Cari Blog Ini

05 April 2013

Manfaat Mengembangkan Metta atau Cinta Kasih


* Orang yang penuh Metta 

dapat tidur dengan tenang dan bahagia.



Apabila seseorang tidur dengan hati terang dan bebas dari perasaan benci,

tentu ia dapat tidur dengan  seketika.



Hal ini dapat dibuktikan secara nyata 

oleh orang yang perasaan-nya penuh dengan Metta.



Karena ia pergi tidur dengan rasa Metta

maka ia akan terjaga dengan perasaan Metta.





* Orang yang bajik dan penuh welas-asih 

akan bangun dari tidur-nya dengan wajah berseri-seri.





* Di dalam tidur-nya,

orang yang perasaan-nya penuh Metta 

tidak diganggu oleh impian-impian yang buruk.




Karena pada waktu jaga-nya 

ia penuh dengan Metta

maka ia akan merasa aman juga di dalam tidur-nya.


Ia akan tidur dengan nyenyak,

dan kalaupun ia bermimpi, 

maka impian-nya selalu baik-baik saja.






* Ia akan disegani orang lain.


Karena ia mencintai orang lain, 

maka ia pun dicintai oleh orang lain.

Orang yang melatih Metta 

akan dicintai oleh makhluk-makhluk yang bukan hanya manusia.





* Orang yang penuh dengan Metta 

akan cepat untuk memusatkan pikiran.



Karena pikiran-nya tidak terganggu oleh getaran-getaran permusuhan

maka pemusatan pikiran dapat dicapai dengan mudah.






* Dengan batin yang tenang, 

ia akan hidup dalam Surga ciptaan-nya sendiri.



Bahkan orang yang bergaul dengan diri-nya 

juga akan merasakan berkah itu.






* Metta mempunyai pengaruh untuk menambah keindahan wajah seseorang.


Raut wajah pada umumnya 

merupakan pantulan dari keadaan pikiran.





* Orang yang batin-nya penuh dengan metta 

akan meninggal dengan tenang



bagaikan kapal yang berlabuh di teluk yang teduh:

tidak ada pikiran benci yang akan mengganggu diri-nya.

Bahkan setelah meninggal 

muka-nya kelihatan berseri-seri, 

membayangkan ketenangan kematian-nya.





* Bilamana orang yang penuh dengan Metta meninggal,

maka ia akan meninggal 

dengan tenang dan bahagia, 

dan ia akan tumimbal lahir di Alam-alam luhur dan bahagia.





Sumber:
Berita Vimala Dharma No.142/BVD/Januari/2012
Halaman 5-6