Cari Blog Ini

17 Juni 2011

Cara Yang Terbaik Bagi Orang Miskin Dalam "Beramal, Menanam Benih Kebaikan"


1. Membaca Keng
2. Melepaskan makhluk hidup
3. Berjanji tidak makan makhluk berjiwa atau vegetarian
4. Secara langsung menolong yatim piatu
5. Mengunjungi dan meninjau panti jompo
6. Mengunjungi panti asuhan anak yatim piatu
7. Menyumbang dengan mencetak buku kebaktian (Keng) atau buku-buku yang baik


* * * * *



Kuperkenalkan beberapa amal besar yang tidak mengeluarkan uang
atau hanya dengan mengeluarkan sedikit uang.
"Beramal, me­nanam benih  kebajikan" sangatlah banyak caranya,
tetapi banyak perbuatan amal yang harus ada kesempatan barulah dapat dilakukan.

Misalkan menolong orang  sakit, membantu mewujudkan cita-cita orang,
menyeberangkan si buta di jalan, dll. Kesempatan seperti ini belum tentu setiap saat (hari) ada,
jika anda bertekad memperbaiki nasib,
janganlah "Menanti" datangnya kesempatan ini,
haruslah kita mengambil inisiatif,
berusaha dengan tak henti-hentinya "Menanam benih baik",
barulah secepatnya bisa memperbaiki nasib.

Lalu bagaimana kita memilih cara "Beramal" yang sering dapat dilakukan,
tanpa membuang uang atau hanya dengan mengeluarkan sedikit uang
dan  mendapatkan hasil yang baik?


Beberapa cara, dibawah ini dapat menghemat dan sangat mudah dilakukan:

1. MEMBACA KENG.

Inilah cara terbaik tanpa biaya satu senpun, baik sikaya maupun si miskin dapat melakukannya.
Tetapi harus "KEPER­CAYAAN DAN TEKAD".
Membaca Keng harus dengan penuh ke­percayaan dan kejujuran,
terutama harus berlangsung lama, tak kenal lelah dan putus di tengah jalan, barulah bisa  berhasil,
makin lama membaca Keng makin besar hasilnya.
Keng adalah perahu Buddha untuk menyeberangkan umatnya,
membaca Keng berarti naik perahu, jadi dapat menyeberang ke tepi yang lain.

Kekuatan Keng tidak tampak, jika lama membacanya, dapat menghapus dosa diri sendiri,
jika membacakan untuk orang lain dalam jangka lama, dapat menghapus dosanya,
agar ia mendapat bahagia.
Kekuatan Keng dapat menghindarkan berbagai bencana dan malapetaka,
juga penyakit dan derita, dapat pula merubah nasib yang buruk menjadi jalan yang lapang.

Dengan berbagai macam Keng,
yang kebanyakan mengan­dung janji dan sumpah Buddha dan Dewata,
asalkan si pembaca mau bersungguh-sungguh dan jujur, lambat laun akan terjadi kontak,
Buddha serta Dewata sesuai dengan janji dan sumpah­nya
akan memenuhi permohonan si pembaca.

Misalnya dalam Keng Kwan Se Im Po Sat TA PEI CHOU (MAHA KARUNA DHARANI)
pernah bersumpah dihadapan Hut Co Buddha Gautama, katanya :

"Bila umat membaca Keng ini tetap jatuh berdosa ke tingkat tiga,
aku bersumpah tidak menjadi SADAR BETUL.
Bila membaca Keng ini tidak melahirkan umat yang yakin akan Buddha,
aku bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL.
Bila membaca Keng ini tidak mendapatkan Panna,
aku bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL.
Bila membaca Keng ini, semua permohonan dalam hidup ini tidak mendapatkan hasilnya,
aku bersumpah tidak akan menjadi  SADAR BETUL".

Jelaslah bahwa sumpah dan janji Kwan Se Im Po Sat atas Keng ini tidak ringan.

Sebuah contoh lagi ialah Keng, dalam sebuah pertemuan di kebun,
Hut Co Sidarta merasa iba atas umatnya yang banyak berdosa dan akhlak yang rendah,
mudah terjerumus dalam ke­nistaan dan dosa pada kehidupan yang akan datang,
maka di­ucapkanlah Keng Fo Mu Cun Thi Seng Chou.

