A. Tentang Orang-orang yang Khususnya Membutuhkan Kedermawanan Umum
B. Tentang yang harus diperlakukan dengan hati-hati dan dengan hormat (A. IV, 44).
C. Tentang pada Siapa Dana harus diberikan ( S. i, 98 ).
D. Dana yang diberikan kepada Siapa yang memberikan Hasil yang Paling Besar ?
* * * * *
Sutta-sutta juga menjelaskan tentang orang-orang yang pantas diberi dana (A. iii, 41).
Para tamu, kelana, dan yang sakit harus diperlakukan dengan ramah dan pertimbangan yang sesuai.
Selama masa kelaparan, orang yang membutuhkan harus dijamu dengan baik.
Yang pertama, orang-orang luhur harus dijamu dengan hasil panen pertama yang masih segar.
* * * * *
Ada kata-kata yang muncul berulang kali di Sutta-sutta (D. i, 137; ii, 345; iii, 76)
yang menjelaskan
A. Tentang Orang-orang yang Khususnya Membutuhkan Kedermawanan Umum.
Mereka adalah
Para Pertapa ( samana ), Brahmana, Kaum miskin ( kapana ),
Musafir ( addikha ), Kelana ( vanibbaka ), dan Pengemis ( yacaka ).
* Petapa dan brahmana adalah Orang saleh yang tidak bekerja mencari uang.
Mereka memberikan bimbingan spiritual kepada Umat Awam,
maka sudah sewajarnya bila Umat Awam menopang Mereka.
* Orang miskin membutuhkan bantuan dari yang kaya agar bisa bertahan hidup,
sedangkan yang kaya menjadi makin kaya secara spiritual
dengan cara membantu yang miskin.
* Pada saat fasilitas transportasi sangat sedikit dan fasilitas
bagi Para Kelana tidak cukup terorganisir, Publik berkewajiban membantu Mereka.
Ajaran Buddhis menganggap bahwa Orang memiliki kewajiban moral
untuk memberikan bantuan kepada semua jenis Manusia.
* * * * *
Di dalam Anguttara Nikaya,
Sang Buddha menjelaskan dalam istilah upacara korban - 3 jenis api
B. Yang harus diperlakukan dengan hati-hati dan dengan hormat (A. IV, 44).
Tiga Jenis itu adalah ahuneyyaggi, gahapataggi, dakkhineyyaggi.
Sang Buddha menjelaskan bahwa
* Ahuneyyaggi
berarti Ayah dan Ibu, yang harus dihormati dan dirawat.
* Gahapataggi
berarti Istri dan Anak-anak-nya, Karyawan dan Mereka yang tergantung padanya.
* Dakkhineyyaggi
mewakili Orang-orang religius yang telah mencapai Tingkat Arahat
atau telah masuk ke dalam arus pelatihan untuk melenyapkan noda-noda mental.
Ketiga-nya ini harus dirawat dan dipelihara bagaikan menjaga api korban.
* * *
Menurut Mahamangala Sutta,
memberikan keramahtamahan pada sanak saudara
merupakan salah satu dari perbuatan besar yang menjanjikan keberhasilan,
yang dapat dilakukan oleh Orang Awam (Sn. 262-63).
* * *
Raja Kosala pernah bertanya kepada Sang Buddha,
C. Pada Siapa Dana harus diberikan ( S. i, 98 ).
Sang Buddha menjawab bahwa Dana harus diberikan kepada Orang-orang
yang membuat Si Pendana bahagia karena memberikan Dana itu.
Kemudian Raja mengajukan pertanyaan lain :
kepada Siapakah Dana itu harus diserahkan agar mendapat Buah yang Besar ?
* * *
Sang Buddha menganggap 2 pertanyaan itu berbeda,
dan menjawab bahwa
Dana yang diberikan kepada yang Luhur akan memberikan Buah yang Besar.
* * *
Selanjutnya Sang Buddha menjelaskan bahwa
Persembahan memberikan Buah yang Besar
jika diberikan kepada Petapa-petapa Luhur yang telah menghilangkan 5 rintangan mental
( nivarana )
dan telah mengembangkan kebiasaan-kebiasaan bermoral, konsentrasi,
kebijaksanaan, kebebasan, serta pengetahuan dan visi kebebasan
( sila, samadhi, pañña, vimutti-ñanadassana ).
* * * * *
Di dalam Sakkasamyutta ( S. i, 233 ),
Sakka mengajukan pertanyaan yang sama kepada Sang Buddha :
D. Dana yang diberikan kepada Siapa yang memberikan Hasil yang Paling Besar ?
Sang Buddha menjawab
bahwa apa yang diberikan kepada Sangha memberikan Hasil yang Besar.
Secara khusus Sang Buddha menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan 'Sangha'
adalah komunitas individu yang suci dan lurus,
yang telah masuk pada Sang Jalan dan telah mantap dalam buah kesucian,
yang memiliki Moralitas, konsentrasi dan Kebijaksanaan.
