Cari Blog Ini

13 April 2011

Vinilaka Jataka No.160

"Ketika Raja di sana pergi berkuda," dan seterusnya.

Kisah ini diceritakan Sang Guru ketika berdiam di Veluvana,
tentang bagaimana Devadatta menyamar sebagai Sang Buddha.

Kedua Siswa Utama [29] pergi ke Gayasisa [30] (Gayasisa),
tempat Devadatta menyamar sebagai Sang Buddha, dan gagal.

Kemudian kedua Thera tersebut kembali setelah memberikan khotbah Dhamma,
dan membawa bersama mereka Murid mereka masing-masing.


Sesampainya di Veluvana, Sang Guru menanyakan kepada mereka
tentang apa yang Devadatta lakukan ketika melihat mereka.

[39] "Bhante", kata mereka,
"dia menyamar sebagai Buddha, dan binasa sama sekali."

Sang Guru berkata,

"Bukan hanya kali ini, Sariputta, 
Devadatta binasa ketika menyamar sebagai diri-Ku, hal ini juga terjadi sebelumnya."
Kemudian atas permintaan Sang Thera,
Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.

* * * * *



Dahulu kala ketika Videha memerintah di Mithila (Mithila) dalam Kerajaan Videha,
Bodhisatta terlahir sebagai Putra dari Permaisuri utamanya.
Dia tumbuh di lingkungan mewah dan mendapat pendidikan di Takkasila,
dan pada saat Ayahnya meninggal, dia mewarisi Kerajaannya.

Kala itu, ada seekor Raja Angsa emas yang berpasangan dengan seekor burung gagak
di tempat mereka mencari makan, dan dari mereka lahir seekor anak burung.
Anak burung itu tidak mirip dengan kedua induknya.
Dia berwarna ungu, hitam dan biru, dan sesuai dengan penampilannya,
burung tersebut dinamakan Vinilaka (Vinilaka).

* * *


Raja Angsa itu sering mengunjungi Anaknya,
dan Sang Raja mempunyai dua anak lainnya, angsa seperti dirinya sendiri.

Mereka memperhatikan bahwa dia sering mengunjungi daerah tempat manusia berada,
dan menanyakan apa alasannya.

"Anak-anakku" katanya,

"saya mempunyai pasangan di sana, seekor gagak,
dan dia memberi saya seorang Putra, yang bernama Vinilaka.
Dirinyalah yang sering saya kunjungi."

"Di mana mereka tinggal ?" tanya mereka.

"Di atas pohon lontar, di dekat Mithila dalam Kerajaan Videha," dia menjelaskan tempatnya.

* * *


"Ayah" kata mereka,

"di mana ada manusia, di sana ada ketakutan dan bahaya.
Ayah tidak seharusnya berpergian ke sana,
izinkanlah kami pergi dan menjemputnya untukmu."

Lalu mereka membawa sebuah batang pohon, dan menempatkan Vinilaka di atasnya,
kemudian dengan menggigit kedua ujung batang tersebut dengan paruh mereka,
mereka terbang melewati Kota Mithila.

* * *


Pada waktu itu, Raja Videha kebetulan sedang duduk di atas kereta Kerajaannya
yang ditarik oleh kumpulan empat kuda Sindhava [31] yang serba putih,
ketika melakukan perjalanan kemenangan mengelilingi kota.
Vinilaka melihatnya dan berpikir

"Apakah perbedaan antara Raja Videha dan diriku ?
Dia menyandang kebesaran mengelilingi Kerajaannya di atas sebuah kereta
yang ditarik oleh empat kuda putih,
dan saya dibawa dengan batang pohon yang dibawa oleh sepasang angsa."

Ketika terbang melewatinya di angkasa, dia mengulangi bait pertama :

[40]
Ketika Raja di sana pergi berkuda
dengan empat kuda putih-susu,
Vinilaka hanya memiliki ini,
sepasang angsa, yang memikulnya di atas tanah !

* * *


Kata-kata ini membuat angsa marah.

Pikiran pertama mereka adalah, "Lempar dia di sini dan tinggalkan dirinya!",

tetapi kemudian mereka berpikir kembali - "Apa yang akan Ayah kami katakan ?"

Maka dikarenakan takut akan teguran, mereka membawa makhluk itu ke Ayah mereka,
dan menjelaskan apa yang dilakukannya.
Ayah mereka menjadi marah ketika mendengarnya :

"Apa !" katanya,

"Apakah Anda atasan Anak-anakku
sehingga Anda membuat dirimu sendiri sebagai Tuan mereka,
dan memperlakukan mereka seperti kuda-kuda di sebuah kereta ?
Anda tidak tahu diri.
Di sini tidak ada tempat untukmu; pulanglah ke tempat Ibumu !"

dan dengan kecaman ini, dia mengulangi bait kedua :

Vinilaka, Anakku, di sini ada bahaya,
di sini tidak ada tempat buatmu;
Di gerbang desa Ibumu menunggu
ke sanalah Anda harus bergerak dengan cepat sekarang juga.

Dengan kecaman ini, dia menyuruh Anak-anaknya membawa burung tersebut
ke tempat tumpukan kotoran di luar Kota Mithila, dan demikianlah yang mereka lakukan.

* * * * *


Uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kelahiran mereka :

"Pada masa itu, Devadatta adalah Vinilaka (Vinilaka),
kedua Thera adalah dua anak Angsa,
Ananda adalah Ayah dari angsa,
dan diri-Ku sendiri adalah Raja Videha."

* * * * *



Catatan kaki :
[29] Sariputta and Moggallana. Lihat Cullavagga, VII. 4 (trans. di Vinaya Texts, III. 256 ff.).
[30] Sebuah gunung dekat Gaya di Behar. Sekarang dikenal sebagai Brahmayoni
(lihat Rajendralala Mitra, Buddha Gaya, hal. 23).
[31] Berasal dari kata Sindhu, yang merupakan nama sebuah sungai di India.
Kuda-kuda terbaik lahir di tempat ini, di sekitar anak sungainya;
Oleh karenanya, disebut dengan Sindhava.


Sumber :
* Indonesia Tipitaka Center
* http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/vinilaka-jataka/