Cari Blog Ini

06 Januari 2014

Kwan Kong - Kwan Seng Tee Kun


* * *  Untuk melihat dalam versi web, dapat di link berikut 

A.) klik disini >> KITAB SUCI KWAN SING TEE KUN 

B.) klik disini >> BUKU ISYARAT KWAN KONG

* * * 


Kwan Kong juga dikenal dengan nama mulia 

Kwan Seng Tee Kun


adalah satu di antara 2 ( dua ) Dewa Peperangan (Bu Seng) 

selain Yo Fei (Gak Hui 1103-1141 M). 



Kwan Kong atau Kwan Te (?-219 M) 

adalah sosok pribadi yang sangat dihormati di Tiongkok. 



Di Kalangan Buddhis, beliau dikenal sebagai 

Kwan Tee Pou Sat 

atau 

Ka Lam Pou Sat




sedangkan di Kalangan Konfusianisme 

diakui sebagai salah satu Sin Beng yang dihormati. 





Kwan Kong adalah seorang Pahlawan yang hidup-nya bersih, 

rendah hati, 

menjunjung tinggi persahabatan, 

patriot sejati, 

berpegang teguh terhadap dasar-dasar pribadi luhur




Golongan Taois mencantumkan beliau 

sebagai salah satu Sin Beng 

dalam Buku Tao Chiao Chu Shen. 





Perilaku atau sikap hidup Kwan Kong 

dalam kisah roman Tiga Negara (Sam Kok) 

220-280 M adalah :




A. Teguh dalam Tata Susila ( Lee )



Setelah terkepung dalam peperangan dengan Tentara Cho Cho, 

Kwan Kong bersedia menyerah dengan 3 ( tiga ) syarat, yaitu 


1. Kwan Kong menyerah kepada Dinasti Han dan bukan kepada Cho Cho


2. Memberikan perawatan dan kesejahteraan yang memadai bagi ke-dua Istri Lauw Pi yang menjadi tanggung jawab-nya, dan


3. Begitu Kwan Kong mengetahui di mana Lauw Pi (Kakak angkat-nya) berada, Kwan Kong direstui untuk menyusul. 




Ke-3 ( tiga ) syarat tersebut dipenuhi oleh Cho Cho. 

Namun untuk Kwan Kong dan ke-dua Kakak Ipar-nya 

hanya disediakan 1 ( satu ) kamar 

dengan maksud tujuan 

untuk mengaburkan Tata Susila antara ke-tiga nya. 




Meski dengan kondisi demikian, 

Kwan Kong mempersilahkan Kakak Ipar-nya 

tidur di dalam kamar, 

sedang beliau sendiri berdiri di muka pintu. 




Sebelah tangan memegang golok Ceng-liong yang-goat to 

dan tangan lain-nya memegang Kitab Cun Ciu 

yang dibaca-nya semalam suntuk.







B. Kesetiaan terhadap Saudara Angkat-nya, Lau Pi (Tion dan Sin)


Ketika menerima jubah sutera yang indah dari Cho Cho, 

Kwan Kong memakai-nya di sebelah dalam, 

sementara baju luar-nya tetap yang berasal pemberian Lauw Pi, 

sebagai tanda tidak melupakan sumpah sebagai Saudara. 




Begitu Kwan Kong mendengar Lauw Pi 

ada bersama Wan Siao, 

Beliau langsung memboyong ke-dua Kakak Ipar-nya 

dan menyusul ke tempat Wen Sao 

segera tanpa meminta restu dari Cho Cho. 



Dalam perjalanan melalui berbagai macam ancaman bahaya 

di 5 ( lima ) kota (kisah ini adalah Kwan Kong Kwe Ngo Kwan) 

yang terkenal dalam Sam Kok. 






C. Berperikemanusiaan yang mendalam dan berbudi luhur ( Jin-Gi )



Dalam peperangan besar di Sungai Tiang Kang (Chang Tsiang) 

sebagai kisah pertempuran besar di Cek-pek, 

Tentara Cho Cho yang berjumlah 830.000 Orang, 

7.000 kapal besar dan kecil 

yang sudah digandengkan dalam rangkaian 30 kapal tiap kelompok-nya 

serta perbentengan sepanjang kira-kira 300 li lebih, 

dibakar dan dihancurkan oleh Pasukan Tong Gouw 

atas keunggulan dan taktik perang Ciu Ji dan Cu Kat Liang (Kong Beng) yang terkenal. 





Tentara dan Para Panglima 

termasuk Cho Cho sendiri 

digempur, dikepung, dikejar, disergap dan dimusnahkan. 




Akhirnya Cho Cho dengan pengikut-nya 

yang berjumlah ratusan orang 

dalam keadaan terluka, letih, lapar, kedinginan, 

dengan semangat yang hancur lebur 

serta dalam keputusasaan 

mereka lari melalui celah pengunungan yang sempit 

yaitu celah Koay Yong To. 





Ternyata di sana 

telah siap dengan pasukan yang masih segar dan gagah, 

Kwan Kong sambil melintangkan golok Naga hijau 

yang berbentuk bulan sabit yang besar. 




Beliau tampak angker dan gagah perkasa. 

Tentara Cho Cho yang compang-camping begitu ketakutan. 





Dalam keadaan terpaksa 

Cho Cho memohon diberi jalan hidup 

dengan mengungkapkan penghargaan, 

budi kebaikan yang pernah ia berikan 

ketika Kwan Kong tinggal di Kota Raja Dinasti Han 

serta hubungan yang sangat akrab 

antara ke-dua nya. 





Kwan Kong sebagai sosok manusia 

yang sangat menjunjung tinggi budi orang, 

sangat tersentuh sanubari-nya, 

dan hati-nya luluh mendengar perkataan Cho Cho. 





Kisah selanjut-nya 

Kwan Kong membiarkan Cho Cho 

bersama tentara yang sudah tidak keruan keadaan-nya, 

lewat tanpa gangguan. 





Sesaat kemudian 

Kwan Kong membentak tentara yang melalui-nya, 

serentak tentara Cho Cho turun dari kuda 

serta berlutut sambil menangis, 

Kwan Kong segera memalingkan muka dengan penuh haru 

dan kembali ke markas pasukan besar dengan loyo. 





Perasaan belas kasihan-nya bergejolak, 

namun dengan tindakan yang dilakukan-nya itu, 

Kwan Kong sebenarnya menghadapi hukuman penggal kepala. 




Persoalan yang dihadapi-nya 

bersumber pada surat perjanjian yang dibuat 

bersama dengan Kong Beng. 




Isi perjanjian tersebut adalah 

tentang Cho Cho dan tentara yang kalah perang. 





Apabila Cho Cho dan tentara-nya tidak lewat celah Hoay Yong To. 

Kong Beng siap untuk dipenggal kepala-nya, 

sebaliknya jika Cho Cho dan tentara-nya lewat di sana 

dan Kwan Kong tidak berhasil menangkap-nya. 

Kwan Kong harus menyerahkan kepala-nya untuk dipenggal. 





Begitu agung rasa pengorbanan 

karena rasa kasih-nya yang sangat besar. 

Di medan perang Kwan Kong 

senantiasa berlandaskan Ajaran Ti Jian Yong 

( Kearifan - Kasih Sayang dan Teguh ) 

yang terkandung dalam Kitab Tiong Yong.




Itu-lah sekelumit kisah sosok pribadi agung, 

Kwan Kong atau Kwan In Tiang.





Sumber : 
Buku Kisah Para Suci  
Penerbit Yayasan Bakti