Bagi umat  yang setiap hari membacanya dengan kesungguhari hati 100 kali lebih,
lambat laun pasti terhindar dan malapetaka, akan bertambah rejeki dan panjang usia.
Bagi yang setiap hari membaca Iebih dan 100x, setelah genap 49 hari,
Po Sat akan mengutus dua orang malaikat untuk melindunginya kemanapun ia pergi,
Sehingga terhindar dan segala bencana dan malapetaka.
Bila mem­baca genap 900 ribu kali, dapat menghapus semua kelima maksiat dan 10 kejahatan.

Lalu dalam Keng Mantra Tujuh Buddha Menghapus Dosa yang diciptakan oleh Hut Co
untuk melenyapkan dosa berat umatnya baik yang dilakukan pada masa yang lalu ataupun masa kini,
agar yang membaca terhapus dosanya, terhindar dan segala "Sebab Jahat berakibat buruk".

Kekuatan Keng itu tak terduga, berbagai hambatan perja­lanan nasib manusia,
pada dasamya bersumber pada keadaan telah menanam "Benih Kejahatan" dan menerima karmanya.

Sedangkan kekuatan Keng (Parita) dapat menghapus segala si­klus "Benih Jahat",
hingga dengan sendirinya dapat merubah nasib buruk menjadi agak baik
ini salah satu di antara jalan penyelesaian yang tuntas.

Cara membaca Keng yang terbaik ialah pada pagi hari se­telah membersihkan tubuh,
memasang dupa dan mulai mem­baca
(Sebelum kita makan tak ada hawa kotor yang melekat agak bersih).
Bagi yang memuja dewata dan Buddha dalam rumahnya,
boleh membakar dupa dan berlutut serta membacanya.
Bila tidak ada yang dipuja, dapat meinilih sebuah tempat yang bersih,
dimana kita berlutut dan membacanya,
namun sebaiknya pergi ke Cetya atau vihara yang terdekat.

Bagi umat yang membaca Keng sebaiknya tidak makan daging sapi atau anjing
(bagi yang makan daging lembu dan an­jing, dengan mulut yang kotor
lalu membaca Keng maka lebih berat dosanya).
Sebaiknya setiap bulan Tionghoa tanggal 1 dan 15 tidak makan barang berjiwa
atau sepuluh hari sebulan vegetaris
(setiap tanggal 1, 8, 14, 15, 18, 23, 24, 28, 29, 30 bulan Tionghoa).
Jika bulan kecil dapat diganti tanggal 27
atau enam hari pada setiap bulan
(setiap tanggal 8, 14, 15, 23, 29, 30 bulan kecil di ganti tanggal 28).

Bagi orang yang membaca Keng dapat memilih sendiri 1 atau 2 macam Keng
sebagai pegangan yang lama,
janganlah ta­mak banyak ragam, para pembaca harus dengan hati tenang dan sabar,
kedua tangan bersembah, mata dipejam dan konsentrasi, jangan ingin cepat,
membaca dengan suara perlahan, boleh pu­la membaca dalam hati,
sambil membaca sambi1 mendengar dan mengendapkan setiap kata itu dalam hati,
mencapai keadaan "Keluar dan mulut, masuk ke telinga, terpahat dalam hati".
Lambat laun kekuatan Keng terukur dalam hati, dengan cepat akan bereaksi.
Selesai Keng, terasa semangat kita bertambah,
dalam hati penuh dengan kasih dan welas, sanubari kita terasa lebih cerah.

Harus diperhatikan bahwa dalam membaca Keng harus membuang segala pikiran yang bukan-bukan.
Memang pada per­mulaannya kurang bisa konsentrasi, banyak pikiran meng­ganggu,
harus setapak deini setapak melatih diri, lambat laun akan mencapai kata dan hati terpadu.
Jika "Ada mulut tidak ada hati" atau "Mulut dan hati tidak bersatu",
cara membaca Keng semacam ini biarpun sampai tenggorokan kita serakpun tidak akan berguna.


2. MELEPASKAN MAKHLUK HIDUP

Selain membaca Keng, melepaskan makhluk hidup merupakan cara yang baik pula
untuk memupuk kebajikan dan amal. kebaikan.
Manusia dalam dunia untuk menikmati hidangan yang lezat,
berusaha memotong makhluk hidup sebanyak mungkin.

