Kita melakukan kemurahan hati sejati
jika kita dapat memberi dengan lepas
tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Orang yang murah hati
tidak membuat orang lain merasa berhutang padanya.
Ia bahkan tidak mengharapkan orang lain berterimakasih.
Harus ada kegembiraan dalam setiap tindakan memberi.
Kita juga dapat memberikan pengetahuan, keterampilan,
waktu, tenaga, atau usaha kita
untuk proyek-proyek yang bermanfaat bagi orang lain.
* * * * *
adalah memberi sesuatu tanpa mengharapkan apa pun
sebagai imbalan pemberian itu.
Jika seseorang mengharapkan keuntungan material
timbul dari pemberiannya,
ia hanya melakukan barter, bukan kemurahan hati.
Orang yang murah hati
tidak membuat orang lain merasa berhutang padanya
atau menggunakan kemurahan hati
untuk menguasai mereka.
Ia bahkan tidak mengharapkan orang lain berterimakasih,
karena kebanyakan orang itu pelupa
dan bukan tidak tahu terimakasih.
Tindakan kemurahan hati sejati itu bermanfaat,
tidak melekat,
dan tidak mewajibkan apa pun
dari pemberi dan penerima.
Perbuatan murah hati
sangat dijunjung tinggi dalam setiap agama.
sebaiknya memikirkan orang lain
dan memperluas kemurahan hatinya
bagi yang memerlukan.
Seseorang yang dalam perjalanan menuju pertumbuhan spritiual
harus mengurangi keegoisan dan keinginan kuatnya
untuk memiliki lebih dan lebih.
Ia harus mengurangi kemelekatan akan kepemilikan yang,
jika ia tidak penuh kesadaran,
dapat memperbudaknya pada ketamakan.
Apa pun yang ia miliki
seyogyanya digunakan untuk keuntungan dan kebahagiaan orang lain:
orang-orang yang ia cintai
serta mereka yang membutuhkan pertolongan.
Saat memberi,
Saat memberi,
seseorang sebaiknya tidak melakukan kemurahan hati,
sebagai tindakan fisiknya saja,
tetapi dengan hati dan pikirannya juga.
Harus ada kegembiraan
dalam setiap tindakan memberi.
Ada perbedaan antara memberi
sebagai tindakan moral kemurahan hati dan dana.
Dalam tindakan moral kemurahan hati,
kita memberi atas dasar belas kasih dan kebaikan
ketika kita menyadari
bahwa orang lain memerlukan bantuan
dan kita berada dalam posisi menawarkan bantuan itu.
Jika kita melakukan dana,
kita memberi sebagai cara untuk mengembangkan kemurahan hati
sebagai nilai kebajikan
dan untuk mengurangi keegoisan dan nafsu.
Lebih penting lagi,
dana diberikan dengan pemahaman,
yang berarti orang berderma
untuk mengurangi dan membasmi
gagasan tentang diri
yang menjadi akar ketamakan dan penderitaan.
Ia melatih kebijaksanaan
saat ia ingat bahwa dana merupakan sifat yang sangat penting
untuk dipraktikkan oleh setiap umat Buddha,
dan merupakan kesempurnaan ( Parami ) pertama
yang dilakukan oleh Sang Buddha
dalam kelahiran terdahulunya sebelum pencerahannya.
Seseorang melakukan dana
dalam penghargaan pada sifat dan nilai luhur dari Tiratana.
* * *
Ada banyak hal yang dapat kita berikan.
Kita dapat memberi benda material :
makanan bagi yang lapar,
uang dan pakaian bagi yang miskin.
Kita juga dapat memberikan pengetahuan, keterampilan,
Kita juga dapat memberikan pengetahuan, keterampilan,
waktu, tenaga, atau usaha kita
untuk proyek-proyek yang bermanfaat bagi orang lain.
Kita dapat menyediakan telinga yang simpatik
dan nasihat yang baik
bagi seorang teman dalam kesusahan.
Kita dapat menahan diri dari membunuh makhluk lain,
dan dengan demikian
memberikan kehidupan bagi makhluk yang tak berdaya.
Kita juga dapat memberikan bagian tubuh kita demi orang lain,
seperti mendonorkan darah, mata, ginjal,
dan lain-lain.
Sebagian orang-orang yang mempraktikkan nilai-nilai ini
atau tergerak oleh rasa belas kasih
atau perhatian yang besar pada orang lain
mungkin juga siap
untuk mengorbankan hidupnya sendiri.
Dalam kelahiran sebelumnya,
Sang Bodhisatta telah banyak kali
memberikan bagian tubuh-Nya demi orang lain.
Ia juga mengorbankan hidup-Nya
agar makhluk lain dapat hidup,
sungguh besar kemurahan hati dan belas kasih-Nya.
Tetapi kesaksian terbesar belas kasih Sang Buddha
adalah pemberian-Nya yang tak ternilai
bagi kemanusiaan - Dhamma
yang dapat membebaskan semua makhluk dari penderitaan.
* * *
Bagi umat Buddha,
pemberian tertinggi dari segala pemberian
adalah pemberian Dhamma.
Pemberian ini memiliki kekuatan besar
untuk mengubah kehidupan.
Ketika seseorang menerima Dhamma
dengan pikiran yang murni
dan mempraktikkan kebenaran dengan sungguh-sungguh,
ia tak mungkin gagal berubah.
Ia akan mengalami kebahagiaan, kedamaian;
dan kegembiraan yang lebih besar dalam pikirannya.
Jika ia sebelumnya kejam,
ia menjadi penuh belas kasih.
Jika ia sebelumnya pendendam,
ia menjadi pemaaf.
Melalui Dhamma,
orang yang penuh kebencian menjadi welas asih,
orang tamak menjadi murah hati,
dan orang yang gelisah menjadi tenteram.
Jika seseorang telah merasakan Dhamma,
ia tidak tidak hanya akan mengalami kebahagiaan
saat ini dan sekarang,
tetapi juga dalam kehidupan sesudahnya.
Sumber:
Buku Keyakinan Umat Buddha
Oleh: Sri Dhammananda
Penerbit: Yayasan Penerbit Karaniya
Halaman 244-247