Cari Blog Ini

28 Mei 2010

Asuransi Dari Buddha

Dahulu kala, di desa Dochilin – India, ada seorang wanita tua yang miskin dan hidup sebatang kara. Wanita tua itu sangat berharap dapat merubah kehidupannya, tapi ia tidka mempunyai kepandaian apa‐apa. Akhirnya ia memutuskan untuk
menjual susu sapi agar mendapatkan uang. Setiap hari ia pergi ke tempat pemerhan susu sapi untuk membeli susu lalu menjualnya kepada orang‐orang.

Tetapi, secara diam‐diam ia mencampurkan air ke dalam susu sapi segar tersebut agar mendapatkan susu yang lebih banyak sehingga akan mendapatkan susu yang lebih banyak sehingga akan mendapatkan uang yang lebih banyak pula.


Setiap orang yang meminum susu sapi segar yang dibeli dari wanita tua itu selalu merqasa bahwa rasa susunya tersebut sedikit aneh, tapi tidak satupun yang curiga bahwa wanita tua itu telah berbuat curang.

Suatu hari, seorang kakek tua yang sering membeli susu pada wanita tua tersebut bertanya: “Nenek, susu yang saya beli disini ada rasa airnya, mengapa bisa begitu?”
“Jangan sembarangan bicara, susu yang saya jual ini berasal dari hasil perahan sapi putih yang paling mahal, sapi putih biasanya digunakan untuk p‐ersembahan kepada dewa langit, sehingga tentu saja rasa susu sapi ini ada bedanya dibandingkan dengan rasa susu sapi biasa. Ini sangat masuk akal: Demikianlah, dengan mudah dibohonginya kakek itu.

Setelah mendengar Penjelasan dari wanita tua, si kakek sangat mempercayainya. Lalu disebarkannya berita tentang susu sapi putih tersebut kepada setiap orang. Sejak adanya berita itu, hasil penjualan susu sapi segar si wanita tua semakin
banyak. Beberapa tahun kemudian, kehidupan wanita tua itu sudah berubah dratis, karena ia mendapatkan banyak uang dari hasil penjualannya yang tidak 100% halal.
Dengan tabungannya, wanita tua itu membeli anting‐anting berlian yang sangat diidam‐idamkannya.

Ia sangat menyayangi anting berlian tersebut karena baru dapat dibelinya setelah ia menabung selama bertahun‐tahun, yang semuanya didapatinya dari hasil jerih payah dan kebohongannya yang dilakukannya selama ini.

Suatu hari, wanita tua itu pergi ke desa lain untuk mengunjunginya temannya dan sekaligus untuk memamerkan kekayaannya. Tentu saja ia memakai anting berlian kesayangannya itu. Dalam perjalanan pulang ia harus melewati sebuah sungai kecil. Wanita tua takut anting‐antinnya terjatuh, maka dilepaskannya anting tersebut dan dibungkusnya dengan sapu tangan kemudian digengamnya dengan erat. Wanita tua sudah merasa sangat aman. Namun sayang, ia tidak mengetahui bahwa batu‐batu kecil yang ada di dalam sungai itu ditumbuhi lumut hijau yang sangat licin.

Sekali injak, wanita tua itu hampir jatuh dan dalam keadaan tersebut, tanpa disengaja dilepaskannya anting‐anting berlian dari genggamannya.
Arus sungai sangat deras dan langit pun mulai gelap. Wanita tua itu menangis tersedu‐sedu dipinggir sungai.

Saat itu, seorang pertapa yang tinggal di pegunungan Himalaya sedang menuju ke arahnya. Pertapa itu telah mencapai tingkat arahat dan sangat dihormati oleh penduduk desa.

Melihat pertapa itu, langsung saja wanita tua meminta tolong dicarikan anting berliannya yang hanyut. “Terima kasih, pertapa sudi datang kesini. Tolonglah saya, saya membeli anting itu dengan uang simpanan saya yang diperoleh dengan susah payah, tapi akhirnya jatuh ke sungai, jadi tolong bantu saya mencarinya kembali”.

“Wanita tua yang malang, anting‐anting anda telah kembali ke asalnya, yang yang anda terima adalah hasil dari penjualan air, oleh sebab itu anting‐antingmu telah kembali menjadi air”.

Setelah mendengar perkataan pertapa itu, wanita tua merasa ketakutan dan berkata:
“Maafkanlah saya, saya hidup seorang diri, demi kelangsungan hidup maka saya berbuat demikian. Sekarang saya sadar akan kesalahan saya, tapi apa yang harus saya perbuat?”
“Wanita tua, dulu anda mencampurkan air secara diam‐diam ke dalam susu, maka kini kamu pun harus berbuat kebaikan secara diam‐diam. Mulai hari ini anda tidak boleh berbohong lagi dan terhadap setiap orang harus saling tolong‐menolong. Demikian simpanan yang kamu miliki tidak akan hilang bahkan semuanya akan disimpan dalam
asuransi dari Buddha yang biar bagaimanapun tidak akan hilang”.

Sejak itu, wanita tua telah berubah dan menjadi penduduk desa yang baik hati. Setiap hari membantu orang desa menyapu jalan, membantu menjaga anak, menjaga orang sakit, yang semuanya dilakukan dengan tulus, tanpa menerima apapun. Ia tidak pernah mengeluh atau berkomentar yang buruk, bahkan semuanya dilakukan dengan perasaan
gembira, karena dalam hatinya hanya ada satu “Asuransi dari Buddha”.

Penduduk desa telah mengetahui dan menyadari kebaikan wanita tua itu. Sebagai tanda terima kasih maka semua penduduk desa mengumpulkan dana untuk membangun sebuah rumah yang akan dihadiahkan kepada si wanita tua. Sehingga sejak itu, wanita tua tidak perlu bekerja keras lagi.