Cari Blog Ini

15 Maret 2012

Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek merupakan Perayaan terpenting Orang Tionghoa.

Perayaan Tahun Baru Imlek

dimulai di Hari Pertama Bulan Pertama ( 正月: zhēng yuè ) 

di Penanggalan Tionghoa

dan berakhir dengan Cap Go Meh di Tanggal kelima belas / 15 

( pada saat Bulan Purnama )

 ( lebih dikenal sebagai Lantern Festival / yuan xiao jie / Cap Go Meh ).

Malam Tahun Baru Imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti “Malam Pergantian Tahun”.









Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan
dengan Perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam.
Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum
seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru,
serta penyulutan kembang api.

Meskipun Penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor Tahun malar,
penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori dari Pemerintahan Huangdi.

Dirayakan di Daerah dengan populasi Suku Tionghoa,
Tahun Baru Imlek dianggap sebagai Hari Libur Besar  untuk Orang Tionghoa
dan memiliki pengaruh pada Perayaan Tahun Baru di tetangga geografis Tiongkok,
serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas.

Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang ( sebelum 1873 ).

Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Thailand, dan negara-negara lain
atau daerah dengan populasi Suku Han yang signifikan,
Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai derajat,
telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.


Kalender Lunisolar Tionghoa menentukan tanggal Tahun Baru Imlek.
Kalender tersebut juga digunakan di negara-negara yang telah mengangkat
atau telah dipengaruhi oleh budaya Han ( terutama di Korea, Jepang, dan Vietnam )
dan mungkin memiliki  asal yang serupa
dengan perayaan Tahun Baru di luar Asia Timur
( seperti Iran, dan pada zaman dahulu kala, daratan Bulgar ).

* * *

Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年)
adalah seekor raksasa pemakan Manusia dari pegunungan
( atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut ),
yang muncul di akhir musim dingin
untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.

Untuk melindungi diri mereka,
para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun.
Dipercaya bahwa melakukan  hal itu
Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan
dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen.

Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan
setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah,
sehingga setiap kali Tahun Baru akan datang,
Para Penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu.
Mereka juga  menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.


Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi Perayaan Tahun Baru.
Guò nián (過年; 过年), yang berarti “Menyambut Tahun Baru”,
secara harafiah berarti “mengusir Nian”.

Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.
Nian pada akhirnya ditangkap oleh Hongjun Laozu,
seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.

* * *

Terlepas apakah mitos itu benar atau tidak,
yang pasti perayaan Imlek
merupakan perayaan yang dilakukan oleh para petani di Cina
setelah melewati musim dingin yang menusuk
dan mensyukuri permulaan musim baru penuh harapan
yakni musim semi yang terjadi tiap tahunnya.

Perayaan ini dimulai pada Tanggal 30 Bulan ke-12
dan berakhir pada Tanggal 15 Bulan Pertama ( Cap Go Meh ).

Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Thian (Tuhan), 
dan perayaan Cap Go Meh. 

Tujuan dari persembahyangan ini
adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan
mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur,
dan sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.

* * *


Di Indonesia, selama tahun 1968-1999,
Perayaan Tahun Baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum.
Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967,
rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto,
melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

Masyarakat Keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan
merayakan Tahun Baru Imlek pada Tahun 2000
ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. 

Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya
dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001
yang meresmikan Imlek sebagai Hari Libur fakultatif
( hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya ).

Baru pada Tahun 2002,
Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu Hari Libur Nasional
oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai Tahun 2003.


* * * * * *

Tradisi Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek atau Sin Cia lebih dari sekedar urusan angpau.

Sin Cia adalah Perayaan menyambut musim semi.

Tibanya musim semi dirasakan sebagai sesuatu yang membawa kegembiraan,
simbol tumbuhnya sesuatu yang baru dan memberikan harapan baru dalam hidup.

Itulah mengapa Sin Cia disebut juga sebagai Chun Jie / Spring Festival.


* * *

Hari Raya Imlek
merupakan momen pertemuan seluruh anggota keluarga sekali dalam setahun.
Anggota keluarga akan bersilahturahmi,
saling berbagi dan memberikan pengalaman selama setahun.

Perayaan ini menjadi sangat berarti tatkala setiap anggota keluarga dan tetangga
saling menjalin kasih, saling mengayomi, dan memulai lembaran baru.

Tepat pada Hari Raya Imlek, semua orang berpakaian baru dan rapi.
Anggota keluarga akan saling memberikan ucapan selamat dan pengharapan baru 
agar di Tahun yang Baru, semua berjalan sukses 
( kesehatan, keuangan, pekerjaan, relasi, bisnis ).

* * *



Merah adalah warna dominan pada perayaan Sin Cia.

Merah identik dengan kebahagiaan, 
merah juga simbol dari kebaikan hati, kebenaran dan ketulusan hati. 

Selain itu bunyi karakter 'merah' atau 'hung' identik dengan karakter 'makmur'. 

Itulah mengapa warna merah menjadi warna kesukaan masyarakat Tionghoa,
apalagi pada masa perayaan Sin Cia.

* * * *


Ada satu hal lagi yang juga sering disalah artikan oleh masyarakat pada umumnya.

Selama ini mungkin kita hanya tahu bahwa Gong Xi Fa Cai artinya adalah Selamat Tahun Baru
dan kita menyebutkannya sebagai ucapan selamat kita bagi rekan-rekan yang merayakan Sin Cia.

Padahal, hal tersebut sebenarnya kurang tepat
(walau tidak bisa dibilang salah juga)
karena arti dari Gong Xi Fa Cai sendiri adalah bukan Selamat Tahun Baru.

Jika dipenggal, ‘Gong Xi’ sendiri berarti selamat. 
‘Fa’ berarti berkembang, dan ‘Cai’ berarti kekayaan. 
‘Fa cai’ berarti berkembang menjadi kaya. 

Jadi sebenarnya arti dari Gong Xi Fa Cai adalah Selamat Semoga Kaya.


Jika kita ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru,  

maka yang diucapkan seharusnya adalah ‘Xin Nian Khuai Le’,  

‘Xin Nian’ artinya Tahun Baru,  

‘Khuai Le’ artinya sudah tiba. 


Kalo digabungkan artinya adalah tahun baru telah tiba.
Kurang lebih artinya sama dengan Happy New Year,
atau Selamat Tahun Baru dalam Bahasa Indonesia.


Sumber:
* Berita Vimala Dharma No.142/BVD/Januari/2012 - Halaman 7-8
* Berita Vimala Dharma No.151/BVD/Februari/2013 - Halaman 8