Untuk kota Hong Kong saja setiap hari berbagai macam hewan
yang dibantai dalam dapur dan pejagalan tidak kurang dari 1 juta,
baik terdiri dan: lembu, babi, kambing, ayam, bebek burung, udang, kepiting,
ikan laut, kerang, ular, kura-kura, dll.
Hingga seluruh Hong Kong penuh dengan hawa pembunuhan dan dendam,
roh dan rasa dendam dan makhluk berjiwa ini,
lambat laun bertambah dan bertumpuk,
tanpa sengaja akan men­datangkan marabahaya bagi manusia.

Maha Guru Yuen Yin Tan She dalam sebuah sajak larangan membunuh berkata:

"Bila ingin mengetahui pertarungan senjata dalam dunia,
dengarkan suara pada tengah malam di pintu pejagalan".

Jelas disini, bahwa manusia setiap hari membuat dosa.
Para dokter kini telah mem­buktikan bahwa
banyak makan daging akan mendatangkan ber­bagai macam penyakit,
terutama banyak makan hasil laut akan menderita
berbagai macam penyakit aneh yang sulit disembuh­kan.

Kesemua dan kenyataan ini adalah hasil penyelidikan konkrit selama bertahun-tahun,
yang terdapat dalam unsur berbagai macam karma yang tidak nampak,
yang belum dapat dibuktikan secara iliniah masih banyak sekali.
Dalam masyarakat yang menitikberatkan pada kenikmatan materi,
umumnya orang telah kehilangan kesadaran.
Hal ini merupakan bagian kehidupan manusia yang menyedihkan dan mengibakan.

Namun bila ada orang yang dapat memperhatikan manusia dalam hal ini,
anda sedikit demi sedikit mulai sadar
dan ingat bahwa makhluk hidup/hewanpun mempunyai jiwa dan roh,
mengapa manusia harus makan daging si lemah secara paksa?
Benarkah bahwa mereka dilahirkan untuk dibantai manusia?
Tidak adakah hukum kehidupan alam bagi mereka?
Tanpa memakan darah dagingnya, manusia tidak dapatkah hidup?
Jadi, apakah manusia yang merupakan "Pimpinan semua makhluk"
dibentuk atas dasar kelakuan yang sangat kejam ini?

Dan keadaan sengsara pada saat para hewan dibantai,
telah cukup membuktikan dendam kesumat mereka pada manusia,
pun telah membuktikan kelaliman manusia.
Sebaliknya, bila ada orang yang dapat membuat mereka lolos dan kematian,
memberikannya sebuah jalan kehidupan,
pastilah hati sanubarinya akan sangat berterima kasih,
inipun dapat menunjukkan kewelas-asihan.

Oleh karena itu, orang yang memperhatikan beramal telah melakukan sesuatu dalam hal ini:
MELEPASKAN MAKHLUK HIDUP.

Melepaskan makhluk hidup bukan saja telah memberikan kesempatan
bagi makhluk hidup lolos dari kematian,
inipun berarti telah memberikan jalan untuk dirinya "Menghadapi maut bertemu kehidupan"
ditinjau dari sudut menghapus dosa dan menanam kebajikan.
Hal yang tak berwujud ini tidak ternilai,
terutama bagi orang yang sedang menderita penyakit berat yang sering berdoa
untuk kesembuhannya sangatlah penting.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melepaskan makhluk hidup,
misalkan makhluk dalam air asin haruslah dilepaskan ke lautan,
bagi yang hidup di dalam air tawar haruslah dilepaskan dalam air yang tawar (sungai),
burung harus dilepaskan ke hutan,
agar mereka kembali ke alam kehidupan dan penghidupan yang sesuai.

Untuk melepaskan makhluk hidup sebaiknya memilih sebangsa ikan, hasil laut/sungai, burung, dll.
Harus sering melakukan sebaiknya berjangka terus-terusan
atau berjanji setiap bulan melepaskan berapa ekor untuk satu janji,
tidak terbatas waktu, sekian cepat semakian baik,
usai satu janji diteruskan janji lain, seperti yang dilakukan tuan Yuen Liauw Fan.

Melepaskan makhluk hidup tidak perlu banyak keluar uang.
Jika memang keuangannya tidak mampu, dapat dilakukan secara bertahap,
tiap hari menabung 3 yen atau 4 yen, maka se­tiap bulan dapat menabung antara 90 sampai 150 yen,
tetapi haruslah uang itu untuk dipergunakan sesuai dengan keinginan semula,
harus ada tekad kepercayaan hati.


