Cari Blog Ini

14 April 2011

Jataka 75 - Seekor Ikan Yang Membawa Keberuntungan

Pada  suatu waktu, Bodhisattva telah lahir sebagai seekor ikan
di sebuah kolam di India bagian utara.
Ada banyak jenis ikan, baik yang besar atau yang kecil
yang hidup di kolam itu bersama Bodhisattva.

Suatu saat musim kemarau datang berkepanjangan. 
Musim hujan tidak datang seperti biasanya.
Tanaman para petani mati, dan banyak kolam, danau, serta sungai mengering.


Ikan-ikan dan kura-kura mengubur diri mereka dalam lumpur,
sebagai cara untuk tetap basah dan untuk menyelamatkan diri mereka.
Burung-burung gagak sangat senang akan keadaan itu.
Burung-burung itu tinggal hanya membenamkan paruh mereka ke dalam lumpur,
mengeluarkan ikan-ikan kecil yang ketakutan,
dan burung-burung pun berpesta makan ikan.

Penderitaan dan rasa sakit serta kematian yang dialami oleh ikan-ikan itu
menyentuh hati Bodhisattva yang merasa kasihan,
dan membuatnya merasa simpati serta membuat dirinya penuh rasa cinta kasih.
Ia menyadari bahwa ia adalah
satu-satunya yang dapat menyelamatkan ikan-ikan itu.
Tetapi hal itu akan menimbulkan keajaiban.

Kebenarannya adalah bahwa ia seorang yang tidak bersalah,
karena tidak pernah sekalipun ia mengambil nyawa makhluk lain.
Ia dapat menggunakan kekuatan kebenaran atas perbuatan baiknya
untuk membuat hujan jatuh dari angkasa,
dan membebaskan teman-temannya dari penderitaan dan kematian.

Ia mengeluarkan dirinya dari benaman lumpur hitam.
Ia merupakan seekor ikan yang besar,
dan dirinya terlumuri lumpur hitam yang sehitam kayu eboni yang dipernis.
Ia membuka matanya, yang bersinar seperti batu rubi,
memandang angkasa dan memanggil Pajjuna sang dewa hujan.
Ia berseru,

"Oh sahabatku Pajjuna, dewa Hujan, saya prihatin atas sahabat-sahabat saya.
Mengapa kamu menahan hujan dari saya,
yang melaksanakan perbuatan baik yang murni,
dan menyebabkan saya mengalami penderitaan karena bersimpati pada ikan-ikan ini?"

"Saya terlahir sebagai ikan, yang umumnya memakan ikan-ikan lainnya.
Walaupun jenis kami kanibal,
tetapi sejak saya lahir, saya tidak pernah memakan seekor ikan pun.
Sebenarnyalah saya tidak pernah mengambil nyawa makhluk lain.
Kebenaran yang melekat padaku ini
membuatku mempunyai hak untuk berkata kepadamu.
Buatlah hujan turun!
Bebaskanlah penderitaan semua sahabat-sahabatku!"

Ia berkata seperti seorang majikan memberi tugas kepada pelayannya,
dan ia melanjutkan, memerintah Pajjuna, sang dewa hujan yang agung,

"Buatlah hujan turun dari awan yang mendung.
Jangan biarkan para gagak-gagak untuk mengetahui persembunyian kami!
Biarkan mereka mengalami penderitaan akibat perbuatan buruk mereka.
Pada saat yang sama, bebaskan saya dari penderitaan,
karena saya telah hidup dalam perbuatan benar yang sejati."

Seketika itu juga, hujan turun dari angkasa dengan sangat derasnya
sehingga membebaskan banyak makhluk dari ketakutan dan kematian.
Ikan, kura-kura, bahkan manusia.
Kebenaran sejati akan membebaskan penderitaan banyak makhluk.

Sumber:
http://www.dasaparamita.co.cc/2009/03/menceritakan-kisah-seekor-ikan-yang.html