Kota kuno bagai kisah adanya musibah ulah manusia,
Putusnya sumber air membuat kota Petra musnah lebih cepat,
Membimbing yang mampu untuk membantu yang kurang mampu,
Bagai mata air yang terus mengalir.
Kerajaan Natabea di Timur Tengah sudah musnah sejak 1,900 tahun yang lalu.
Bagaimana dengan penduduknya?
Saat ini, yang kita ketahui insan Tzu Chi pernah bersumbangsih membantu satu suku disana,
yaitu suku Bedouin.
Rupanya kota Petra yang ditinggali suku Bedouin pada 1,900 tahun yang lalu
merupakan suatu kota yang indah.
Konstruksi bangunannya sangat halus dan indah,
serta ada ukiran yang diukir dengan teknik yang baik.
Kota Petra berada di selatan Yordania dan sekarang menjadi tempat pariwisata,
dikenal dengan sebutan "Kota Mawar".
Konstruksi sistem pengairannya sungguh indah dan bagus.
Pada 19 abad yang lalu, mereka telah mampu membangun bangunan yang rapi
dan memiliki sistem pengairan yang baik.
Tetapi, entah sejak kapan pasukan kekaisaran Romawi datang merebut wilayah
Kerajaan Natabea ini.
Saya sempat terpikir,
"Sungguh aneh. Seberapa jauhkan jarak antara Roma dan tempat ini?"
Rupanya, diantara dua kerajaan ini masih terdapat negara-negara Timur Tengah.
Meski jaraknya demikian jauh, pasukan Romawi tetap datang ke Natabea
dan memutus sumber air di sana, agar negara ini tak memiliki sumber air
dan akhirnya menjadi musnah.
Meski telah musnah, negara ini masih meninggalkan bangunan kota kuno
yang tetap berdiri hingga saat ini.
Bagaimana caranya pada hampir 2,000 tahun lalu kerajaan ini dapat memiliki
teknik konstruksi bangunan yang begitu mengagumkan?
Hingga menyebabkan kerajaan lain datang merebut wilayah mereka.
Ini sungguh tak dapat terbayangkan.
Mengapa antara sesama manusia tak dapat hidup berdampingan dengan damai?
Manusia hidup di muka bumi ini, dan dapat membuat ukiran yang indah.
Mengapa antar sesama manusia harus saling merusak dan saling menyakiti?
Tapi, inilah ulah manusia yang terjadi di Natabea,
Kota kuno ini sangat indah dengan Laut Mati di utara kotanya
dan memiliki hamparan gurun pasir yang indah.
Tapi daerah ini sangat kering dan tandus, serta penuh dengan bebatuan.
Warga keturunan Natabea hingga kini masih tinggal di Yordania,
tapi mereka bukan warga negara Yordania. Mereka disebut warga suku Bedouin.
Sekelompok warga suku ini, melewati kehidupan yang sulit di Yordania.
Insan Tzu Chi telah beberapa tahun menyalurkan bantuan bagi suku Bedouin ini,
terutama di saat bulan Ramadhan yang merupakan bulan terpenting bagi mereka.
Setiap tahun, insan Tzu Chi selalu menyalurkan bantuan materi kepada mereka.
Karenanya, terjalin hubungan yang erat.
Selain menyalurkan bantuan materi, insan Tzu Chi juga membimbing mereka menciptakan berkah
dengan membantu sesama yang lebih memerlukan bantuan.
Seorang pria yang merupakan kepala suku Bedouin misalnya,
ikut menyerahkan celengan bambu kepada insan Tzu Chi.
Selama beberapa tahun insan Tzu Chi juga membimbing mereka menciptakan
dan menggarap ladang berkah dengan mengulurkan bantuan bagi sesama.
Karena inilah kepala suku itu mengumpulkan sedikit demi sedikit uangnya dalam celengan,
dan saat melihat insan Tzu Chi datang, ia mendonasikan celengan tersebut.
Hal ini sungguh menyentuh.
Sumbangan ini bagaikan tetesan air yang mengalir ke laut
dan menjadi sumber air yang tak pernah kering.
Padahal, sesungguhnya penderitaan di tempat ini sulit dilukiskan.
Di tempat ini, manusia dan hewan menggunakan air dari sumber yang sama.
Airnya begitu kotor dan sedikit.
Mereka menggali tanah dengan tangan, berharap dapat menemukan sumber air.
Bagaimana mereka bisa hidup di lingkungan ini?
Saat melihat penderitaan hidup orang,
bersyukurlah karena kita memiliki berkah. Karenanya, kita harus menghargai berkah.
Lebih dari ribuan tahun suku Bedouin bertahan hidup di gurun pasir yang kering dan tandus ini
dimana setiap tetes air demikian berharga bagaikan emas.
Perlukah kita menyayangi setetes air?
Air membawa kemakmuran bagi negara,
karena dengan adanya air manusia dapat bercocok tanam
dan memiliki stok bahan pangan yang berlimpah.
Jika manusia memiliki makanan, mereka pun memiliki tenaga untuk bekerja.
Inilah alasan air dibutuhkan untuk hidup.
Sebuah negara tak mungkin ada tanpa air.
Karena itu, kita semua harus menghargai sumber daya air.
Jika tidak, kelak kita akan senasib dengan warga Bedouin
harus berjalan jauh untuk mendapatkan air.
Saya sering menjelaskan tentang 3 metode yang diajarkan Buddha.
Semasa Buddha hidup di dunia ini,
beliau mengajar lewat tindakannya dan berbagai metode Dharma lainnya,
membimbing manusia untuk melatih diri, melatih batin, dan bersumbangsih bagi sesama.
Buddha juga membimbing manusia untuk melihat bagaimana hukum alam berlangsung.
Beliau mengajarkan manusia saling membantu,
karena orang yang berdana adalah orang yang paling bahagia.
Sumber :
* Majalah Tzu Chi No.39 | Oktober 2008
Pesan Master Cheng Yen
Diterjemahkan oleh Phialia Jenly
Hal.12