Cari Blog Ini

18 Januari 2011

17 Ide Memerdekakan Pikiran

Seorang bayi terlahir dengan pikiran yang kosong. Tanpa isi, tanpa doktrin, tanpa "install" apapun. Sebuah pikiran yang luas, yang merdeka. Namun setelah dewasa, uniknya kita malah terus mencari sang saka "Merdeka!", kadang hanya sepotong kemerdekaan diri.

Menjadi pribadi yang bebas, menjadi pribadi yang mandiri. Menjadi pribadi yang merdeka.

Mengapa demikian? Apa yang telah diisi ke pikiran kita?  Apa yang di-install? Siapa yang meng-install? Siapa yang bertanggung jawab atas pikiran kita.

Tidak perlu dijawab, karena hanya akan memperpanjang persoalan. Marilah kita berfokus untuk memerdekan diri saja. Walaupun  "merdeka" bisa hanya berupa kata, bisa juga berupa makna, mungkin berupa hikmah, bahkan bisa bebas. Bebas terlepas dari kungkungan, belenggu diri, ikatan kencang sang ego.

Sebagai seorang motivator dan praktisi Neuro Linguistic Programming (NLP), saya ingin berbagi sedikit pengalaman menang "berperang" melawan penjajah di dalam pikiran kita sendiri:

1. Saat penjajah muncul dalam pikiran "Apa mungkin, ya?", pergilah ke cermin, tatap dia yang ada di cermin dengan tajam, katakan "Enggak ada yang enggak mungkin! Anything is POSSIBLE".

2. "Tapi apa kamu bisa, gitu loh?", Jawablah, "Bukan persoalan bisa atau tidak bisa, namun mau atau tidak mau!".

3. "Aku 'kan sayang pada kamu..." Jawablah, "Jika memang kau sayang padaku, berikan aku kesempatan untuk membuktikan siapa diriku ini."

4. "Bagaimana kalau kamu dihina orang?" Jawablah, "Hinaan aku perlukan sebagai sumber daya pengungkit agar aku terus bergerak maju".

5. "Bagaimana kalau kamu gagal?" Jawablah, "Gagal memang bisa muncul, hanya bila aku berhenti dan menyerah".

6. "Tapi ada waktunya kamu juga harus berhenti sejenak, bukan?" Jawablah, "Betul, boleh berhenti. Namun, untuk beristirahat agar mendapat tenaga baru. Bukan untuk berleha-leha atau menyerah".

7. "Ah, memang kamu keras kepala" Jawablah, "Bukan soal keras kepala, manusia harus hidup dengan keras prinsip. Keras dalam tekad agar kepala tetap tegak sampai di akhir hayat".

8. "Kamu yakin bisa sukses?" Jawablah, "Bukan soal sukses atau gagal, yang terpenting adalah menyelesaikan apa yang telah dimulai".

9. "Walau kadang berat?" Jawablah, "Justru berat membuat kita kuat. Dengan semakin kuat, kita pun akan mampu mengangkat yang lebih berat".

10. "Ah, kamu sombong sekali!" Jawablah, "Sepertinya sombong, namun ini adalah tekadku dalam mengarungi kehidupan. Tekad menimbulkan semangat. Semangat bukanlah kesombongan. Semangat adalah energi dahsyat".

11. "Apa tujuan hidupmu, jika demikian" Jawablah "Paling tidak menjadi seorang yang berarti dalam hidup ini, seorang yang dapat memberikan makna, berbagi hikmah, seorang yang berguna untuk orang lain".

12. "Apakah cita-cita itu tidak ketinggian?" Jawablah, "Mungkin tinggi, namun jika kita merangkak ke atas, raih demi raih, maka ketinggian pun dapat dicapai".

13. "Apakah perjalanan mencapai impian itu tidak berat?" Jawablah, "Memang berat, namun mungkin untuk diwujudkan."

14. "Jadi, kamu yakin 100%?" Jawablah, "Keyakinanlah yang membuat manusia bisa terbang tinggi, setinggi yang diinginkan, sejauh yang bisa dicapai".

15. "Jadi tekadmu sudah bulat" Jawablah, "Tekadlah yang menjadi sumber tenaga dahsyat manusia untuk ke bulan".

16. "Kamu sudah siap mental ke depan?" Jawablah, "Manusia diberi akal budi oleh Tuhan, apa pun halangan di depan, selama kita percaya dan berserah pada Dia, maka pasti akan dibukakan jalan. Dimana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Jika belum ketemu jalan, maka buatlah jalan".

17. "Baiklah, aku mendukungmu" Jawablah, "Dukunganmu memang diperlukan untuk mempercepat dan memperkuat perjuangan dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Samudra memang luas, namun pasti dan pasti ada pantai indah nun jauh di sana. Pasti, jika kita terus mengayuh, mengayuh dan mengayuh".

Merdekalah, saudaraku! Merdekalah.


Sumber :
Majalah Intisari No.541
Inspirasi - Edisi Agustus 2008
Penulis : Krishnamukti, Mindset Motivator
Hal.22-23