Buddha berkata bahwa ada lima syarat yang tepat untuk bekerja keras, yaitu:
1. Saat seseorang masih muda, rambut masih berwarna hitam,
memiliki kesegaran orang muda, dan berada dalam kondisi prima.
2. Saat masih sehat.
3. Tidak kelaparan, makanan cukup tersedia dan mudah yang didapat dari penghasilannya sendiri.
4. Rukun dengan kawan-kawannya, harmonis
seperti air dan susu yang dicampur, tanpa pertengkaran,
saling memperhatikan berlandaskan cinta kasih universal.
5. Rukun dengan rekan kerja, puas dengan ajaran,
tidak saling mencerca, menuduh, bertengkar dan berdebat.
~ Anguttara Nikaya III, 651
Kerja keras dalam makna Buddhis bukanlah bekerja terus-menerus
dan kerja dengan mengeluarkan energi maksimal.
Kerja keras dalam ajaran Buddha dilandasi dengan hati dan pikiran penuh kesadaran,
penuh perhatian, kewaspadaan serta diseimbangkan dengan penuh dengan cinta kasih.
Seseorang yang sedang bekerja hendaknya selalu sadar dengan apa yang dilakukannya.
Ia harus menyadari efek atau akibat dari kerja yang dilakukannya
apakah membuat makhluk lain menderita
dan membuat batin/pikiran sendiri menderita.
Dari Ucapan Buddha (sutta) tersebut,
kita dapat melihat bahwa faktor luar yang mendukung berkaitan dengan kinerja seseorang.
Walaupun pada kenyataannya faktor dalam diri (niat dan usaha semangat)
memegang peranan utama,
namun faktor ekternal yang disebut di atas tidak boleh diabaikan begitu saja.
Dalam kasus ketika sedang sakit ditambah usia,
walaupun kita mempunyai niat dan semangat yang dipancarkan dalam diri,
seringkali tubuh fisik tidak bisa mendukung
sehingga pekerjaan-pekerjaan terhambat
atau malah tidak bisa dilakukan (kondisi nomor 1 dan 2 tidak dipenuhi).
Kadang kala ketika lapar, pekerjaan kita pun menjadi terhambat (Kondisi nomor 3).
Kondisi ke-4 dan 5 yang mendukung kerja seseorang menjadi sempurna
berkaitan dengan kerharmonisan dengan orang-orang sekitarnya.
Bedanya 1 Melalui Buddha Vacana no.78 (Karaniya, 2006)
adalah kondisi ke-4 berkaitan dengan orang-orang yang bukan rekan sekerja.
Di suatu waktu, kita menjadi tidak fokus dalam bekerja
karena ada masalah di keluarga,
masalah dengan pacar atau suami/istri atau sedang bermasalah dengan teman.
Begitu pula kerja kita menjadi kacau takkala di kantor
atau orang-orang yang seharusnya bekerjasama dengan kita
malah tidak rukun dengan kita (kondisi nomor 5).
Sang Buddha mengajarkan bahwa sesama rekan kerja
seharusnya mempunyai satu tujuan atau keyakinan yang mantap,
tidak saling mencerca, menuduh, berdebat bahkan bertengkar.
Sumber:
Berita Vimala Dharma No.146/BVD/Mei/2012
Hal. 17-18