Pada kisah “24 Sikap Berbakti”, walaupun terdapat berbagai sikap berbakti yang berbeda-beda, akan tetapi maksud-nya sama, bertujuan untuk mencetuskan suri teladan sikap berbakti, dan bisa dikatakan pula, sikap berbakti adalah sebuah niat hati yang paling alamiah, dan bersumber dari hati yang paling lemah lembut.
Suatu malam, saya mendapat sebuah mimpi yang unik – di dalam mimpi ada seorang Anak muda berpakaian lusuh, sedang mencuri kue beras di Altar persembahan Orang di sebuah kuil. Sepulang-nya ke rumah, Anak muda ini memanaskan kue beras tersebut, lalu diberikan kepada Ibu-nya untuk dimakan.
Ibunya bertanya : “Keluarga kita miskin, kamu dapat kue beras darimana ?”
Anak muda ini menjawab : “Saya pinjam uang, lalu beli.”
“Pinjam uang ? Bagaimana melunasi-nya ?”
Anak muda ini menjawab : “Saya pasti kerja keras, di kemudian hari pasti membayar-nya !”
Mendengar demikian Ibu-nya menjadi tenang : “Kamu juga ayo makan-lah sedikit !”
Anak muda berkata : “Ibu paling suka makan kue beras, asalkan melihat Ibu makan, saya sudah sangat senang !”
Diam-diam saya perhatikan, Anak muda ini adalah Anak yang berbakti, dia mencuci pispot sang Ibu, dia memijat sang Ibu, dia menyuapi Ibu-nya makan, ketika Ibu-nya sakit, dia sepanjang malam tidak tidur, menjaga-nya terus di samping ranjang. Dia membopong Ibu-nya ke mana-mana mencari dokter. Anak muda ini sangat giat bekerja, pekerjaan sekasar apa pun dia kerjakan.
Kemudian di dalam mimpi saya melihat di belakang Putra berbakti ini berdiri tegak sesosok Dewa, saya amati baik-baik sosok Dewa tersebut, tak lain ternyata adalah Zi Dong Di Jun ( Dewa Wen Chang ). 梓潼帝君(文昌帝君)
Dewa Wen Chang Di Jun adalah Dewa yang sangat terkenal dan dipuja oleh Kaum Pelajar, alkisah jika mempersemayamkan Dewa Zi Dong Di Jun, Orang akan menjadi pintar, serta menjadi Sarjana berpredikat, akan memperoleh nilai tinggi dalam ujian. Di dalam mimpi saya melihat Kuil Dewa Zi Dong Di Jun berkilau megah, sangat agung mulia.
Mimpi ini sangat unik, sangat jelas berada dalam ingatan saya. Sekitar 3 hari kemudian, di antara kumpulan Orang yang berkonsultasi ada seorang Anak muda. Ketika sampai giliran-nya, ketika saya menengadahkan kepala, saya tertegun. Anak muda ini, tidak lain adalah Anak berbakti di dalam mimpi tersebut.
Saya sengaja berkata begini : “Anda mencuri kue beras Orang ?”
Putra berbakti menundukkan kepala, tak berani bersuara.
“Ada atau tidak ?”
“Ada.” Keluar suara lirih.
“Bagaimana boleh mencuri barang di kuil Dewa ?”
Putra berbakti menjawab : “Saya setiap kali lapor kepada Dewa terlebih dulu, lalu saya mengambil zhan-bei (Red: 2 belah kayu kecil berbentuk sabit), hasil-nya selalu sheng-bei (Red: satu kayu posisi tengadah, satu kayu telungkup bersisian). Para Dewa semuanya memberi saya ijin.”
Saya tertawa. Putra berbakti pun tertawa.
Saya bertanya langsung : “Kue beras bukan-lah Anda yang makan ?”
“Iya. Kok anda tahu ?” Putra berbakti terperangah.
“Siapakah yang makan ?”
“Ibu saya”
“Tak heran Para Dewa sangat menyayangi Anda, ternyata Anda adalah Anak berbakti, Dewata memberi ijin anda mencuri kemudian melindungi anda, di masa mendatang anda pasti menjadi Orang besar.”
“Tak ada pencuri yang jadi Orang besar.” Kata si Anak berbakti.
