Cari Blog Ini

22 Maret 2012

Kaktus dan Tanaman Hias

Shifu Zhiyuan senang merawat bunga,
beliau meletakkan sebuah rak bunga di depan ruang puja bakti.
Bunga-bunga yang beliau tanam ditempatkan di atas rak,
para umat yang datang hilir mudik untuk mendengarkan cerita,
juga senang menikmati keindahan bunga-bunga tanaman hias itu.

Jenis-jenis tanaman hias itu beraneka ragam,
dari yang biasa seperti mawar, anggrek dan kaktus,
hingga tanaman hias yang unik,
yang Jiechen sendiri tidak tahu apa namanya.

Para umat yang datang untuk mendengarkan cerita,
umumnya tahu tentang hobbi Shifu Zhiyuan ini,
sebab itu sering kali para umat datang
dengan membawa beberapa bunga untuk diberikan pada Shifu Zhiyuan.

Senang merawat bunga tidak berarti hasil perawatannya pasti baik.
Kemampuan Shifu Zhiyuan dalam menanam tanaman hias biasa-biasa saja,
sering membuat tanaman hias yang mahal menjadi layu.
Hanya saja karena banyak orang yang memberi bunga,
bunga-bunga di atas rak di depan ruang puja bakti malah makin hari makin banyak.

Di dusun Miaoshen ada seorang umat tua bermarga Yue,
dia pensiunan dari kota yang pindah ke dusun,
konon dulunya dia bekerja di bidang yang berhubungan dengan tumbuhan.
Dia memiliki hobbi yang sama dengan Shifu Zhiyuan,
bedanya kemampuannya jauh lebih tinggi daripada Shifu Zhiyuan,
bahkan mampu mengubahnya menjadi keuntungan finansial.
Dia hanya menanam tanaman hias yang mudah dijual di dusun.


Suatu hari umat tua Yue datang ke vihara untuk mendengarkan cerita,
dia membawa hadiah bagi Shifu Zhiyuan,
sebuah pot bunga kecil dengan sebatang tanaman kecil
yang kelihatannya biasa-biasa saja.
Jiechen tidak tahu tanaman apa itu,
namun melihat Shifu Zhiyuan yang begitu gembiranya,
itu pasti tanaman hias yang langka.

Umat Yue memberitahu Jiechen,
tanaman hias ini dibeli dari tempat yang jauh,
ketika mekar konon bunganya sangat indah menawan,
tetapi tanaman hias seperti ini sangat sulit merawatnya.

Dia mengeluarkan sebuah buku,
sambil menunjuk beberapa halaman tengah buku itu,
dia memberitahu Shifu Zhiyuan
bahwa di situ tertulis metode perawatan tanaman hias jenis itu.

Shifu Zhiyuan menerima buku itu dengan sangat gembiranya.
Setelah umat Yue berlalu,
Shifu Zhiyuan duduk di atas kursi kecil
dan dengan cermat membalik-balik halaman buku itu.
Beliau meletakkan tanaman hias kecil itu di tempat yang terkena cahaya matahari,
lalu mulai mengolah lumpur, pupuk dan air
sesuai petunjuk metode perawatan yang disebutkan dalam buku.

Beliau juga mencatat di dalam buku catatan
tentang waktu penyiraman air dan pemberian pupuk,
dengan tujuan agar Jiechen bisa membantu mengingatkan beliau.

Setelah dirawat lebih dari satu bulan,
tanaman hias itu layu sebelum berkembang.
Shifu Zhiyuan sedih karenanya,
mau tidak mau harus membuang tanaman hias itu.


Suatu hari ketika memindahkan rak tanaman hias,
tiba-tiba terlihat sebuah bunga kaktus dalam posisi miring di dasar rak.
Itu adalah tanaman hias yang sekonyong-konyong lenyap setengah bulan sebelumnya.

Waktu itu kami kira tanaman hias itu diambil oleh umat yang menyukainya,
siapa tahu ternyata terjatuh dan terjepit di celah-celah rak.
Kami menyirami kaktus itu,
beberapa hari kemudian dia kembali berwarna hijau seperti semula.

Tanaman hias yang dirawat dengan sepenuh hati,
tak sampai satu bulan menjadi layu,
sedang kaktus yang dibiarkan begitu saja
selama lebih dari setengah bulan bisa tetap hidup.

Saya bertanya pada Shifu Zhiyuan, mengapa kaktus itu tidak layu.
Shifu Zhiyuan menjawab, karena kaktus hidup di padang pasir,
sudah terbiasa dengan hari-hari tanpa air.


Ternyata kondisi lingkungan yang buruk tidak berarti sepenuhnya buruk,
seperti halnya kaktus yang hidup di padang pasir,
malah karena lingkungan itu dia mempunyai kemampuan bertahan hidup yang kuat.

Kita yang hidup di lingkungan yang menderita,
hendaknya selalu mengingatkan diri sendiri,
saya menjadi semakin kuat dan besar karena adanya kamu, lingkungan yang buruk.

Diterjemahkan dari Buku Jiechen De Baizhou Guan (Kedai Bubur Putih Jiechen)
Karya Shi Jiechen

Sumber:
Majalah Sinar Dharma Vol.9 No.12 / 2555 BE
Maret  2011 - Oktober 2011
Hal.18