3. BERJANJI TIDAK MAKAN MAKHLUK BERJIWA ATAU VEGETARIAN

Inipun satu cara beramal tanpa mengeluarkan uang,
tetapi di Hong Kong belum tentu setiap orang dapat melakukan.
Ini harus dilihat dan perbedaan pekerjaan dan situasi setiap orang,
harus pula dilihat kekuatan janji dan tujuan janji kita sendiri.

Berjanji tidak makan barang berjiwa tidak harus dilakukan selamanya,
dapat ditentukan jangka waktunya atas dasar situasi dan kondisi kita sendiri.
Ada yang 100 hari, ada yang setengah tahun, ada yang setahun, 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dsb,
pula harus dilihat kekuatan dan janji dan tujuan kita sendiri.

Misalkan bagi orang yang banyak rintangan dalam perjodohan,
dapat berjanji atas dasar keadaan diri sendiri, antara 2 dan 3 tahun,
dengan membuat pahala ini akan mendapat jodoh yang baik.

Bagi orang yang selalu gagal dalam usaha, dengan melakukan ini selama 3 atau 5 tahun,
akan mendapatkan usaha yang langgeng dan mantap.

Bagi  orang yang berjanji tidak makan barang berjiwa,
sebaiknya datang sendiri ke kuil atau vihara yang terdekat.
Sebelumnya harus membersihkan diri dengan sungguh­sungguh dan hikmat,
berlutut dihadapan Sang Buddha, lalu ber­janji dengan permohonan tertentu.
Tidak perlu dengan janji tertulis,
tetapi kesungguhan hati akan menggetarkan hati Buddha.

Bagi yang berjanji harus manunggal kata dan perbuatan,
apa yang diucapkan harus dapat dilaksanakan, bila melanggar maka akan lebih berat dosanya.

Bagi yang berjanji, dilarang membunuh,
dilarang pula berjanji dengan memohon untuk hal-hal yang sesat.
Misalkan bagi yang memohon jodoh dilarang minta istri muda,
bagi yang mohon soal usaha dilarang mohon agar menjadi kaya besar,
lebih dilarang lagi minta mendapatkan keuntungan dan judi, saham dan sebagainya.


4. SECARA LANGSUNG MENOLONG YATIM PIATU

Walaupun hal ini harus mengeluarkan harta atau materi,
namun tidak mesti dalam jumlah yang banyak, sesuai dengan kemampuan kita.
Kita sering melihat berita dalam surat kabar yang menyerukan
agar pembaca memberikan sumbangan bagi penderita bencana alam dsb.
Atau menolong seseorang yang cacat dan sebatang kara, hingga mengemis di jalan.
Atau seseorang yang sakit parah tanpa sanak saudara, sakit dan sengsara, harus ditolong.

Hal-hal yang menyedihkan semacam di atas dapat ditemui dimana saja.
Bagi orang yang agak mempunyai hati simpatik, pasti akan merasa iba dan kasihan,
oleh karenanya tidak sedikit orang yang tergerak hatinya
lalu mengumpulkan sumbangan lewat surat kabar untuk diteruskan ke tangan si penderita.
Orang-orang ini sedang meluku sawah kebajikan,
menanam benih ke­baikan bagi masa depannya sendiri.

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa memberikan amal bukanlah diukur
dan banyak sedikitnya "UANG" yang dikeluarkan,
tetapi dengan kesungguhan dan tidaknya hati kita.
Jadi disesuaikan dengan kemampuan masing-masing,
asalkan si pengamal setiap ada kesempatan melakukannya, besarlah pahala­nya.

Bila mungkin langsung diterimakan pada si penderita,
dengan menyaksikan penderitaannya akan lebih mengetuk hati nurani kita,
memupuk hati welas asih, inilah hati Buddha.
Menyumbang sebaiknya tidak mencantumkan nama kita,
kita melepaskan budi tanpa ada pamrih meminta balasan,
agar yang menerima tidak mengingat-ingat di hatinya, pahalanya lebih besar,
inilah yang disebut: "Kebajikan Tanpa Wujud".


5. MENGUNJUNGI DAN MENINJAU PANTI JOMPO

Cara ini sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang,
masing­-masing mengeluarkan uang sesuai dengan kemampuannya
lalu bersama-sama membeli barang makanan,
misalnya: buah-buah­an, kue, susu bubuk, barang keperluan sehari-hari,dll,
kemudian membawa ke panti jompo dan dibagikan kepada orang-orang lanjut usia.

