Cari Blog Ini

14 April 2011

Jataka 58 - Pangeran Monyet

Pada suatu ketika ada seekor raja monyet yang kejam yang berkuasa di Himalaya.
Seluruh monyet dalam kelompoknya adalah istri dan anak-anaknya.
Ia sangat takut bahwa suatu hari anak laki-lakinya akan tumbuh dewasa
dan mengambil alih kekuasaannya sebagai raja.
Jadi dia mengambil kebijakan
untuk mengginggit setiap anak laki-lakinya sewaktu mereka lahir.
Hal tersebut akan membuat mereka lemah untuk dapat melawan ayahnya.


Salah satu istri dari raja monyet mengandung.
Bila saja ternyata yang lahir adalah anak laki-laki,
ia ingin melindungi anak itu dari keputusan suaminya.
Jadi ia melarikan diri menuju hutan di salah satu kaki gunung
dan melahirkan bayinya di sana.

Tak lama kemudian bayi itu tumbuh menjadi besar dan kuat.
Pada suatu hari ia bertanya kepada ibunya,

"Dimanakah ayah saya?"

Ibu mengatakan kepadanya,

"Ia adalah seorang raja monyet di suatu kelompok
yang hidup di kaki gunung yang letaknya jauh dari sini.
Hal ini membuatmu menjadi seorang pangeran."

Pangeran monyet berkata,

"Maukah ibu bermurah hati dan mengajakku menemuinya?"

Ibu berkata,

"Tidak anakku, saya takut untuk melakukannya.
Ayahmu menggigit semua anak laki-lakinya
agar mereka menjadi lemah sepanjang hidupnya.
Ia takut salah satu dari anaknya akan mengambil alih kekuasaannya sebagai raja."

Pangeran monyet beerkata,

"Jangan mengkawatirkan aku, Ibu. Aku dapat menjaga diriku sendiri."

Hal ini membuat ibunya percaya diri,
maka ia menyetujuinya dan membawanya kepada ayahnya.

Ketika raja monyet ini melihat anaknya yang kuat, ia berpikir,

"Saya tidak akan meragukan bahwa bila anakku tumbuh lebih kuat lagi,
ia akan mengambil  alih kekuasaanku.
Karenanya saya harus membunuhnya selagi saya masih mampu.
Saya akan memeluknya, berpura-pura sebagai tanda cinta saya kepadanya.
Tetapi sebenarnya saya akan menekannya sampai ia mati!"

Raja mengundang anaknya dan berkata,

"Ah, Anakku yang telah lama hilang! Ke mana saja engkau selama ini?
Aku sangat merindukanmu."

Kemudian ia memeluk dan menekannya dengan kuat dan semakin kuat,
mencoba untuk membunuhnya.
Tetapi kekuatan pangeran monyet laksana gajah.
Ia membalas menekan ayahnya.
Ia menekan dengan erat dan semakin erat,
sampai ia dapat merasakan tulang raja tua itu mulai retak.

Setelah kejadian yang buruk ini, raja monyet menjadi labih kawatir lagi
bahwa suatu hari anaknya akan membunuhnya.
Ia berpikir,

"Dekat sini ada sebuah kolam yang dihuni oleh siluman air.
Akan lebih mudah bila siluman air itu memangsa anakku.
Lalu masalahku akan selesai".

Raja monyet berkata,

"Oh putraku tercinta, sekarang adalah saat yang tepat bagi kamu untuk pulang ke rumah.
Saya sudah tua dan saya akan memberikan kedudukanku kepadamu.
Tetapi aku membutuhkan bunga-bunga untuk perayaan penobatanmu.
Pergilah ke kolam dekat sini dan bawalah dua buah bunga lili air yang berwarna
putih, tiga macam lili air berwarna biru, dan lima jenis teratai.'

Pangeran monyet berkata,

"Baiklah ayahku aku akan pergi dan mengambilnya."

Ketika ia tiba di kolam, ia melihat ada bermacam-macam lili air dan teratai
yang tumbuh begitu banyak.
Tetapi sebelum ia melompat dan mengambil bunga-bunga itu,
ia terlebih dahulu menyelidikinya.
Ia berjalan perlahan di sepanjang tepi kolam.
Ia menemukan adanya jejak kaki yang arahnya menuju kedalam kolam,
tetapi anehnya tidak ada sesuatu yang keluar dari kolam.
Setelah mempertimbangkannya ia menyadari
bahwa itu adalah pertanda bahwa kolam tersebut dikuasai oleh siluman air.
Ia juga menyadari bahwa ayahnya pasti telah mengirimnya ke kolam ini agar terbunuh.

Ia menyelidiki tempat itu lebih lanjut,
sampai ada bagian yang menyempit di kolam tersebut.
Di situ, dengan kemampuannya,
ia yakin dapat melompati kolam tersebut dari satu sisi ke sisi yang lain.
Di tengah-tengah lompatannya menyeberangi kolam tersebut
ia dapat menggapai bunga-bunga yang tumbuh di tengah kolam dan memetiknya,
tanpa ia harus terjun ke dalam air.
Lalu ia melompat balik untuk memtik bunga lebih banyak lagi.
Ia terus melompat bolak-balik untuk mengumpulkan bunga-bunga itu.

Tiba-tiba siluman air memunculkan kepalanya ke atas permuakaan air.
Ia berseru,

"Selama aku tinggal di sini,
aku tidak pernah melihat seorang pun baik manusia atau pun binatang
sebijaksana momyet ini.
Ia telah berhasil memtik semua bunga yang diinginkannya
tanpa pernah menyentuh lingkungan kekuasaanku, dalam kerajaan airku."

Lalu siluman yang  menakutkan itu membuat jalur baginya
untuk melewati air dan naik ke tepi kolam.
Ia berkata,

"Tuanku, Pangeran monyet, ada tiga sifat yang membuat seseorang
tak terkalahkan oleh musuh-musuhnya.
Sepertinya semua sifat itu ada pada dirimu
yaitu kemampuan, keberanian, dan kebijaksanaan.
Kau pasti tidak bisa terkalahkan.
Katakanlah padaku, Pemberani!
Mengapa kaumengumpulkan semua bunga-bunga ini?"

Pangeran monyet berkata,

"Ayahku menginginkan aku menjadi raja di daerahnya.
Ia menginginkanku ke sini utuk mengumpulkan bunga-bunga ini
untuk penobatanku menjadi raja."

Siluman air berkata,

"Kau terlalu mulia untuk dibebani dengan membawa bungta-bunga ini.
Biarkan aku yang membawanya untukmu."

Ia mengambil semua bunga itu dan mengikuti pangeran monyet.

Dari kejauhan raja monyet melihat siluman air
membawa bunga-bunga dan mengikuti pangeran. Ia berpikir,

"Aku mengirimnya untuk mengumpulkan bunga dengan tujuan
agar ia dimangsa siluman air.
Tetapi ternyata malah ia membuat siluman air ini menjadi pembantunya.
Aku kalah!"

Raja monyet khawatir seluruh perbuatan jahatnya akan terbongkar.
Ia menjadi panik,
sehingga kepanikan itu menyebabkan hatinya pecah menjadi tujuh bagian.
Dan akhirnya ia mati seketika.
Kemudian kelompok monyet memutuskan
untuk mengangkat pangeran monyet menjadi raja baru mereka.


Hikmahnya:

Kejujuran, kewaspadaan dan kebijaksanaan (pandai)
akan membuat seseorang berhasil mencapai tujuan.


Sumber:
http://www.dasaparamita.co.cc/2009/03/menceritakan-kisah-pangeran-monyet.html