Cari Blog Ini

27 April 2012

Apakah Kamma itu ?

Berbuatlah baik dan Kebaikan akan datang kepada-mu,

sekarang dan sesudahnya. 


Berbuatlah jahat dan kejahatan akan datang kepada-mu,
sekarang dan sesudahnya.

* * *

Jika Kamu menabur benih yang baik, Kamu akan menuai panen yang baik. 

Jika Kamu menabur benih yang buruk, Kamu akan menuai panen yang buruk.


* * * 


Jika engkau berbicara atau bertindak dengan pikiran yang baik,

maka kebahagiaan mengikuti-mu seperti bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan-mu.


* * * * *




Kamma adalah suatu Hukum Alam impersonal yang bekerja sesuai dengan tindakan Kita.

Kamma adalah Hukum tersendiri dan tidak ada Pemberi Hukum.

Kamma bekerja dengan sendirinya tanpa campur tangan sosok pengatur eksternal.

* * * 


Kamma dapat dibilang dalam bahasa anak-anak yang sederhana;

Berbuatlah baik dan Kebaikan akan datang kepada-mu,
sekarang dan sesudahnya. 

Berbuatlah jahat dan kejahatan akan datang kepada-mu,
sekarang dan sesudahnya. 

* * *



Dalam bahasa Penuai, kamma akan dijelaskan dengan cara ini;

Jika Kamu menabur benih yang baik, Kamu akan menuai panen yang baik. 

Jika Kamu menabur benih yang buruk, Kamu akan menuai panen yang buruk. 

* * *



Dalam Bahasa Ilmu Pengetahuan,

Kamma disebut Hukum Sebab-Akibat; setiap sebab mempunyai akibat.

Nama lain untuk hal ini adalah Hukum kausal normal.

Kausal normal bekerja dalam bidang moral sama seperti hukum fisika
tentang aksi dan reaksi bekerja dalam bidang fisika.

* * *



Dalam Dhammapada, kamma dijelaskan dengan cara ini;


"Pikiran adalah Pelopor segala kebaikan dan kejahatan.

Jika engkau berbicara atau bertindak dengan pikiran yang buruk,
maka ketidakbahagiaan mengikuti-mu seperti roda pedati mengikuti kuku sapi. 

Jika engkau berbicara atau bertindak dengan pikiran yang baik,
maka kebahagiaan mengikuti-mu seperti bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan-mu."

* * *


Kamma adalah aksi.
Dalam diri Makhluk Hidup ada kekuatan atau tenaga yang diberi nama yang berbeda-beda
seperti naluri, kesadaran dan lain-lain.

Kecenderungan bawaan ini memaksa setiap Makhluk Hidup untuk bergerak.
Seseorang bergerak secara mental atau fisik.
Geraknya merupakan aksi.


Pengulangan aksi menjadikan kebiasaan dan kebiasaan akan menjadi watak.

Dalam Ajaran Buddha, proses ini disebut kamma.

* * *


Dalam pengertian akhir,
kamma berarti aksi mental atau kehendak.

"Kehendak itulah yang Ku-sebut sebagai kamma," kata Sang Buddha.


Jadi kamma bukanlah suatu wujud melainkan suatu proses, aksi, energi, dan daya.
Sebagaian Orang menafsirkan kekuatan ini sebagai 'aksi-pengaruh'.

Perbuatan Kita sendiri-lah yang bereaksi pada diri kita.

Sakit dan Kebahagiaan yang dialami Manusia
merupakan hasil pikiran, perbuatan, dan ucapan sendiri
yang bereaksi pada diri Mereka sendiri. 


Pikiran, perbuatan, dan ucapan Kita menghasilkan kesuksesan dan kegagalan Kita,
kebahagiaan dan kesengsaraan Kita.

Kamma adalah suatu hukum alam impersonal yang bekerja secara ketat
sesuai dengan tindakan Kita.

Kamma adalah hukum tersendiri dan tidak ada pemberi hukum.

Kamma bekerja dengan sendirinya tanpa campur tangan sosok pengatur eksternal.


Karena tidak ada sosok tersembunyi yang mengarahkan atau mengatur imbalan dan hukuman,
Umat Buddha tidak bergantung pada doa kepada kekuatan Ilahi
untuk mempengaruhi hasil kamma.

Menurut Sang Buddha, kamma bukan ditakdirkan atau ditentukan pada Kita
oleh suatu kekuasaan atau kekuatan misterius
dimana kita harus berpasrah diri tanpa daya.


Umat Buddha percaya bahwa Seseorang akan menuai apa yang sudah Ia tabur;
Kita saat ini adalah hasil dari diri Kita pada masa sebelumnya,
dan Kita nanti akan menjadi hasil diri Kita saat ini.


Dengan kata lain, Kita tidaklah mutlak tetap seperti diri Kita sebelumnya,
dan Kita tidak akan terus menjadi seperti diri Kita sekarang.
Ini berarti bahwa kamma bukanlah ketentuan mutlak.



Sang Buddha menunjukkan bahwa jika semuanya sudah ditetapkan dan ditentukan,
maka tidak akan ada kehendak bebas dan tidak akan ada kehidupan moral atau spiritual.
Kita akan semata-mata menjadi budak masa lalu kita.


Sebaliknya, jika semuanya tidak ditetapkan,
maka tidak akan ada pengembangan moral dan pertumbuhan spiritual.
Sang Buddha kembali menyatakan kebenaran Jalan Tengah
bahwa kamma bukan untuk dipahami sebagai ketentuan kaku maupun ketidak-tentuan baku
melainkan sebagai suatu interaksi dari keduanya.


Sumber:
Buku : Keyakinan Umat Buddha
Judul Asli : What Buddhists Believe
Oleh : Sri Dhammananda
Penerbit : Yayasan Penerbit Karaniya
Halaman 123-126