Cari Blog Ini

22 Maret 2012

Zhang Da

Cerita tentang Bakti Anak terhadap Orang tua
dan harapan yang sungguh tulus dari seorang Anak yang bernama Zhang Da.


Seorang Anak di China pada 27 Januari 2006 

mendapat Penghargaan tinggi dari Pemerintah-nya 

karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. 

Diantara 9 Orang peraih Penghargaan itu, 

Ia merupakan satu-satunya Anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar Penduduk China.



Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata 

adalah Perhatian dan Pengabdian pada Ayahnya, 

senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, 

serta Perilaku dan Ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.



* * * * *




Sejak Ia berusia 10 tahun ( Tahun 2001 ) Anak ini ditinggal pergi oleh Ibu-nya
yang sudah  tidak tahan lagi hidup bersama Suami-nya yang sakit keras dan miskin
dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Ayah yang tidak bisa bekerja,
tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun
untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat.
Ia harus sekolah, Ia harus mencari makan untuk Ayah-nya dan juga dirinya sendiri,
Ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia.
Dalam kondisi  yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.


Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini.
Ia adalah salah satu dari sekian banyak Anak
yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di Dunia ini.

Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa Ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan,
tapi tidak dengan melakukan kejahatan,
melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupan-nya dan Ayah-nya.
Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah
yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah.
Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil.
Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah,
Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang Ia temui.
Kadang juga Ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan Ia coba memakan-nya.
Dari mencoba-coba makan itu semua,
Ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidah-nya dan mana yang tidak bisa Ia makan.


Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari,
Ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar
dan memperoleh upah dari pekerjaan itu.
Hasil kerja sebagai tukang batu Ia gunakan untuk
membeli beras dan obat-obatan untuk Ayah-nya.
Hidup seperti ini Ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.



Zhang Da merawat Ayahnya yang sakit sejak umur 10 tahun.
Ia menggendong-nya ke WC, Ia menyeka dan sekali-sekali memandikan-nya,
Ia membeli beras, dan membuat bubur.
Segala urusan Ayah-nya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggung jawab dan kasih.


Yang membuatnya luar biasa adalah
Ia belajar bagaimana seorang Suster memberikan injeksi atau suntikan kepada Pasien-nya.
Setelah Ia rasa mampu, Ia nekat untuk menyuntik Ayah-nya sendiri.
Sekarang pekerjaan menyuntik Ayahnya sudah dilakukan-nya
selama lebih kurang lima tahun,
maka Zhang Dasudah terampil dan ahli menyuntik.

* * *


Ketika mata Pejabat, Pengusaha, Para Artis dan Orang Terkenal
yang hadir dalam Acara Penganugerahan Penghargaan tersebut
sedang tertuju kepada Zhang Da,
Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya,

“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana,

dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidup-mu ?

Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah ?

Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja.
Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja,
di sini ada banyak Pejabat, Pengusaha, dan Orang Terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta Orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi,
mereka bisa membantu-mu !”


Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa.
MC pun berkata lagi kepadanya,
“Sebut saja, Mereka bisa membantu-mu.”

* * *


Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,


“Aku mau Mama kembali.
Mama kembalilah ke rumah, Aku bisa membantu Ayah,
Aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah !”


Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu.
Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya.

Mengapa Ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan Ayah-nya,
mengapa Ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidup-nya
dan sedikit bekal untuk masa depan-nya ?

Mengapa Ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit ?
Mengapa Ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari Pemerintah
agar ketika Ia membutuhkan, pasti semua akan membantu-nya.


Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi diri-nya.
Aku mau Mama kembali,
sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya
sejak saat melihat Mama-nya pergi meninggalkan dia dan Ayah-nya.


Setelah membaca cerita ini,
saya mencoba merenungkan betapa tulusnya harapan dari Zhang Da.
Saya sempat berpikir apakah ketika saya berada di posisi dia,
saya bisa mengungkapkan harapan yang tulus tersebut
dari begitu banyak hal yang dibutuhkan.
Suatu harapan yang tidak dapat dibeli dengan materi apapun.

Semoga setelah membaca kisah ini,
kita dapat belajar untuk tidak mudah menyerah dalam menjalani kesulitan hidup,
dapat mengasihi satu sama lain,
dan memiliki harapan-harapan yang baik
tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.


Sumber:
Berita Vimala Dharma No.142/BVD/Januari/2012
Halaman 15-16