Cari Blog Ini

24 Mei 2012

Hati yang Paling Indah

Suatu hari seorang pemuda sedang berdiri di tengah-tengah kota
dan menyatakan bahwa ia memiliki hati yang paling indah di seluruh penjuru lembah.
Kerumunan orang mulai berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda ini
sebab hatinya terlihat sempurna.
Tidak ada sedikitpun cacat dan celah di dalamnya.
Ya, mereka semua sepakat
bahwa memang hati pemuda tersebut adalah hati terindah yang pernah mereka lihat.

Pemuda tersebut menjadi semakin bangga dan semakin bersesumbar
mengenai hatinya yang indah.
Tiba-tiba seorang pria tua muncul di antara kerumunan dan berkata,

“Mengapa hatimu tidaklah seindah hatiku?”

Para kerumunan dan pemuda tersebut spontan melihat ke arah pria tua tersebut.
Hati pria tua ini berdetak dengan kencang,
akan tetapi penuh dengan goresan bekas luka yang mengering;
dan di banyak bagian terdapat potongan yang dikeluarkan serta potongan lain yang dimasukkan,
akan tetapi potongan-potongan ini tidaklah berukuran persis sama
sehingga terdapat tepi-tepi yang bergerigi.
Bahkan di beberapa bagian, terdapat lubang yang menganga bekas potongan yang dikeluarkan.

Para kerumunan menatap heran bagaimana bisa si pria tua ini mengatakan hatinya lebih indah.
Pemuda tersebut melihat ke hati pria tua tersebut,
mengamati kondisinya dan kemudian tertawa.
“Anda pasti bercanda,” ia berkata.

“Bandingkanlah hatimu dengan hatiku,
hatiku sempurna dan hatimu tidaklah lebih dari sekedar onggokan bekas luka dan air mata.”

“Ya,” jawab si pria tua,
“Hatimu terlihat sempurna
akan tetapi aku tidak akan pernah mau menukarkannya dengan hatiku.
Kamu lihat, setiap goresan luka mewakili seseorang yang telah kuberikan cinta
– aku merobek sepotong hatiku dan memberikannya kepada mereka,
dan sering mereka juga memberikan sepotong hati mereka kepadaku
untuk mengisi bagian kosong di hatiku,
akan tetapi karena potongan tersebut tidaklah persis sama,
hatiku memiliki tepi-tepi kasar yang bergerigi,
yang aku  hargai sebab mengingatkanku mengenai cinta yang pernah kami saling berikan.

Kadangkala, aku memberikan potongan hatiku kepada seseorang,
akan tetapi ia tidak memberikan potongan hatinya kepadaku.
Itulah sebabnya ada lubang-lubang kosong
– mencintai  ibarat mengambil sebuah kesempatan.
Walaupun lubang-lubang ini menyakitkan,
akan tetapi hal ini mengingatkanku mengenai cinta yang pernah kuberikan,
dan berharap suatu saat mungkin mereka akan kembali
dan mengisi bagian-bagian kosong dari hatiku yang telah menunggu.

Jadi apakah kamu sudah melihat apa sesungguhnya keindahan sejati itu?”

Pemuda tersebut berdiri diam dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
Ia melangkah menuju pria tua tersebut,
menyentuh hatinya yang muda dan sempurna,
kemudian merobek sepotong keluar.

Dengan tangan yang bergetar, ia memberikan kepingan hatinya ke pria tua tersebut.
Pria tua tersebut menerima pemberiannya,
menempatkannya ke dalam hatinya
dan kemudian merobek sepotong dari hati tuanya
lalu menempatkannya ke dalam celah bekas sobekan di hati pemuda tersebut.

Kepingan hati tersebut menutup celah dengan baik,
akan tetapi tidak sempurna karena terdapat beberapa bagian tepi yang bergerigi.
Pemuda tersebut melihat ke hatinya,
tidak sempurna lagi akan tetapi terlihat lebih indah,
sebab cinta dalam sekeping hati pria tua tersebut telah mengalir ke dalam hatinya.

(diterjemahkan dari artikel berjudul  “The Most Beautiful Heart”, Author Unknown)


Sumber:
Berita Vimala Dharma No.145 BVD / April / 2012
Hal. 13-14