Manusia memang senantiasa melakukan Pahala Kebajikan,
namun sering sekali dengan hati pikiran yang tidak murni,
ini bukanlah berdana yang sesungguhnya.
Beliau mengatakan ada jenis berdana yang tidak tulus, antara lain :
1. Berdana dengan hati pikiran yang tidak tulus, dengan kegelapan batin
( pikiran dan pengertian yang jungkit-balik ),
maka ini bukanlah benar-benar berdana yang murni.
2. Ketika Seseorang berdana,
namun bukan dilandasi dengan cinta kasih dan kasih sayang yang tulus,
hanya sekedar gejolak emosi atau mengharapkan simpati,
ini bukanlah berdana yang murni.
3. Didorong oleh hasrat keinginan pribadi,
misalnya melihat sesuatu yang kita suka, kemudian kita bersedia memberikan sesuatu yang lebih,
ini bukan termasuk berdana yang murni.
4. Kekuatiran pada pemerasan harta oleh Para Penjahat,
kemudian dana ini disumbangkan dengan harapan dapat melenyapkan karma buruk sendiri,
ini bukan termasuk berdana yang murni.
5. Memberikan Orang senjata untuk melindung diri, ini tidak termasuk berdana.
6. Memungut dan merawat Anak yatim piatu adalah baik
tetapi jika ada maksud dan tujuan kelak sesudah dewasa akan dijadikan pesuruh
ini bukanlah berdana.
7. Demi kejayaan dan Nama baik berdana,
tidaklah termasuk berdana paramita yang murni.
8. Seseorang mengalami kebangkrutan dan memindahkan hartanya kepada Orang Lain
dengan sangat terpaksa, ini bukanlah berdana paramita.
9. Jika sebuah rumah ada kasus kemudian dihibahkan ke sebuah Lembaga Sosial,
ini bukanlah termasuk berdana.
10. Apabila kita mengetahui berdana adalah Perbuatan Baik,
tetapi tidak mempunyai uang atau harta,
lantas mengambil dana Orang Lain jadikan seperti dana sendiri dan berdana,
ini tidak termasuk berdana paramita yang murni.
11. Padi yang ada di lumbung padi termakan oleh tikus dan burung,
Pemilik merasa sangat marah, ini tidak termasuk berdana,
dan jika Kita ingin menyumbang beras, maka sumbanglah beras yang baik.
12. Ketika Kita mengundang Seorang mekanik ( ahli ) perbaiki alat-alat,
dan sambil Kita belajar, kemudian kita mengundang dia makan, memberinya uang,
ini tidak termasuk berdana.
13. Jika Seorang pasien merasa penyakitnya sudah tidak bisa sembuh,
kemudian dia memberikan Jasa ( uang ) yang banyak kepada dokter
dengan harapan dokter dapat mengobatinya dengan sekuat tenaga,
ini juga bukan berdana yang murni.
14. Setelah memukul dan memarahi Orang
kemudian merasa tidak enak hati dan memberikan sesuatu dana menandakan permohonan maaf
ini juga bukan berdana yang murni.
15. Ada Orang setelah berdana timbul curiga kepada yang menerima,
atau apakah Orang yang menerima dana ini bisa membalas budi padanya,
ini bukanlah berdana yang murni.
16. Ada Orang setelah berdana merasa sangat sakit hati, dan menyesal,
ini benar-benar “bukan berdana”,
17. Ada semacam Orang, dia mengira setelah memberikan dana pada Orang Lain,
seumur hidup penerima dana harus menuruti perintahnya.
Ini juga bukanlah berdana yang murni.
18. Berdana untuk mencari ketenaran di televisi atau di media surat kabar,
untuk menarik simpati Orang banyak,
ini juga bukan berdana yang murni.
19. Andaikata melihat Orang sedang berdana 10 dollar,
yang lain juga ikut berdana 15 dollar,
namun ada satu boss, tidak mau kalah, dia ikut berdana 20 dollar, mengalahkan kedua donator.
Andaikata Kita berdana dengan iri hati dan ingin lebih hebat dari Orang Lain,
berdana paramita ini tidaklah murni.
20. Jika berdana memilih-milih,
maka tindakan ini tidak termasuk berdana paramita yang tulus.
Berdana dalam Buddhism, andaikata Kita uraikan satu-persatu,
semuanya mempunyai makna Sila dan Vinaya ( Norma yang harus dijalankan ).
Hyang Buddha memberitahu kepada Pi Se Ye bahwa berdana tidak murni,
maka tidak akan mendapatkan kebenaran dan buah kesucian di Jalan Ke-Buddha-an,
paling-paling hanya melatih diri di Jalan Dewa saja.
“Harta dari Orang yang tidak baik, tidak akan bermanfaat bagi siapa-siapa.
Harta dari Orang yang kikir
demikian juga tidak akan bermanfaat pada siapa-siapa dan juga diri-nya sendiri.
Sedangkan harta dari Orang yang baik akan bermanfaat jika didanakan
sehingga tidak akan tersia-sia.”
Hyang Buddha bersabda,
“Duhai Para Bhikku,
Seseorang yang bodoh
ibarat sebagai Seorang Petani yang tidak mau menabur benih padi-nya di Sawah.
Dia hanya mengumpulkan padi hingga busuk,
tersia-sia sampai tidak bisa untuk ditanam lagi.
Bila saja padi tersebut ditabur,
maka taburan satu butir padi akan memberikan satu tangkai padi
dengan buah padi yang banyak.
Demikian pula dana yang diberikan akan membuahkan Pahala yang banyak.
Mengoleksi harta tidak berguna, di mana harta itu hanya berguna bagi dirinya sendiri,
sama dengan perhiasan-perhiasan yang indah tapi tidak dipakai,
bagaimana perhiasan itu akan berguna ?
Malahan akan menyebabkan kekhawatiran dan perasaan was-was”.
( Sutra 62 Wejangan Terakhir Sang Buddha dan Jawaban kepada Dewa ).
Sumber :
Majalah Buddhis - Harmoni
No.16/01/I/HAR/10
Artikel : Corak dan Manfaat Berdana ( oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Sthavira )
Halaman 73-74