Cari Blog Ini

24 Maret 2011

Cara Berdana Yang Benar


Dana yang Kita persembahkan 


atau Kita danakan akan dapat bermanfaat 


kalau berdana dengan terarah, baik dan benar.



Untuk itu ada Tiga Cara yang Benar yang harus diperhatikan dalam Berdana yaitu:

 


I. Cetana atau Niat atau Kehendak dan Pikiran 


yang mendahului sebelum berbuat Jasa tersebut.

 


II.Vatthu


Barang yang di danakan hendaknya di dapat dengan cara benar.


 

III. Puggala


Penerima Dana hendaknya Orang yang mempunyai Moral yang Baik.



* * * * *




I. 

Cetana atau Niat atau Kehendak 

dan Pikiran yang mendahului sebelum berbuat Jasa tersebut.

Niat seseorang untuk berdana ada bermacam-macam.
 
Ada yang muncul karena kematangan batin melihat kesulitan Orang Lain,
 
bisa karena pengertian Dhamma yang dimiliki tentang Hukum Karma,
 
atau Niat untuk mengurangi kekotoran batin ( keserakahan, dan kebencian ).

 


Niat berdana bisa juga muncul karena ingin dipuji, menjadi kaya,
 
ataupun malah karena keterpaksaan.


 

Kalau niat kita tulus 

maka di tengah dan di bawah
 
juga akan diperoleh tujuan baik 

tentunya tanpa pamrih,
 
tetapi sebagai manusia biasa masih belum mencapai kesucian,
 
wajar saja apabila memiliki rasa pamrih, 

tentunya memiliki pamrih yang baik.


 

Dalam berdana, pikiran kita harus ikhlas
 
baik sebelum dan sesudah 

mapun proses berdana itu selesai.



 

Dari ketiga sat ini yang paling penting adalah setelah berdana.

 
Kita harus melakukan suatu perbuatan baik itu 

dengan perasan yang senang dan ikhlas.


 
Ini akan lebih baik 

apabila pada waktu berdana mendasari dengan pikiran yang ikhlas
 
sebelum, saat berbuat mapun sesudah berdana.







II.Vatthu.

Barang yang di danakan 

hendaknya di dapat dengan cara
 
yang tidak melanggar Norma-norma Agama maupun Badan Hukum Pemerintah lainnya.







III. Puggala.

Penerima dana hendaknya orang yang mempunyai moral yang Baik.


 

Sang Buddha pernah ditanya

"Apakah benar Sang Buddha  mengajarkan 

bahwa berdana kepada orang yang tidak bermoral 

itu tidak ada gunanya ?"






Sang Buddha menjawab : 

"Aku tidak pernah  mengajarkan bahwa berdana itu tidak ada gunanya.

Meskipun memberikan dana makanan kepada seekor anjing pun

itu merupakan perbuatan baik dan bermanfaat.




Tetapi jika dibandingkan berdana kepada orang yang mempunyai Moral yang Baik,

Jasa atau Pahalanya akan jauh lebih besar daripada kepada Orang yang tidak bermoral.

Inilah yang Ku-ajarkan".






Dana kepada Bhikkhu, Guru, Orangtua disebut Puja Dana.




Dana sebagai persembahan, penghormatan.
 
Tidak sama nilainya dengan berdana kepada orang yang miskin, bawahan kita.
 
Ini disebut Anugaha Dana.



Berdana sebagai hadiah, anugerah.
 
Makin suci orang yang menerima dana, 

makin besarlah Jasa yang diperolehnya.




Itulah 3 ( tiga ) hal yang harus diperhatikan dalam melakukan berdana.




Sumber :
*** http://shopaka.blogspot.com/2010/04/pengertian-dana-dalam-kitab-suci-tri.html
*** Referensi
* Drs. Teja S.M. Rasyid, 1994,Materi Pokok Kitab Suci Vinaya Pitaka II,
Dirjed Bimas Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka, Jakarta.
* Bhikkhu Bodhi, 2000, Mengapa Berdana, Wisma Sambodhi, Klaten
* Phra Ajahn Plien Panyapatipo, 1991,
Cara Yang Benar Dalam Berdana, Mutiara Dhamma, Bali.
* Majalah Jalan Tengah edisi 9 Febuari 1991,
Vihara Dhammacakka Jaya, Jakarta.
* Yan Saccakiriyaputta, 1993,
Kunci Rahasia Kehidupan, Dhamma-Dana, Singaraja.