Perlu dicatat bahwa menurut Vinaya,
'Sangha' berarti sekelompok Bhikkhu yang cukup
untuk mewakili Ordo Bhikkhu dengan berbagai tujuan kerohanian ( Vin. i, 319 ).
Tetapi di dalam Sutta-sutta, 'Sangha'
berarti 4 pasang Mahluk suci atau delapan individu khusus
( cattari purisayugani, attha purisapuggala )
yaitu Mereka yang berada di Jalan menuju Pemasuk-Arus,
Yang-Kembali-Sekali-Lagi, Yang-Tidak-Kembali-Lagi, dan Arahat,
serta Mereka yang telah memperoleh buah-buah dari-Nya.
* * *
Magga Sutta (Sn. hal. 86) memberikan penjelasan rinci mengenai keluhuran-keluhuran Arahat
untuk menunjukkan kepada siapa dana harus dipersembahkan oleh orang yang menginginkan jasa.
* * *
Brahmanasamyuta (S. i, 175) menegaskan bahwa dana memberikan hasil terbesar
jika dilakukan pada mereka yang mengetahui kehidupan lampau mereka,
yang telah melihat surga dan neraka,
yang telah mengakhiri kelahiran dan yang telah mewujudkan pengetahuan tertinggi.
Maka, Sangha yang terdiri dari manusia-manusia mulia yang sempurna secara moral,
sebagaimana dijelaskan di sutta-sutta, merupakan ladang perbuatan jasa (puññakkhetta, M. i, 447).
Sebagaimana benih yang ditaburkan di ladang-ladang yang baik dan subur
memberikan panen yang melimpah,
demikian pula dana yang diberikan kepada orang suci yang sudah mantap
di Jalan Mulia Berunsur Delapan memberikan hasil-hasil yang besar (A. iv, 238; i, 162).
Dhammapada menegaskan bahwa ladang-ladang memiliki rumput liar sebagai noda;
sedangkan noda manusia adalah nafsu keinginan, kebencian, kebodohan batin, dan nafsu jasmani.
Karena itu, apa yang diberikan kepada mereka yang telah menghilangkan noda-noda itu
akan memberikan hasil yang besar (Dhp. 356-59).
Hasil kedermawanan lebih diukur lewat kualitas jasa kebajikan yang diwakili oleh si penerima
daripada pleh jumlah dan nilai dari dana yang diberikan.
* * *
Anguttara Nikaya (A. iv, 392-95) mencatat pemberian dana yang luar biasa,
yang dilakukan oleh Bodhisatta ketika terlahir sebagai seorang brahmana yang bernama Velama.
Dana yang melimpah, yang berupa perak, emas, gajah, sapi, kereta, dll.
-selain makanan, minuman dan pakaian
- dibagikan kepada setiap orang yang datang untuk menerimanya.
Tetapi kemurahan hati yang amat besar ini tidaklah amat berharga dilihat dari jasa kebajikannya,
karena tidak ada penerima yang mulia.
Dikatakan bahwa jasa kebajikannya akan lebih besar
bila memberi makan pada satu orang dengan pandangan benar, yaitu Pemasuk-Arus (sotapanna),
daripada memberikan dana yang melimpah seperti yang dilakukan oleh Vemala.
Jasa kebajikan yang lebih besar lagi
adalah bila memberi makan Yang-Kembali-Sekali-Lagi
dibandingkan dengan 100 Pemasuk-Arus.
Demikian urutan untuk yang tidak-kembali-lagi, Arahat, Paccekabuddha dan Sammasambuddha.
Memberi makan Sang Buddha dan Sangha lebih besar jasa kebajikannya
dibandingkan dengan memberi makan Sang Buddha sendiri.
Jasa kebajikan bahkan bisa lebih besar lagi bila membangun vihara
untuk dipakai Sangha dari empat penjuru sepanjang waktu.
Berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha masih lebih baik lagi.
Menjalankan Lima Peraturan masih lebih berharga lagi.
Tetapi masih lebih baik mengembangkan metta, cinta kasih.
Dan yang terbaik dari semuanya,
adalah kebijaksanaan pemahaman tentang ketidak-kekalan,
yang membawa menuju Nibbana.
Sumber:
* MENGAPA BERDANA, Petunjuk untuk Berdana dengan Pengertian Benar
Terjemahan dari buku berjudul : Dana The Practise of Giving
Kumpulan tulisan yang disunting oleh Bhikkhu Bodhi
Alih Bahasa Inggris ke Indonesia: Dra. Lanny Anggawati, Dra. Wena Cintiawati
Editor : Rudy Ananda Limiadi, S.Si, M.M.
Juru ketik dan tata letak : Vidya Upatthaka – Team
Penerbit : Wisma Sambodhi Klaten
Kathina 2547/2003
* http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/mengapa-berdana/#more-4204