Dahulu kala ada seorang raja yang memiliki sebatang pohon yang sangat tinggi dan besar.
Pohon ini sering menghasilkan buah yang harum dan manis.
Suatu ketika ada seseorang yang datang ke tempat kediaman raja.
Raja berkata kepadanya,
“Pohon ini akan menghasilkan buah yang manis dan harum, inginkah kamu mencicipinya?”
Orang itu segera menjawab,
“Pohon ini demikian tinggi dan besar, meski ingin mencicipi,
namun bagaimana bisa mendapatkan buahnya?”
Raja segera menebang pohon itu dengan pengharapan dapat memperoleh buahnya.
Namun sia-sia saja.
Lalu pohon itu berusaha ditegakkan kembali, tapi sudah terlanjur mati.
* * *
Pohon Sila yang diwariskan oleh Buddha, Raja Dharma yang Agung,
adalah pohon besar yang akan menghasilkan buah keBuddhaan yang tak terhingga.
Bagi mereka yang berikrar dan ingin memperoleh buah keBuddhaan,
maka harus dengan disiplin menjalankan aturan-aturan Sila yang ditetapkan Buddha
dan melatih diri melakukan berbagai kebajikan.
Bila tidak memahami jalan kebebasan yang diajarkan Buddha,
bahkan justru menghancurkan aturan Sila,
hal ini bagaikan raja yang menebang pohon untuk mengambil buahnya,
pohon itu akhirnya mati dan tak dapat dihidupkan kembali.
Akibatnya, baik pohon dan buah tidak didapatkannya.
Demikian pula halnya dengan orang yang merusak aturan Sila namun menginginkan buah keBuddhaan.
Sumber:
Sinar Dharma Volume 5 No.3 | Asadha 2551 BE
September - November 2007
Hal. 44-45