dengan dewa penyelamat yang bisa
memberikan bantuan.

"Jalinlah jodoh baik dengan banyak orang, suatu ketika tentu kita akan bertemu
dengan dewa penyelamat," kata Master Cheng Yen.

Master Cheng Yen mengajarkan agar kita menyakini hukum sebab akibat
yang saling bergantungan.
Setiap orang harus senantiasa memiliki niat baik dan lebih banyak berbuat bajik,
juga mawas diri dalam pola hidup.
Setiap saat menyadari betapa beruntungnya diri sendiri,
menghargai berkah yang ada,
dan mau menciptakan berkah baru dengan berbuat kebajikan.


Sumber :
* Diterjemahkan oleh Januar / Tzu Chi Medan
* Buletin Tzu Chi No. 34| Mei 2008, Hal. 14