CERITA BUDDHA & SEEKOR KODOK
Alkisahnya, ada seekor kodok yang baru saja pergi dari berjalan-jalan di daratan.
Ketika kembali berenang di kolam, dia bertemu dengan seekor ikan mas yang telah
mengenalnya.
“Halo Tuan Kodok, Anda dari mana saja ?”.
“Oh, saya baru saja datang dari berjalan-jalan di daratan”, jawab Sang Kodok.
“Daratan ? Apa itu daratan ? Saya belum pernah mendengar ada tempat yang
bernama daratan”.
“Daratan ialah tempat di mana Anda dapat berjalan-jalan diatasnya”, Sang
Kodok mencoba menerangkan tentang daratan pada Si Ikan Mas.
“Oh ya, dapat berjalan-jalan diatasnya? Saya tidak percaya bahwa Anda baru
saja dari daratan. Menurut saya, tidak ada tempat yang disebut daratan”, Si Ikan Mas
membantah dengan sengit.
“Baiklah jika Anda tidak percaya, yang pasti saya tadi memang datang dari
daratan”, balas Sang Kodok dengan sabar.
“Tetapi, Tuan Kodok, coba katakan kepada saya, apakah daratan itu dapat
dibuat gelembung, jika saya bernafas didalamnya ?”. “Tidak”, jawab kodok.
“Apakah saya dapat menggerakkan sirip-sirip saya didalamnya?” “Tidak”,
jawab kodok lagi.
“Apakah tembus cahaya?” “Tidak”, jawab Sang Kodok.
“Apakah saya dapat bergerak mengikuti gelombang ?””Tidak, tentu saja”, jawab
Sang Kodok dengan sabar.
“Nah, Tuan Kodok, saya sudah menanyakan Anda tentang daratan, dan semua
jawaban Anda adalah “Tidak”, dan itu berarti daratan itu tidak ada”, Si Ikan Mas
menjawab dengan perasaan puas.
“Baiklah, jika Anda berkesimpulan seperti itu. Yang jelas, saya tadi memang
datang dari daratan dan daratan itu nyata adanya”, Sang Kodok menjawab sambil
berlalu.
Si Ikan Mas, karena ia adalah seekor ikan yang hidupnya di air, maka dia tidak
pernah mengetahui bahwa ada dunia lain selain dunia airnya. Karena dia hanya
mengenal dunia air, maka semua pertanyaan yang diajukan tentang daratan berkaitan
dengan dunia air. Sebaliknya Sang Kodok dia dapat hidup di dua dunia, yaitu dunia
air dan daratan. Karenanya, Sang Kodok mengerti bahwa ada dunia lain selain dunia
air tempat para ikan hidup. Dia mengerti sepenuhnya dunia air, dia juga mengerti
sepenuhnya daratan, karena dia sudah mengalami pengalaman empiris di dua dunia
itu.
Demikian pula dengan Buddha. Buddha mengerti sepenuhnya alam duniawi
beserta segala fenomenanya dan Nibbana sebagai pembebasan dari segala fenomena.
Karena beliau telah mengalami pengalaman empiris kehidupan duniawi dan
pencapaian Nibbana. Kita adalah si ikan mas yang keras kepala. Sepanjang kita belum
pernah mengalami pencapaian Nibbana, seberapa hebatnya Buddha menerangi tentang
Nibbana, kita tak kan mengerti. Bukan berarti Buddha gagal mencerahi kita.
Kebodohan kita sendirilah yang menghalangi pencerahan yang mestinya terjadi.
Mutiara pencerahan itu ada dalam diri kita. Buddha telah menunjukkan
jalannya. Kini yang perlu kita lakukan hanyalah meneguhkan hati untuk menjalani
jalan yang telah ditunjukkan tersebut. Mengalami sendiri pencapaian Nibbana dan
mengerti apakah Nibbana itu dengan sepenuhnya. Dan menjadi orang yang
memenangi pertarungan yang sejati.
Sumber :
Dikutip dari dhammacitta.org
Dimuat di :
Majalah Buddhis - Sakya
Pengetahuan
Edisi 004 – November 2009
Halaman 28