Dewa Shou yang pertama
disebut ada pada zaman Dinasti Jin awal.
Pada waktu itu dikatakan
Dewa SHOU
adalah
NAN CIK LAO REN XING
atau
Bintang Kutub Selatan atau Bintang Orang Tua.
* * *
Dari ke-tiga bintang di atas,
yang paling populer
adalah SHOU XING (Bintang kutub Selatan),
yang hanya dapat dilihat di daerah Tiongkok bagian Selatan saja.
Kemudian,
bersamaan dengan semakin banyak-nya cerita-cerita yang beredar
di dalam masyarakat,
akhirnya jadi-lah Dewa SHOU
dengan ciri-ciri-nya sebagai berikut :
“Orangtua yang kepala-nya besar dan panjang,
berwajah bijak dan ramah,
tubuh-nya pendek,
janggut-nya putih,
membawa tongkat ber-kepala naga
dan membawa buah Xian Dou,
dan sering dikelilingi oleh kelelawar
dan rusa berbintik-bintik putih”.
* * *
Kalau Dewa FU,
dalam legenda atau cerita masyarakat Tiongkok ada banyak,
tetapi yang bisa mewakili adalah BE CIAN,
yaitu Jenderal Perang
dari Kaisar HAN YUAN ( HAN YUAN HUANG DI ).
Karena jasa-jasa-nya,
maka ketika gugur dalam perang
melawan pemberontakan Man Yu,
maka oleh Maha Dewa diangkat sebagai
Shen atau Dewa FU ( QING FU ZHENG SHEN ).
* * *
Nah setelah ada Dewa SHOU dan Dewa FU,
masih juga dirasakan adanya kekurangan,
maka untuk melengkapi-nya
diciptakanlah sosok Dewa LU
yang punya ciri-ciri :
“Berwajah tampan dan berseri-seri,
tinggi badan semampai,
mengenakan jubah hijau daun,
kemana-mana selalu diikuti oleh seekor rusa sakti”.
* * *
Sekarang lengkap-lah sudah Dewa FU, LU dan SHOU
yang bisa mewakili semua “kebutuhan” masyarakat,
yang pada umum-nya selalu punya keinginan
untuk bisa mendapatkan “Rejeki” yang berlimpah,
“Kedudukan” yang berjaya
dan “Kesehatan” yang prima dan berumur panjang.
* * *
Jadi, menurut tokoh agama TAO
yang ahli dalam astronomi,
FU ; LU ; SHOU,
sebenarnya adalah nama-nama yang mewakili rasi bintang tertentu,
yang digunakan
untuk meramalkan “Rejeki”, “Kejayaan”
dan “Kesehatan atau Usia” seseorang.
Hal ini ada baik-nya juga,
untuk selalu menentramkan psikologis masyarakat,
supaya selalu punya harapan dan cita-cita,
untuk mendapatkan semua yang diinginkan-nya,
bila di rumah memiliki Altar FU LU SHOU.
Sumber :
* http://www.tionghoa.info/tentang-fu-lu-shou/
* www.xuezhengdao.com
Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com
* * * * * * * * * *
Fu Lu Shou ( 福祿壽 ) adalah Tiga Dewa yang juga disebut
Fu Lu Shou Sanxing ( 福祿壽三星; Tiga Bintang Fu Lu Shou ).
Secara terpisah, mereka adalah
Fu Xing,
Lu Xing,
dan
Shou Xing
("Xing" 星 memiliki arti "bintang").
Ketiga Dewa ini telah menjadi populer
selama ber-abad-abad
dalam kultur tradisional China
yang sangat menganggap penting kebahagiaan, kemakmuran, dan umur panjang.
Fu Lu Shou juga merupakan sebuah konsep
Keberuntungan (Fu),
Kekayaan (Lu),
dan
Umur Panjang (Shou).
Konsep Taois ini
diperkirakan berasal dari Dinasti Ming,
serta dipersonifikasi oleh Bintang Fu, Bintang Lu, dan Bintang Shou.
Istilah ini umum digunakan dalam budaya China
untuk menunjukkan ke-tiga ciri kehidupan yang bagus (sempurna).
Di dalam rumah banyak dipasang gambar-gambar
Cai zi-shou ( Cay-cu-siu – Hokkian )
yang melukiskan Tiga Orang Dewa yang masing – masing melambangkan
Dewa Kekayaan ( Cai-shen ),
Dewa Keturunan atau Kebahagiaan ( Zi-shen atau Fu-shen )
dan
Dewa Panjang Usia ( Shou-shen ).
Gambar tiga Dewa ini terdapat dimana-mana
dan banyak digunakan
untuk perhiasan, pigura, ukiran kayu dan lain - lain.
Kebahagiaan, kekayaan dan panjang umur
merupakan dambaan manusia,
sebab itu mereka mengharap berkah
dari para Dewa dalam hidup-nya.
Tentang Dewa Keturunan atau Dewa Kebahagiaan
dicatat kisah seperti di bawah ini
Pada zaman Kerajaan Liang
pada masa Pemerintahaan Kaisar Wu Di ( 502 – 549 M),
Kaisar mengeluarkan maklumat
yang isi-nya membebankan pajak yang berat
pada penduduk Kabupaten Dao Zhou, Propinsi Hunan
dan banyak mengambil orang-orang kerdil dari wilayah itu
untuk dijadikan pelayan dan pelawak di Istana.
