Cari Blog Ini

31 Oktober 2010

Lentera - Bila Setiap Hari Merupakan Hari Baik, Tahun Baru Tentu Tahun Yang Baik

Bila setiap menit dan detik berniat dan berbuat baik,
maka setiap hari merupakan hari yang penuh keselamatan dan keberuntungan.
~Master Cheng Yen~

Setiap Menit dan Detik Berniat Baik

Dalam ceramahnya pada acara pemberkahan akhir tahun di Pingtung,
Master Cheng Yen mengatakan banyak bencana yang diakibatkan manusia
berawal dari ketidakselarasan batin.


Sebagai contoh,
pergolakan akibat ulah manusia telah menyebabkan rakyat di Zimbabwe (Afrika)
dan Haiti (Amerika Tengah) hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan.
Contoh ini harus diambil sebagai peringatan agar
kita mau menghargai keamanan dan keselamatan di Taiwan.
“Setiap orang harus berikrar agar Taiwan mampu menolong semua penderitaan
di muka bumi ini. Kalau berbuat sebaliknya, nantinya justru Taiwan yang
akan membutuhkan bantuan negara lain. Hal ini sungguh berbahaya,”
kata Master Cheng Yen.

Dalam kondisi ekonomi global yang buruk,
Master Cheng Yen mengimbau agar semua orang dapat mengendalikan
nafsu keinginan, giat berusaha, hidup hemat, bertahan
dan tidak gentar menghadapi kesulitan, serta jangan terlalu bersikap konsumtif.

Kalau masih sanggup, bantulah orang yang menderita di dunia ini.

“Sanggup menolong orang lain,
sesungguhnya lebih beruntung daripada orang yang membutuhkan pertolongan,”
ungkap Master Cheng Yen.


Menjelang setiap akhir tahun, setiap orang saling mengucapkan “Selamat Tahun Baru”,
dengan harapan segalanya akan berubah menjadi lebih baik di tahun baru nanti.

Master Cheng Yen mengatakan,
“Kita berharap tahun baru adalah baik, akan lebih baik berharap setiap bulannya,
setiap harinya selalu dalam kondisi baik.
Bila dalam setiap menit dan detik kita berniat dan berbuat baik,
setiap saat menghimpun berkah,
maka setiap hari merupakan hari yang penuh keselamatan dan keberuntungan.”



Terjun ke Masyarakat untuk Menyadarkan Semua Makhluk Hidup
Di antara sesama manusia, tentu ada saling keterkaitannya dalam hal jalinan
cinta kasih, kebencian, perasaan dendam, semua penderitaan dalam hidup ini
bersumber dari hal tersebut.

Bagaimana cara menguraikannya agar hati manusia selaras?
Satu-satunya cara adalah bersama-sama terjun ke masyarakat
dengan hati yang tulus dan penuh cinta kasih.

Dari sana akan dapat disaksikan wujud penderitaan,
munculnya kesadaran akan ketidakkekalan dunia dan hukum karma.

Ketika berbincang dengan insan Tzu Chi Pingtung, Master Cheng Yen juga berpesan,

“Daripada mencemaskan perubahan kondisi batin umat manusia,
lebih baik meningkatkan harkat dan pikiran diri sendiri.”
“Di dunia ini tiada sesuatu pun yang abadi. Contohnya tubuh manusia,
yang akan berubah seiring pertambahan usia.
Dari bayi sampai tua, setiap menit, dan setiap detik
terjadi proses penggantian dan penuaan.
Siklus dari terlahir, ada, lapuk, dan lenyap adalah hukum alam.
Segala sesuatu di alam ini yang terus terlahir dan lenyap,
pada dasarnya adalah tiada, namun secara menakjubkan ada.
Semua yang secara menakjubkan ada, pada dasarnya adalah tiada’,”
Master Cheng Yen menjelaskan.

Master Cheng Yen menghimbau agar jangan hanya berkutat dalam kata-kata,
tapi juga merenungkan bagaimana cara “menyelamatkan kesadaran sejati”.
“Daripada berbicara hal tiada sampai ada, lebih baik melangkah di jalan tengah,” tegas beliau.
Metode pelatihan diri insan Tzu Chi adalah dengan menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri.

Master Cheng Yen mengajarkan,
“Kalau melafalkan nama Buddha hanya sebagai formalitas saja,
kemudian begitu keluar dari ruang kebaktian langsung bertengkar,
dan memendam rasa benci pada orang lain,  lalu apa gunanya melafalkan nama Buddha?
Pelafalan nama Buddha sesungguhnya adalah bertujuan agar sadar dari kegelapan batin,
mengerti akan betapa Buddha Maha Welas Asih, dan Maha Bijaksana,
serta mendapatkan kembali sifat dasar manusia yang semula jernih, bersih,
harmonis dan saling membantu dengan sesama.”

Bila martabat manusia tercapai, tentu martabat hakiki kita sebagai Buddha juga tercapai.
Master Cheng Yen menegaskan, kalau terjun ke dalam masyarakat
dan berhubungan dengan orang lain, harus berusaha untuk membina hubungan baik
dengan semua orang.

“Lepaskan keakuan dan anggapan yang keliru.
Jika mendengar usul atau kritik dari orang lain,
berusahalah untuk memperbaiki diri, sehingga semakin diasah semakin baik.
Harus terlebih dahulu menyucikan batin sendiri, baru bisa menyucikan batin orang lain,
dengan demikian tentu hubungan antar sesama manusia bisa lebih tenang dan damai.”

Sumber :
* http://www.tzuchi.or.id/Buletin/Buletin_54.pdf
* Diterjemahkan oleh Januar (Tzu Chi Medan) dari Majalah Tzu Chi Monthly September 2008
* Buletin Tzu Chi No. 54 | Januari 2010, Hal. 14