"Kami sangat berterima kasih bahkan atas sumbangan paling kecil pun,"
jawab pria yang melayani di konternya dengan lembut.
Ketika mampir di sebuah kota besar, sebuah spanduk besar dengan huruf-huruf tebal
berbunyi:
BENCANA KELAPARAN DI AFRIKA.
BERIKANLAH DENGAN MURAH HATI
UNTUK MENYELAMATKAN ORANG-ORANG KELAPARAN.
Suatu kerumunan orang sedang mengantri untuk memberikan sumbangan mereka.
Di dekat pintu balai kota berdirilah seorang anak perempuan yang cantik
yang berpakaian miskin namun rapi.
Dengan tatapan malu-malu ia mengamati orang-orang didepannya.
Ia melihat seorang pedagang meletakkan sekantong emas di atas mejanya.
Lalu datanglah seorang wanita kaya dengan penampilan angkuh
menyumbangkan berbagai perhiasan;
sebagian orang lainnya menyumbangkan uang tunai, pakaian dan makanan.
Sang anak perempuan enggan mengambil gilirannya
namun pada akhirnya, mengerahkan keberaniannya dan maju ke depan.
"Ini sedikit sekali... saya malu menyumbangkannya.
Mungkin tampaknya tidak berharga,
namun hanya inilah yang saya miliki," demikian katanya.
"Kami sangat berterima kasih bahkan atas sumbangan paling kecil pun,"
jawab pria yang melayani di konternya dengan lembut.
"Ya sudah, ini saja.
Saya tidak mempunyai apa-apa lagi untuk saya sumbangkan."
demikian anak perempuan menambahkan dengan malu-malu.
Dari balik jubahnya ia mengeluarkan dua kepang rambutnya yang panjang
berwarna keemasan.
Ketika itulah bagian tudung jubahnya jatuh ke belakang,
memperlihatkan kepalanya yang indah,
dari mana kemuliaan berwarna keemasan tersebut telah digunting.
Kemurahan hati anak perempuan cantik ini untuk menyumbangkan miliknya yang paling berharga,
yaitu kepang rambutnya yang berwarna keemasan,
melampaui segala emas atau perhiasaan berkilau dari penyumbang-penyumbang lainnya.
Sumber:
Buku Moralitas
Filsafat Timur
Penerbit Classic Press
Hal.115-116