Cari Blog Ini

04 Maret 2012

Jangan Menyesali Pikiran Di Masa Lalu

Tujuan awal dari mempelajari ajaran Buddha seharusnya
adalah menerapkan ajaran-ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari,
seperti embun yang membersihkan kebodohan kita dan mencuci pikiran kita yang kotor,
serta mengembangkan fungsi-fungsi kehidupan yang telah kita abaikan,
dan juga menyadari kemampuan kita akan cinta yang murni.
Kita akan memiliki pandangan yang salah jika kita mengira
bahwa belajar agama Buddha hanyalah berhubungan dengan pencarian kekuatan-kekuatan supranatural.

Jika kita selalu menyesali kesalahan-kesalahan yang kita katakan atau perbuat di masa lalu,
maka kita tidak akan dapat berkonsentrasi pada orang dan peristiwa-peristiwa di saat ini.

Jika kita berusaha untuk mengerti pikiran-pikiran orang lain
tanpa memantapkan pikiran kita terlebih dahulu,
maka kita akan dengan mudah menyimpang dari jalan Buddha dan melangkah di jalan Mara (kejahatan).

Sikap yang benar yang harus dimiliki dalam mempelajari ajaran Buddha
adalah menghadapi kenyataan atas kehidupan kita saat ini.
Kita harus mengetahui berapa banyak petensi yang kita miliki.
dan apakah kita telah menyadarinya untuk membantu sesama.

Saya pernah menceritakan sebuah kisah singkat, seperti dibawah ini:

Dahulu kala di sebuah vihara tua,  ada sebuah kolam yang dihuni oleh banyak kodok.
Kadangkala kodok-kodok melompat keluar dari kolam untuk melihat dunia.
Banyak para praktisi datang ke vihara untuk membakar dupa dan membaca sutra-sutra.
Kadang-kadang mereka berjalan di lapangan
dan melafalkan nama Buddha sambil menghitung biji tasbih.

Ketika kodok-kodok melompat keluar dari kolam
dan melihat para praktisi berjalan dengan penuh keanggunan,
mereka berharap dapat melakukan hal yang sama.

Salah satu dari kodok melompat masuk ke dalam Dharmasala
saat orang-orang sedang melakukan namaskara di depan rupang.
Ia berdoa dengan tulus pada Buddha agar mengabulkan permohonannya
untuk dapat berjalan seperti manusia.

Seorang dewa merasa terharu oleh ketulusan si kodok dan mengabulkan permohonannya.
Si kodok sangat gembira
karena semua kodok yang lain harus melompat dengan keempat kaki mereka,
sedangkan ia satu-satunya kodok yang dapat berjalan dengan kedua kaki.
Ia merasa bahagia dan sombong.

Suatu hari, tiba-tiba datang seekor ular.
Para kodok melompat ke dalam kolam untuk menyembunyikan diri dari ular itu.
Si kodok yang berjalan dengan kedua kaki juga sangat ketakutan,
tetapi berjalan dengan dua kaki tidak secepat melompat dengan empat kaki.
Akhirnya, ular itu menangkap si kodok.
Ia meronta kesakitan di dalam mulut ular,
si kodok berpikir dengan penuh penyesalan,

"Mengapa saya menyerahkan kemampuan melompat saya,
agar dapat berjalan dengan dua kaki,
sehingga hidup saya harus berakhir dengan dimakan oleh seekor ular.
Tapi sudah terlambat untuk menyesal".

Meskipun ini hanya sebuah cerita anak-anak,
tetapi sesungguhnya digunakan sebagai peringatan yang bagus untuk kita.
Ketika kita belajar ajaran Buddha, kita menemukan sifat alami asli dan kemampuan kita.
Jika kita mencoba untuk mencari sesuatu diluar jangkauan kita,
maka kita akan gagal pada akhirnya.

Ada orang datang ke vihara berkata mereka ingin belajar jalan kebenaran,
tapi justru mereka menjadi tersesat dan mengejar kekuatan-kekuatan supranatural
dan masuk ke alam setan.
Tidak hanya pikiran mereka yang menjadi bingung,
tapi mereka juga selamanya kehilangan kesempatan untuk mengejar kebijaksanaan.
Ini sungguh disayangkan.

Saya berharap agar kita semua dapat memahami sifat alami dan fungsi-fungsi kita sendiri.
Jika kita gagal melakukannya, walau kita melatih diri,
akan sulit bagi kita untuk mendapatkan kebenaran.
Maka Buddha berkata, "Sulit untuk melihat hakikat diri dan mempelajari jalan kebenaran".

Kita dapat melihat orang lain dengan jelas, tapi tidak dapat melihat wajah kita sendiri.
Apa yang paling dekat dengan diri kita justru diabaikan atau tidak dapat dilihat.

Dalam mempelajari agama Buddha, kita harus mulai dari apa yang terdekat dengan diri kita,
dan cara termudah adalah menggunakan kemampuan pembawaan kita
untuk membantu yang tidak mampu.
Ingat, kita tidak boleh mengabaikan apa yang dekat dengan diri kita
dan mencari sesuatu yang jauh di luar sana.


Sumber:
Buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan
Ceramah oleh Dharma Master Cheng Yen
Diterbitkan oleh PT Jing Si Mustika Abadi Indonesia
Hal. 52-54