Jumlah pajak dan orang-orang kerdil
yang diminta oleh Kaisar semakin meningkat,
sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan rakyat.
Untung, Yang Cheng
yang pada waktu itu menjabat Hakim Tinggi
di Wilayah Dao Zhou terketuk nurani-nya
untuk membela nasib penduduk.
Ia lalu menerangkan pada Kaisar
bahwa menurut Undang-undang,
orang-orang kerdil itu juga termasuk rakyat-nya, bukan budak.
Kaisar rupa-nya sadar
akan tingkah-nya yang menyengsarakan orang,
lalu menghentikan perbudakan atas orang-orang kerdil.
Penduduk sangat ber-terimakasih pada Hakim budiman ini,
terlebih-lebih orang-orang kerdil
yang diselamatkan nasib-nya.
Mereka merasa berhutang budi pada Yang Cheng,
lalu membuat arca-nya
dan memuja-nya sebagai Dewa Kebahagiaan.
* * *
Seorang tokoh lain yang dianggap sebagai Dewa Kebahagiaan
adalah Li Giu Zu
yang dikenal sebagai Zheng Fu Xiang Gong
atau Tuan Muda yang melipatgandakan Kebahagiaan.
Beliau pernah memangku jabatan Perdana Menteri
pada masa Pemerintahan Kasiar Wen Di
dari Kerajaan Wei,
pada masa San-guo ( Sam Kok – Hokkian ).
* * *
Masih ada seorang tokoh lagi yang masih popular,
yaitu penyelamat Dinasti Tang
yang pada waktu itu sudah diambang keruntuhan
akibat pemberontakkan An Lu Shan.
Dia adalah Guo Zi Yi ( Kwe Cu Gi – Hokkian).
Ia berasal dari Hua-zhou, Propinsi Shanxi.
Gambar-nya seringkali tampak dengan pakaian biru,
sambil mendukung seorang anak kecil.
Anak itu adalah putra-nya yang bernama Guo Ai.
Menurut cerita Guo Zi Yi mempunyai tujuh orang Anak.
Karena disertai anak kecil,
maka Dewa Kebahagiaan seringkali disebut juga Dewa Keturunan.
Tentang Dewa Kekayaan
Tentang Dewa Kekayaan,
sudah kita bicarakan diatas,
tapi Dewa Kekayaan yang dilukiskan dalam tiga serangkai Cai-Zi-Shou ini
bukanlah Zhao Gong Ming yang terkenal sebagai Xuan Tan Yuan Shuai itu,
tapi adalah seorang yang lahir pada zaman Dinasti Jin
dan bernama Shi Chong.
Selain kisah diatas,
masih ada anggapan lain
bahwa Tian Guan ( Thian Koan - Hokkian )
salah satu dari San Guan Da Di yang juga seorang Cai Shen.
Sebab itu hari kelahiran-nya
dirayakan pada tanggal 15 ( lima belas ) Bulan 1 ( satu ) Imlek.
Tentang Dewa Panjang Usia
Dewa Panjang Usia atau Shou Xing
mulanya adalah seorang Dewa dari bintang
yang turun ke Dunia dalam wujud manusia.
Ia berasal dari Bintang Nan-dou ( Gantang Selatan ).
Wujud-nya seorang tua berjenggot panjang,
dahi-nya menojol dan membawa tongkat,
beserta sebuah Tao atau buah persik.
Ia disebut juga dengan panggilan
Nan Ji Xian Weng
( Lam Kek Sian Ong - Hokkian )
atau
“Orang Tua dari Kutub Selatan”.
Qin Shi Huang Kaisar pertama
dari Dinasti Qin (246 – 210 SM)
mengadakan sembahyangan pada Dewa ini
pada Tahun 246 SM.
Dan sejak itu-lah persembahan
kepada Nan-ji Xian Weng atau Orang Tua Dewa
dari Kutub Selatan ini
diteruskan sampai sekarang.
Gambar Dewa ini
sering ditampilkan bersama-sama dengan kelelawar yang terbang di atas-nya
dan tangan-nya menggenggam buah Tao.
Buah ini adalah buah suci
yang menurut cerita bila dimakan manusia,
maka panjang-lah usia-nya.
Menjangan dan kelelawar
ke-dua-nya melambangkan kebaikan.
Menjangan atau “LU” adalah sama suara-nya
dengan “LU” yang berarti Kekayaan atau Kepangkatan.
Sedangkan kelelawar atau “FU”
sama dengan suara “FU” yang berarti Rejeki.
Gan Luo adalah Dewa Anak atau Dewa Keturunan juga.
Gambar anak yang ada dalam gambar Cai-zi-shou,
ada yang berpendapat sebagai gambar Gan Luo.
Ia hidup pada zaman Zhan-guo (475 – 221 SM)
dan pada usia 7 (tujuh) tahun
sudah jadi Menteri Kerajaan Qin.
Sayang, ia tidak berusia panjang.
Dia kemudian dianggap sebagai Dewa Anak atau Zi Shen
dan banyak dipuja terutama di dalam perumahan.
Hari lahir-nya tidak jelas.
Sumber:
http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.com/2014/01/tiga-dewa-fu-lu-shou.html#_