Tempat tinggalnya di hutan rimba, tabiatnya halus dan ramah,
sehingga seisi hutan menjadi sahabatnya.
Ia memiliki 4 sahabat baik, yaitu seekor kera, serigala dan seekor berang-berang.
Mereka merupakan empat serangkai yang tidak terpisahkan dan selalu bersama.
Pada tiap kesempatan, Kelinci putih itu selalu menganjurkan
untuk selalu beramal dan melakukan kebajikan pada seluruh penghuni hutan.
Karena sangat rajin beramal, hal ini sampai terdengar ke khayangan,
dan menyentuh hati Dewa Sakka.
Kemudian Dewa itu menyamar menjadi seorang pendeta tua yang miskin dan lapar.
* * *
Sesampainya di depan rumah kelinci, pendeta tua itu merintih minta tolong.
Kemudian kelinci dengan sahabat-sahabatnya itu mendengar dan
dengan segera berlari menuju ke pendeta tua itu.
Alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati seorang pendeta tua
lemah dan kelaparan, membuat mereka merasa iba dan ingin menolong.
"Tunggulah,!!" kata mereka.
"Kami akan mencarikan makanan untuk mu!"
* * *
ya,... memang demikian, mereka tidak mempunyai persediaan makanan
di dalam rumah mereka, maka mereka bergegas masuk ke dalam hutan mencari apapun
yang bisa diberikan untuk makan si pendeta.
Berang-berang mencari ikan di sungai dengan kepandaiannya cepat sekali
mengumpulkan tujuh ekor ikan, dan segera diberikannya kepada pendeta tua itu.
Tak lama datanglah si-Serigala yang membawakan daging kadal
dan sedikit susu asam untuk diberikan kepada pendeta.
Sementara si-Kera sedang memetik buah-buahan yang ada di hutan,
dan membawa kehadapan si pendeta mangga-mangga yang manis.
Entah kemana sang Kelinci, dia masih belum juga kembali ke tempatnya,
sudah sekitar 5 jam mereka menunggu.
* * * *
Teman-temannya yang lain merasa cemas karena tak biasanya Kelinci belum kembali,
mereka pun mulai mencari dan meneriakinya ke seluruh penjuru hutan.
"Kelinci...Kelinci..., kau dimana?" teriak teman-temannya cemas.
"Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan nya... Ayo kita harus mencarinya!" kata Berang-berang.
"Aku akan ke utara", kata Kera menimpali.
* * *
Sementara itu hari sudah semakin gelap, namun Kelinci belum juga kembali...
Dia tampaknya belum menemukan sesuatu yang bisa diberikan kepada pendeta tua.
"Ah, benar-benar binatang yang tak berguna aku ini,
aku sering bicara tentang kebaikan, beramal,
tetapi kenyataannya aku tidak mampu memberikan apa-apa kepada pendeta tua itu...!"
gumannya...
* * *
Kelinci pun datang menemui pendeta tua itu dan berkata dalam hati,
"Aku tak menemukan sebutir makanan pun untuk anda,
sedangkan pendeta sangat membutuhkan makanan,
dan satu-satunya yang dapat kuamalkan adalah tubuhku ini !"
Karena pendeta tua itu adalah jelmaan Dewa Sakka
maka ia dapat mengetahui pikiran Kelinci,
tetapi sebagai pendeta ia dilarang untuk membunuh makhluk hidup,
sekarang yang perlu ia ketahui adalah
apakah Kelinci benar-benar ingin menyerahkan badannya sebagai makanan.
* * *
Lalu dikumpulkannya beberapa kayu bakar dan kemudian menyalakan apinya,
sesaat ia menatap kepada Kelinci.
Kelinci berdoa di depan api unggun itu,
menitikkan air mata bukan karena takut mati melainkan
bersedih karena ia tahu pasti teman-temannya merasa kehilangan dirinya.
Teman-teman kelinci yang mencarinya mulai kembali
dan melihat kelinci berdiri dekat sekali dengan api unggun,
mereka berteriak,
"Kelinci, jangan, apa yang akan kau lakukan ?!!"
"Selamat tinggal teman-teman, semoga kalian tidak menyalahkan pendeta ini,
aku akan mengorbankan diriku untuk menolong pendeta tua ini!".
Selesai berkata Kelinci melompat ke dalam kobaran api itu.
Sungguh suatu perbuatan yang sangat berani.
* * *
Kera, Berang-berang, dan Serigala menangis melihat sahabat mereka
terjun ke dalam api, namun tak bisa berbuat banyak,
karena itu keinginan terakhir kelinci, melakukan amal demi siapapun.
Meninggallah Kelinci dengan ikhlas dan bahagia,
dengan keyakinan bahwa perkataan-perkataannya tentang amal telah dibuktikannya.
* * *
Dewa Sakka yang menyamar menjadi pendeta tua sempat menitikkan air mata untuk Kelinci,
dipegangnya tubuhnya yang lemah dan tidak berdaya itu,
lalu dalam sekejap tubuh pendeta itu bersinar terang benderang menyinari seluruh
hutan rimba tersebut.
"Jangan takut, kawan kalian, Kelinci adalah makhluk yang paling mulia,
akan akan membawanya ke Alam Dewa," kata Dewa Sakka.
Semua makhluk yang menyaksikan kejadian itu bersimpuh lutut kepada Dewa Sakka,
dan Dewa Sakka pun menganugrahkan kelinci untuk menghiasi Iistana-istana Para Dewa.
* * *
Dewa melempar tubuh kelinci yang sudah gosong itu ke atas langit
dan keajaiban muncul, Kelinci hidup kembali dan bisa terbang,
samar-samar bayangan kelinci membentuk bayangan seorang Buddha,
ya ialah yang akan kelak menjadi Buddha Gautama.
Dan untuk memperingati perbuatan-perbuatan kelinci yang luhur,
penuh dengan keikhlasan dalam menjalankan amalnya,
para teman-teman kelinci dapat melihatnya pada bulan purnama.
Berdasarkan Pahatan-Pahatan gambar-gambar pada dinding Candi Borobudur,
kumpulan cerita Buddha,
disusun dan diilustrasikan kembali oleh Hakim "kakao" Gunawan.
Sumber:
Sinar Padumuttara 01 - Mei 2008
Cerita Jataka
Halaman 64-65