Cari Blog Ini

06 November 2010

Setetes Pencerahan - Terbentur

Pada tahun pertama saya di Thailand, kami sering pergi dari suatu wihara ke wihara lain
dengan duduk di belakang  truk kecil.

Biksu senior duduk di tempat yang paling nyaman, tentu saja, di depan.
Kami biksu-biksu junior duduk  berjejalan di bangku kayu yang keras di bak belakang.
Di atas bak belakang terdapat kerangka besi yang rendah,
yang  diatasnya dilapisi terpal untuk melindungi kami dari hujan dan debu.

Seluruh jalanan adalah jalan tanah, tidak dipelihara.
Ketika rodanya melintasi lubang, truk anjlok, dan biksu-biksu terpelanting ke atas.
Jeduk! Sudah beberapa kali kepala saya terbentur kerangka besi itu.

Lebih-lebih, sebagai biksu gundul, saya tidak punya "pelindung" untuk mengurangi benturannya.
Saya menyumpah setiap kali kepala saya terbentur - dalam bahasa inggris tentunya,
supaya biksu-biksu Thai itu tidak paham.

Namun ketika biksu-biksu Thai yang terbentur kepalanya, mereka hanya tertawa!
Saya tidak mengerti.
Bagaimana mungkin Anda bisa tertawa saat kepala Anda sakit terbentur begitu keras ?
Mungkin, pikir saya, biksu-biksu Thai itu sudah terlalu sering terbentur kepalanya
sehingga sudah terjadi kerusakan permanen pada otak mereka.

Sebagai mantan ilmuwan, saya memutuskan untuk melakukan percobaan.
Saya mencoba untuk tertawa, seperti halnya biksu-biksu Thai, sewaktu kepala saya terbentur lagi,
untuk mengetahui bagaimana rasanya.

Tahukah Anda apa yang saya temukan ?
Saya menemukan bahwa jika Anda tertawa ketika kepala Anda terbentur, sakitnya berkurang banyak.

Tawa membuat hormon endorfin, yang merupakan penekan nyeri alami,
tersekresikan ke aliran darah Anda.
Hormon itu juga memperkuat sistem kekebalan tubuh Anda untuk melawan infeksi.
Jadi, tertawa sewaktu Anda kesakitan itu memang membantu.
Jika Anda masih tidak percaya, cobalah sendiri saat kepala Anda terbentur.

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa saat hidup ini menyakitkan,
sakitnya berkurang kalau Anda melihat sisi lucunya menyakitkan, dan bisa tertawa.

Sumber :
Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
108 Cerita Pembuka Pintu Hati
Oleh Ajahn Brahm
Hal. 298 - 299