Jika setiap orang dapat menyingkirkan pemikiran sempit,
maka kata-kata dari mitra bajik dapat membantu kita mengatasi kerisauan
antar hubungan manusia.
Pelatihan diri berarti menjaga sifat polos, bilamana terdapat prasangka buruk,
maka akan membawa kebingungan dalam melihat kebenaran.
Seperti kata-kata yang diucapkan dengan niat yang sangat baik,
bila si pendengar menilai kata-kata tersebut dengan pikiran penuh kecurigaan,
maka niat baik dari si pembicara akan dinilai buruk,
jadinya kita memutar balik semua niat baik dari si pembicara.
Kita sering mencurigai orang lain bahwa mereka akan melawan kita
padahal mereka sebenarnya hanya menunjukkan kebenaran.
Ketika kita melihat orang lain saling berbicara satau sama lain,
kita sering berasumsi bahwa mereka sedang meremehkan atau menfitnah kita.
Ini artinya kita terkena hasutan diri kita sendiri
yang disebabkan oleh kebodohan batin.
Jika kita tidak dapat melenyapkan kebodohan batin kita,
maka kita akan menjadi sulit untuk mengerti dan menerima ajaran Buddha
yang paling menakjubkan sekalipun.
Oleh karena itu, kita harus menghadapi dunia
dengan sifat alami kita yang tidak ternoda.
Jika kita dapat melakukannya, kita dapat belajar dari suara burung atau kokok ayam sekalipun, karena suara-suara ini mungkin juga dapat memberikan inspirasi pada
sifat pembawaan diri kita sendiri secara spontan dan murni.
Di Jepang, ada sebuah cerita pendek di dalam buku sekolah dasar
yang digunakan untuk mendidik anak-anak yang masih polos.
Berikut ceritanya:
Ada seorang pemburu yang sedang membidik senjatanya
ke arah seekor burung yang bertengger di sebuah pohon.
Tiba-tiba, ketika si pemburu akan menembak, ada seekor semut mengigitnya.
Tangan si pemburu sedikit bergerak dan bidikannya meleset,
sehingga burung tersebut selamat.
Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Ternyata pada suatu hari,
burung itu pernah melihat sekelompok semut tengah berjuang di dalam air,
maka ia mengambil sehelai daun dengan menggunakan paruhnya,
menjatuhkannya ke dalam air dan menyelamatkan semut itu
agar tidak tenggelam.
Jadi, saat pemburu akan menembak burung itu,
semut datang menyelamatkannya.
Dinas pendidikan Jepang menggunakan cerita ini untuk mengajarkan kepolosan anak-anak dan mengembangkan hati setiap anak untuk selalu mempertahankan sifat
alami manusia yang polos, dengan memiliki pandangan tentang,
"Benih apa yang ditanam, itulah buah yang akan Anda peroleh".
Sumber:
Buku "20 Kesulitan dalam Kehidupan"
Bab Sulit Untuk Menemukan Mitra Yang Bajik
Ceramah oleh Dharma Master Cheng Yen
Hal. 185-187