“Bukan-kah Anda berkata akan membayar-nya di kemudian hari ?”
“Iya.”
“Maka itu arti-nya meminjam, bukan mencuri.” Saya bersimpati kepada si Anak berbakti.
“Bagaimana Anda membayar-nya kelak ?”
“Saya melihat kuil itu sudah kumuh dan reot, dan sangat kecil sekali, saya akan punya cara di masa depan, untuk merenovasi ulang kuil dan memperbaharui pratima.”
“Anda sungguh memiliki tekad, apa-kah Kuil ini ?”
“Kuil Dewa Wen Chang.”
“Kuil Dewa Zi Dong Di Jun ?” saya menanyai-nya.
“Tepat sekali.”
Pada kesempatan konsultasi tersebut, saya memberi petunjuk kepada si Anak berbakti, semasa usia muda, sepanjang masih bisa menuntut ilmu, maka hendak-lah tekun menimba ilmu. Anak berbakti menganggukkan kepala mengiyakan, dia berniat bekerja sambil bersekolah, dia berkeinginan menghidupi Keluarga sembari menuntut ilmu. Anak berbakti mendapatkan sedikit uang dari memelihara babi.
Di saat saya memberikan petunjuk pada sesi konsultasi tersebut, sang Dewa Wen Chang tampak berdiri di belakang Anak berbakti ini, Ia mengedipkan mata ke arah saya. Dewa Wen Chang terlihat sangat bersenang hati. Oleh karena Anak berbakti ini awal-nya sudah tak berniat bersekolah, dia hanya berniat menanam sayuran dan memelihara babi saja.
Akan tetapi predikat kelulusan anak berbakti ini adalah yang tertinggi semasa bersekolah, andaikata tidak dilanjutkan sungguh sangat disayangkan, Guru pihak sekolah dan Tetangga semuanya berharap Anak berbakti ini dapat melanjutkan sekolah-nya, supaya mengharumkan daerah tempat tinggal-nya ini. Untuk itulah, Anak berbakti merasa bimbang tidak bisa mengambil keputusan.
Oleh sebab demikian Anak berbakti datang berkonsultasi, saya mau dia meneruskan sekolah, akhirnya barulah dia memantapkan keputusan untuk melanjutkan sekolah. Saya melihat Dewa Zi Dong Di Jun di belakang-nya, memberikan sebuah plakat amanat, tak lain adalah “Plakat Amanat Zi Dong”.
Seseorang yang memiliki Plakat Amanat Zi Dong, tidak hanya lulus dalam ujian, namun juga akan mendapatkan peringkat juara. Ketika Anak berbakti mengikuti ujian, ternyata sungguh benar terjadi mendapatkan peringkat juara.
Alkisah ada sebuah soal yang sememang-nya tidak dia kuasai. Ia memeras otak mencari jawaban. Tepat disaat batin-nya merasa gundah, berada dalam kebimbangan. Tiba-tiba terdengar suara di telinga memberitahu-nya dua kata kunci, kemudian Anak berbakti ini pun menyusun dua kata kunci tersebut menjadi satu tulisan yang apik, dia mengulang membaca-nya sekali lagi, bahkan diri-nya sendiri pun merasa sungguh pas sekali. Dia melihat-lihat di sekeliling, sama sekali tidak ada satu Orang pun. Inilah kehebatan Plakat Amanat Zi Dong, kemudian dari 7 buah soal tiada satu pun yang tersisa, bahkan memperoleh nilai sempurna.
Anak berbakti kemudian mengikuti ujian instansi peradilan, mengemban tugas pelayanan di dunia peradilan. Jabatan-nya naik hingga menjadi Hakim ketua. Dia membuat Kuil Dewa Zi Dong Di Jun yang semula-nya adalah Kuil kecil, berkat himbauan merenovasi, akhirnya sungguh berubah menjadi Kuil besar yang megah bak emas berkilauan, yang dirancang dengan ruangan teras di depan serta ruangan halaman belakang.