Umumnya penghuni panti ini adalah orang sebatang kara, ada pula yang berpenyakitan,
dapatlah kita bayangkan kesunyian hati dan kesedihannya.
Mereka membutuhkan kehangatan, kemesraan dan perhatian.
Dikarenakan kemunduran fisiknya,
mereka tidak lagi terampil, baik berjalan, berpakaian, makan dan minum pun sering mengalami kesulitan.

Ada pula yang memakai pakaian pun juga terbalik dan tidak rapi, perlu bantuan orang lain,
minum pun ada yang menetes dari tepi mulutnya dan membasahi pakaiannya.
Terutama kesunyian dalam hatinya yang disertai kesedihan,
lebih membutuhkan perhatian dan hiburan.
Jadi mengunjungi dan meninjau panti asuhan orang tua merupakan pahala yang amat besar,
dapat menanam benih baik yang tak terhingga.

Jika anda pernah mengunjungi panti asuhan jompo,
anda melihat bagaimana mereka dengan langkah gontai dan tangan gemetar serta derai air mata,
mereka menerima pemberian itu dengan kedua tangannya yang keriput
namun wajahnya menyungging senyum kepasrahan.

Ada pula yang dengan segera mempergunakan tangannya yang gemetaran
mengupas kulit buah-buahan dan memasukkan buah yang telah dikupas
ke dalam mulutnya yang telah ompong.
Menyaksikan adegan yang menggembirakan dan mengharukan ini,
disamping ikut menikmati kegembiraan orang-orang tua ini,
anda dapat menyelami betapa besarnya benih kebaikan yang telah anda lakukan.


6. MENGUNJUNGI PANTI ASUHAN ANAK YATIM PIATU

Ini dapat dilakukan sendiri atau dengan beberapa orang.
Barang yang dibawa boleh beraneka ragam, makanan, mainan, pakaian, bacaan, dll,
lalu membagikan pada para yatim piatu.

Para yatim piatu telah kehilangan kasih sayang dan perawatan orang tua,
tidak mendapatkan kasih sayang ibu dan kehangatan rumah tangga sebagai anak-anak yang biasa.

Mereka sudah cukup mengalami penderitaan sebagai anak yang kehilangan kasih sayang,
dalam hati kecil mereka telah tergores luka kepedihan yang tak terhapuskan selama hidupnya.
Apa yang mereka alami adalah musibah besar dalam penghidupan manusia,
mereka membutuhkan kehangatan keibuan
dan hatinya membutuhkan hiburan serta membutuhkan pendidikan.

Dengan sedikit barang dan "Kasih sayang",
kita menyebabkan mereka mendapat kehangatan yang dibutuhkan hatinya,
tanpa sengaja kita telah menanamkan benih kebaikan.
Bukankah menerima tawa dan kegembiraan hati mereka merupakan bukti beramal?


7. MENYUMBANG DENGAN MENCETAK BUKU KEBAKTIAN (KENG) ATAU BUKU-BUKU YANG BAlK

Buku Keng dan buku baik merupakan perahu kasih yang menyeberangkan umat
dan arungan kesengsaraan yang disediakan oleh para Po Sat (Bodhisatva):
mendorong penyebaran buku Keng dan buku-buku baik,
berarti menyebarluaskan hati welas Buddha, pahalanya tidak terukur.
Jadi dengan mencetak buku Keng dan buku-buku baik
merupakan satu di antara cara terbaik meluku sawah kebajikan.

Karma dan menyebarkan secara luas buku Keng dan buku­buku baik,
dapat mengendalikan perbuatan jahat orang-orang,
merubah sijahat kembali ke jalan yang benar,
mengurangi keja­hatan dalam masyarakat,
pula dapat mendorong orang menambah persahabatan, saling mengalah dan bersabar,
menambah iklim kebajikan dalam masyarakat.

Oleh karena itu bagi orang-orang yang bermaksud beramal,
tak akan melepaskan kesempatan yang sangat baik ini.
Jumlah cetakan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing,
tetapi semua amal ini tidak diukur dan besar kecilnya uang yang dikeluarkan,
melainkan dan "KESUNGGUHAN HATI" sebagai tolok ukurnya.
Hati apakah itu? yaitu: "HATI WELAS, HATI BUDDHA".


Sumber:
* Buku Hakekat Utama dan Satu-Satunya Cara untuk Memperbaiki Nasib
Penerbit Adhika Cakra Manggala