Bukit Girjjhakuta atau Gridhrakuta
saat ini terletak di desa Devrajnagar, Madhya Pradesh, India.
Tepatnya sekitar 5 kilometer dari Rajgir
yang menjadi tempat ziarah bagi pemeluk Ajaran Buddha
dan beberapa keyakinan lain di India.
Banyak hidup Buddha berhubungan dengan tempat ini,
seperti kisah Raja Bimbisara yang dipenjara anaknya mendapat keteduhan
ketika secara ajaib bisa melihat Buddha
di Girjjhakuta dari dalam penjara.
[Sutta Mahasudassana. Sutta ke-17 dari Digha Nikaya]
Di bukit ini juga terdapat tangga batu seluas 6,1 hingga 7,3m
yang dibangun oleh Raja Bimbisara
untuk memudahkannya mengunjungi Buddha.
Jalan berbatu ini berakhir di dekat puncak bukit,
dimana kita bisa melihat dua gua alami yang dipercaya
sering digunakan oleh YA Sariputra dan YA Ananda.
Tempat ini juga merupakan tempat YA Sariputra mencapai pencerahan.
Bagi aliran Mahayana, tempat ini teramat penting,
karena konon di bukit Girjjhakuta inilah
di hadapan 5000 biksu biksuni dan umat awam
serta boddhisattva yang jumlahnya tidak terhitung,
Sutra Saddharmapundarika, Sutra Suranggama Samadhi,
dan Sutra Prajna Paramita (didalamnya terdapat Sutra Intan) dibabarkan.
Di bukit ini juga, Buddha Gautama mewariskan silsilah Zen
kepada Maha Kasyapa yang karenanya
menjadi Sesepuh ke-1 aliran Zen di India.
Aliran Zen kemudian dibawa Bodhidharma yang merupakan Sesepuh ke-28
di India ke daratan Tiongkok.
Itulah sebabnya, Bodhidharma akhirnya dikenal juga sebagai
Sesepuh ke-1 di Tiongkok.
Menurut legenda, suatu hari ketika Buddha sedang mengajar
di Puncak Burung Hering, ia menaiki takhta-Nya,
memetik setangkai bunga, dan menunjukkannya kepada yang hadir.
Tidak seorang pun memahami maknanya,
kecuali Maha Kasyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum.
Buddha kemudian berkata,
"Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar
dan pikiran yang indah akan Nirwana.
Bentuk yang sejati sebenarnya adalah kekosongan
dan pintu Dharma yang halus.
Semua ini telah aku wariskan kepada Maha Kasyapa."
Kejadian ini dianggap sebagai awal mula aliran Ch'an/Zen.
(Karakteristik dan Esensi Ajaran Zen, Mahabiksu Hsing Yun,
Penerbit Karaniya)
Ketika biksu pengembara dari Tiongkok Fa Hien,
sampai ke Girjjhakuta,
ia sangat mendalam merasakan atmosfir di Puncak Burung Hering ini.
Segera ia memberikan persembahan bunga, dupa, dan pelita
yang menerangi kegelapan, sambil menahan air mata yang mengalir
ia berkata,
"Di sinilah Buddha membabarkan Sutra Suranggam.
Saya Fa Hien terlahir ketika tak bisa bertemu Buddha lagi,
dan sekarang di sini, saya hanya bisa melihat jejak
yang Beliau tinggalkan, di tempat Beliau pernah tinggal,
tidak lebih dari itu"
Kemudian di depan gua batu itu,
ia memanjatkan Sutra Suranggama sambil berlinang air mata semalaman penuh.
Sumber:
Majalah Mamit Edisi 05 Tahun 2011
Sahabat Anak-Anak Buddhis Indonesia
Hal.20-21