Tidak hanya merenovasi Kuil saja, dia mengubah pula halaman belakang menjadi tempat perpustakaan, mengumpulkan semua koleksi buku-buku terkenal dan ternama, memberi kesempatan kepada Orang yang gemar membaca buku, untuk mendapatkan sebuah tempat layak membaca buku, dan yang disertai juga adalah halaman belakang Kuil dijadikan tempat untuk Orang lanjut usia, dia berpikir dengan berbuat seperti ini, akan lebih bermakna.
Pada hari peresmian Kuil Dewa Zi Dong Di Jun, dia menceritakan kembali seluruh kisah di masa dahulu mencuri kue beras dari Altar Kuil. Para hadirin pendengar merasa tersentuh bertepuk tangan riuh memuji-nya.
Pada suatu hari Hakim ketua ini datang menemui saya meminta petunjuk perihal “Delapan Jalan Mulia” :
Saya memberitahu-nya, Delapan Jalan Mulia dalam Ajaran Agama Buddha adalah
1. “Pengertian Benar”,
adalah dengan memahami konsep Empat Kesunyataan Mulia : Dukkha, sumber Dukkha, berakhir-nya Dukkha, dan jalan menuju berakhir-nya Dukkha.
2. “Pemikiran Benar”,
merupakan pemikiran benar berdasarkan Empat Kesunyataan Mulia sebagai fondasi dasar.
3. “Ucapan Benar”,
menjauhi ucapan dusta, ucapan jahat, ucapan mengadu domba, ucapan asusila.
4. “Pencaharian Benar”,
ber-pekerjaan benar, tidak disertai pembunuhan makhluk hidup, mencuri, tindakan asusila sebagai sumber pencaharian.
5. “Perbuatan Benar”,
ber-penghidupan benar, hidup bersesuaikan nilai kebenaran. Menjauhi kehidupan yang tidak bermoral.
6. “Daya Upaya Benar”,
semangat daya upaya yang benar, melalui kebijaksanaan sejati untuk mendalami kebenaran agung menuju pencerahan diri.
7. “Perenungan Benar”,
konsep perenungan yang benar, ini merupakan melalui kebijaksanaan sejati merenungkan Jalan Mulia, tanpa akar niat yang menyimpang.
8. “Konsentrasi Benar”,
kekuatan konsentrasi Samadhi yang sebenarnya, melalui kebijaksanaan sejati, melatih kekuatan keheningan meditasi yang suci.
Di atas ini adalah Delapan Jalan Mulia.
Saya melanjutkan, Ucapan Benar, Pencaharian Benar, Perbuatan Benar adalah “Kelompok Sila.” Perenungan Benar, Konsentrasi Benar adalah “Kelompok Samadhi”. Pengertian Benar, Pemikiran Benar, Daya Upaya Benar adalah “Kelompok Kebijaksanaan.”
Hakim Ketua si Anak berbakti memberitahu saya : “Dunia peradilan hitam kelam, membuat tidak nyaman dan tidak bahagia, sekali membaca satu perkara, baju basah kuyup dan terasa berat.”
Lalu berkata lagi : “Puluhan tahun di dunia peradilan, bagaikan sebuah mimpi saja, kini saya ketahui tempat berada kaya dan terpandang, adalah manifestasi Alam Neraka, sekarang saya takut mengadili satu perkara, untuk menciptakan satu buah karma lagi !” Saya terdiam.
Hakim ketua bertanya kepada saya : “Bagaimana baik-nya sekarang ?”
Saya menjawab : “Anda memiliki tulang Buddha !”
“Tekad saya kini sudah bulat !”
Hakim ketua lantas memutuskan mengundurkan diri, tak lama kemudian, lalu meninggalkan keduniawan pergi menekuni Bhavana mempelajari Buddha Dharma.
( Diterjemahkan dari
Buku karya tulis Dharmaraja Lian Sheng ke-140 ( 神秘的幻象 ) : “Shen Mi de Huan Xiang”)
Sumber:
Artikel Buku Karya Tulis ke-140 Dharmaraja Lian Sheng
* http://www.wihara.com/forum/true-buddha-school/15138-sikap-berbakti-menggugah-langit-artikel-buku-karya-tulis-ke-140-dharmaraja-lian-sheng.html
* http://www.wihara.com/forum/true-buddha-school/15138-sikap-berbakti-menggugah-langit-artikel-buku-karya-tulis-ke-140-dharmaraja-lian-sheng.html