Cari Blog Ini

09 Oktober 2010

Setetes Pencerahan - Nasehat Sang Guru

Seorang Master Chan tua mengajak muridnya turun gunung
untuk menerima dana persembahan dari umat.
Di tengah jalan mereka bertemu dengan seorang tua yang kelaparan.
Master Chan menyuruh muridnya
untuk memberikan makanan kering dan uang pada orang itu.
Sang murid tampak tidak bersedia mengikuti petunjuk gurunya.

Melihat itu, Master Chan berkata,

"Kematian dan kebajikan hanya dibedakan oleh satu pikiran saja.
Uang dan makanan ini bagi kita adalah penunjang hidup untuk beberapa waktu,
tetapi merupakan penyelamat bagi orang kelaparan itu."

Sang murid tak memahami makna ucapan gurunya.
Ia berkata,

"Nasehat guru akan saya ingat di hati.
Suatu saat bila murid berhasil membangun vihara dan memperoleh banyak dana,
pasti akan menolong para fakir miskin."

Mendengar ucapan ini gurunya hanya menggelengkan kepala.

Beberapa tahun kemudian ketika menjelang wafat,
Master Chan itu memberikan sebuah Sutra kepada sang murid
tetapi sayang tidak sempat mengucapkan pesan terakhir.

Setelah kepergian gurunya,
murid itu dengan giat memugar dan memperluas vihara.
Ia bertekad setelah selesai pemugaran ini
akan segera mulai melakukan kegiatan kemanusiaan menolong fakir miskin.
Tetapi setelah pemugaran rampung, murid itu berubah pikiran.

"Vihara ini masih kurang besar,
tunggu setelah menjadi lebih besar
baru saya akan melakukan kegiatan kemanusiaan."

Demikianlah vihara itu tahun demi tahun menjadi semakin besar dan megah.
Tetapi karena kesibukan membesarkan vihara,
murid yang kini menjadi ketua vihara itu
tidak melakukan kegiatan berarti bagi para fakir miskin.

Saat menjelang wafat, tiba-tiba ia teringat akan Sutra pemberian gurunya.
Ketika membuka halaman pertama,
terlihat tulisan sang guru mengenai inti nasehat
yang ternyata tidak dipahaminya dengan benar selama ini:


"Menolong orang satu kali jauh lebih mulia daripada membaca Sutra sepuluh tahun."


Sumber :
* http://dhammacitta.org/pustaka/ezine/Sinar%20Dharma/Sinar%20Dharma%2016.pdf
* Majalah Sinar Dharma - Kisah Zen - Hal. 73