Cari Blog Ini

26 Mei 2012

Kemurahan Hati Sejati


Kita melakukan kemurahan hati sejati  


jika kita dapat memberi dengan lepas 


tanpa mengharapkan imbalan apa pun.




Orang yang murah hati 

tidak membuat orang lain merasa berhutang padanya.

Ia bahkan tidak mengharapkan orang lain berterimakasih.



Harus ada kegembiraan dalam setiap tindakan memberi.




Kita juga dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, 

waktu, tenaga, atau usaha kita 

untuk proyek-proyek yang bermanfaat bagi orang lain.



* * * * *


Inti kemurahan hati sejati 

adalah memberi sesuatu tanpa mengharapkan apa pun

sebagai imbalan pemberian itu.





Jika seseorang mengharapkan keuntungan material 

timbul dari pemberiannya,

ia hanya melakukan barter, bukan kemurahan hati.




Orang yang murah hati 

tidak membuat orang lain merasa berhutang padanya

atau menggunakan kemurahan hati 

untuk menguasai mereka.




Ia bahkan tidak mengharapkan orang lain berterimakasih,

karena kebanyakan orang itu pelupa 

dan bukan tidak tahu terimakasih.




Tindakan kemurahan hati sejati itu bermanfaat, 

tidak melekat, 

dan tidak mewajibkan apa pun 

dari pemberi dan penerima.




Perbuatan murah hati 

sangat dijunjung tinggi dalam setiap agama.



* * *





Mereka yang berkecukupan dalam hidup 

sebaiknya memikirkan orang lain
 
dan memperluas kemurahan hatinya 

bagi yang memerlukan.


 
 

Seseorang yang dalam perjalanan menuju pertumbuhan spritiual

harus mengurangi keegoisan dan keinginan kuatnya 

untuk memiliki lebih dan lebih.





Ia harus mengurangi kemelekatan akan kepemilikan yang,
 
jika ia tidak penuh kesadaran, 

dapat memperbudaknya pada ketamakan.




 
Apa pun yang ia miliki 

seyogyanya digunakan untuk keuntungan dan kebahagiaan orang lain:

orang-orang yang ia cintai 

serta mereka yang membutuhkan pertolongan.





Saat memberi,
 
seseorang sebaiknya tidak melakukan kemurahan hati, 

sebagai tindakan fisiknya saja,
 
tetapi dengan hati dan pikirannya juga.
 
Harus ada kegembiraan 

dalam setiap tindakan memberi.





Ada perbedaan antara memberi 

sebagai tindakan moral kemurahan hati dan dana.
 




Dalam tindakan moral kemurahan hati,
 
kita memberi atas dasar belas kasih dan kebaikan
 
ketika kita menyadari 

bahwa orang lain memerlukan bantuan
 
dan kita berada dalam posisi menawarkan bantuan itu.




 

Jika kita melakukan dana,
 
kita memberi sebagai cara untuk mengembangkan kemurahan hati
 
sebagai nilai kebajikan 

dan untuk mengurangi keegoisan dan nafsu.





Lebih penting lagi, 

dana diberikan dengan pemahaman,
 
yang berarti orang berderma 

untuk mengurangi dan membasmi 

gagasan tentang diri 

yang menjadi akar ketamakan dan penderitaan.



 

Ia melatih kebijaksanaan

saat ia ingat bahwa dana merupakan sifat yang sangat penting
 
untuk dipraktikkan oleh setiap umat Buddha,
 
dan merupakan kesempurnaan ( Parami ) pertama 

yang dilakukan oleh Sang Buddha
 
dalam kelahiran terdahulunya sebelum pencerahannya.
 
Seseorang melakukan dana 

dalam penghargaan pada sifat dan nilai luhur dari Tiratana.

 

* * *




Ada banyak hal yang dapat kita berikan.

Kita dapat memberi benda material : 

makanan bagi yang lapar, 

uang dan pakaian bagi yang miskin.





Kita juga dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, 

waktu, tenaga, atau usaha kita

untuk proyek-proyek yang bermanfaat bagi orang lain.




Kita dapat menyediakan telinga yang simpatik

dan nasihat yang baik 

bagi seorang teman dalam kesusahan.





Kita dapat menahan diri dari membunuh makhluk lain,
 
dan dengan demikian 

memberikan kehidupan bagi makhluk yang tak berdaya.


 

Kita juga dapat memberikan bagian tubuh kita demi orang lain,
 
seperti mendonorkan darah, mata, ginjal, 

dan lain-lain.


 

Sebagian orang-orang yang mempraktikkan nilai-nilai ini
 
atau tergerak oleh rasa belas kasih 

atau perhatian yang besar pada orang lain
 
mungkin juga siap 

untuk mengorbankan hidupnya sendiri.



 

Dalam kelahiran sebelumnya, 

Sang Bodhisatta telah banyak kali
 
memberikan bagian tubuh-Nya demi orang lain.



 
 
Ia juga mengorbankan hidup-Nya 

agar makhluk lain dapat hidup,
 
sungguh besar kemurahan hati dan belas kasih-Nya.




Tetapi kesaksian terbesar belas kasih Sang Buddha

adalah pemberian-Nya yang tak ternilai 

bagi kemanusiaan - Dhamma
 
yang dapat membebaskan semua makhluk dari penderitaan.

 

* * *




Bagi umat Buddha, 

pemberian tertinggi dari segala pemberian 

adalah pemberian Dhamma.



Pemberian ini memiliki kekuatan besar 

untuk mengubah kehidupan.



 
 
Ketika seseorang menerima Dhamma 

dengan pikiran yang murni
 
dan mempraktikkan kebenaran dengan sungguh-sungguh, 

ia tak mungkin gagal berubah.




Ia akan mengalami kebahagiaan, kedamaian; 

dan kegembiraan yang lebih besar dalam pikirannya.




Jika ia sebelumnya kejam, 

ia menjadi penuh belas kasih.




Jika ia sebelumnya pendendam, 

ia menjadi pemaaf.

 



Melalui Dhamma, 

orang yang penuh kebencian menjadi welas asih,
 
orang tamak menjadi murah hati,
 
dan orang yang gelisah menjadi tenteram.





Jika seseorang telah merasakan Dhamma,
 
ia tidak tidak hanya akan mengalami kebahagiaan 

saat ini dan sekarang,
 
tetapi juga dalam kehidupan sesudahnya.




Sumber:
Buku Keyakinan Umat Buddha
Oleh: Sri Dhammananda
Penerbit: Yayasan Penerbit Karaniya
Halaman 244-247