Cari Blog Ini
09 Oktober 2010
Di Zi Qui - 2
ARTI:
Melihat orang berbuat bajik, segera berpikir untuk juga berbuat bajik,
meski berbeda jauh, secara bertahap hingga sama bajiknya.
Melihat orang berbuat buruk, segera mawas diri,
ada segera ubah, tidak ada maka tingkatkan kewaspadaan.
Hanya moralitas dan pengetahuan, hanya kepandaian dan keahlian,
kalah dibanding orang lain, harus memotivasi diri sendiri.
Bila sandang, bila pangan, kalah dibanding orang lain,
jangan timbul rasa rendah diri.
PENJELASAN:
Melihat orang lain berbuat bajik, kita harus segera berbuat hal yang serupa.
Tetapi bila kemampuan untuk berbuat bajik itu masih belum mencukupi,
kita harus bertekad untuk secara bertahap mengejar ketertinggalan itu
hingga suatu ketika kebajikan kita berhasil mencapai tingkatan yang sama.
Melihat orang lain berbuat buruk, segera lakukan introspeksi.
Bila ternyata kita juga melakukan keburukan atau memiliki kelemahan yang serupa,
maka harus segera memperbaikinya.
Bila tidak ada, maka gunakanlah peristiwa itu untuk mengingatkan
dan meningkatkan kewaspadaan agar tidak melakukan perbuatan serupa.
Bila moralitas, pengetahuan, kepandaian, dan keahlian kita
kalah dibanding orang lain, harus berupaya memotivasi diri untuk meningkatkannya.
Konsep moralitas di masa Tiongkok kuno, yang juga dikumandangkan oleh Konfusius, antara lain adalah:
bakti terhadap orang tua, setia pada negara, cinta kasih, dapat dipercaya,
adil, cinta damai, menyayangi saudara, sopan santun, tidak korup, dan tahu malu.
Namun bila kekurangan kita itu hanya pada masalah sandang dan pangan,
hendaknya jangan terlalu dimasukkan dalam hati,
atau bahkan menjadi rendah diri karenanya.
Sebab kebahagiaan ataupun moralitas yang sejati itu
tidak ditentukan oleh wujud sandang dan pangan.
Seperti yang diajarkan oleh Konfusius:
seorang junzi (kuncu orang bermoralitas) tidak takut miskin,
melainkan takut bila tidak mampu berlatih diri dalam Jalan Suci.
Sumber :
* http://dhammacitta.org/pustaka/ezine/Sinar%20Dharma/Sinar%20Dharma%2020.pdf
* Majalah Sinar Dharma - Kampus Lingual - Hal. 96
Labels:
Dhamma - Di Zi Gui