Kata-kata yang baik
Demikianlah yang telah saya dengar:
Suatu ketika Sang Buddha tinggal di hutan Jeta, di dekat savatthi.
Beliau berkata kepada para bhikkhu:
"Ucapan yang memiliki empat ciri adalah ucapan yang disampaikan dengan baik,
tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana; yaitu
ucapan seorang bhikkhu
yang berbicara hanya yang bermanfaat dan bukan yang tidak bermanfaat,
yang berbicara hanya yang berharga dan bukan yang tidak berharga,
yang berbicara hanya yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan,
yang berbicara hanya yang benar dan bukan yang tidak benar.
Ucapan yang bercirikan empat faktor ini adalah ucapan benar dan bukan ucapan buruk,
tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana."
Demikianlah sabda Sang Penguasa [Sang Buddha],
dan setelah itu, sebagai Guru, Beliau melanjutkan dengan mengatakan ini:
"Ucapan yang bermanfaat adalah yang paling utama, kata orang-orang suci.
Orang harus berbicara apa yang berharga dan bukan yang tidak berharga.
Inilah yang ke dua.
Orang harus berbicara apa yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan.
Inilah yang ke tiga.
Orang harus berbicara apa yang benar dan bukan apa yang salah.
Inilah yang ke empat."
Subhasita sutta, Sutta Nipata 450 (Sn 450)
Penjelasan :
Dari sutta tersebut kita dapat melihat bahwa penekanan Sang Buddha
terhadap ucapan yang bermanfaat paling diutamakan.
Hal tersebut karena ucapan tersebut berhubungan dengan orang lain
—etika sosial buddhis.
Di Sn 451 dikatakan bahwa ucapan yang bermanfaat tersebut
adalah pengucapan kata-kata yang tidak menyakiti atau tidak saling menyakiti.
Ucapan yang bermanfaat sebagai sisi aktif dari ucapan yang tidak menyakiti
berbentuk ucapan yang memiliki akibat secara langsung terhadap orang lain,
contohnya memberi nasihat kepada teman atau seorang anak kecil,
ucapan yang membuat orang lain secara langsung terhindar dari penderitaan,
ucapan dalam memberikan suatu pandangan kebenaran (Dharma)
yang secara langsung memberi manfaat langsung,
ucapan yang membuat orang lain tidak melakukan kejahatan.
Selanjutnya Sang Buddha mengatakan bahwa selayaknya
kita berbicara sesuatu yang berharga,
yang mempunyai makna atau nilai yang patut untuk dikatakan.
Misalnya,
ucapan yang membahas tentang ilmu pengetahuan,
ucapan yang membahas tentang Ajaran Buddha secara teoritis,
ucapan yang membahas pengetahuan.
Kemudian, kita dianjurkan untuk berbicara yang menyenangkan
sebagai respon aktif dari ucapan yang tidak menyakitkan.
Yang dapat kita lakukan adalah
memberi ucapan selamat, berterima kasih, memuji (bukan menjilat).
Ucapan ini membuat orang lain menjadi gembira, bahagia atau senang.
Yang terakhir sangat jelas mengenai ucapan yang benar dan yang salah.
Ucapan benar adalah ucapan yang sesuai dengan kenyataan,
ucapan yang jujur, ucapan apa adanya,
ucapan yang tidak melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangkan.
Jadi empat ciri ucapan ini dianjurkan oleh Sang Buddha
agar senantiasa ada dalam ucapan kita sehari-hari.
Biasanya suatu ucapan yang kita lakukan, tergantung kondisinya
sehingga suatu kata yang tadinya bermanfaat pada kondisi kemarin
bisa jadi tidak bermanfaat untuk kondisi keesokannya.
Pun, suatu ucapan bisa mengandung banyak ciri sekaligus.
Suatu ucapan bisa bermanfaat, sekaligus menyenangkan dan benar.
Bisa pula ucapan tersebut menyenangkan namun kurang tepat karena dilebih-lebihkan. I
dealnya sebuah ucapan memenuhi 4 ciri tersebut selain 5 ciri ucapan benar lainnya, yaitu
* harus tepat waktu,
* benar (sesuai dengan kenyataan),
* lembut,
* bertujuan positif
* dan berdasarkan cinta kasih seperti yang disebutkan
dalam Anggutara Nikaya V, 198 (Petikan AN no. 114 suntingan Bhikkhu Bodhi)
Sumber :
* Majalah Berita Vimala Dharma - Ulasan Sutta - Desember 2008 - No.121/BVD/Desember /2008, Hal. 25 - 26