Suatu hari sekelompok penulis datang mengunjungi dan berkata pada saya,
"Sangat sulit menemukan orang yang merasa nyaman
menjadi orang yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat modern.
Sekarang manusia lebih pandai dan ambisius,
masyarakat menjadi kacau balau karena manusia secara agresif saling bersaing
untuk kepentingan masing-masing."
Salah seorang penulis berkata,
"Seorang teman mengatakan pada saya bahwa ia akan sangat bahagia
jika putrinya dapat menemukan seorang suami yang sehat baik fisik maupun mental.
Ia tidak meminta putrinya untuk menemukan orang yang sangat pandai atau sukses."
"Memiliki tubuh yang sehat adalah berkah.", saya katakan pada mereka.
"Memiliki pikiran yang sehat artinya ketenangan.
Yang paling bahagia adalah siapa saja yang dapat membina kesehatan dan pikiran yang tenang."
Orang awam cenderung menjadi egois dan sombong,
maka Buddha berkata bahwa kesulitan kedua belas adalah
"Sulit untuk melenyapkan kesombongan."
Bahkan lebih sulit lagi untuk belajar secara meluas dan mendalam tanpa menjadi sombong.
Ia yang dapat mencapai kedua-duanya adalah
orang bijaksana sejati yang dapat melampaui keduniawian.
Jika kesombongan tidak dilenyapkan,
maka tidak peduli seberapa pandainya seseorang, ia tetap hanya manusia awam.
Contohnya sepetak sawah.
Meskipun komposisi tanahnya subur tetapi dipenuhi rumput-rumput liar,
maka tanaman tidak akan berkembang dengan baik.
Pertama-tama, petani harus mencabut semua rumput liar sebelum memberi pupuk
agar jangan sampai rumput liar tumbuh lebih cepat daripada tanaman.
Persamaannya, tidak peduli seberapa pandai dan terpelajarnya seseorang,
jika ia egois dan sombong,
pengetahuannya hanya akan menjadi bayang-bayang karena sifat negatifnya itu.
Maksud mempelajari ajaran Buddha adalah untuk melenyapkan kesombongan.
Misalnya, setiap pagi selama sesi doa pagi,
pikiran kami sangat murni dan kami berusaha
untuk melenyapkan kesombongan dan pikiran yang menganggu
sehingga kami dapat belajar dengan konsentrasi penuh.
Jika kita dapat menjaga kondisi pikiran ini dalam kehidupan sehari-hari
kita serta memelihara sifat welas asih dan cinta kasih,
maka tidaklah sulit untuk melenyapkan kesombongan.
Oleh karena itu,
kita harus ingat untuk senantiasa menghormati diri kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah kita bertindak berdasarkan kemarahan, kecemburuan, atau kesombongan?
Apakah kita berbicara terlalu kencang?
Apakah kita berpikir diri kita lebih baik dari orang lain?
Jika kita memiliki pikiran atau bertindak seperti itu,
secepatnya kita harus mengoreksi diri kita.
Dengan melakukan ini, bagaikan sepetak ladang yang telah disiangi dan diberi pupuk,
hati kita akan menghasilkan hasil panen yang berlimpah dari pengembangan diri.
Sumber:
Buku "20 Kesulitan dalam Kehidupan"
Bab Sulit Untuk Melenyapkan Kesombongan
Ceramah oleh Dharma Master Cheng Yen
Hal. 141-143