Cari Blog Ini

27 Mei 2012

Meditasi

Meditasi adalah pendekatan psikologis untuk pengembangan, pelatihan dan pemurnian pikiran.

Dalam hal doa, umat Buddha mempraktikkan meditasi
untuk pelatihan mental dan pengembangan spiritual.
Tidak seorang pun dapat mencapai Nibbana atau keselamatan
tanpa mengembangkan pikiran melalui meditasi.
Sejumlah perbuatan baik saja tidak akan cukup membawa seseorang
untuk mencapai tujuan akhir tanpa pemurnian mental yang sesuai.

Secara alamiah, pikiran yang tak terlatih sangat sukar dikendalikan
dan merayu orang untuk berbuat jahat dan menjadi budak indera.
Khayalan dan emosi selalu menyesatkan manusia jika pikiran tidak dilatih dengan benar.
Seseorang yang tahu bagaimana caranya bermeditasi akan dapat mengendalikan pikirannya jika tersesatkan oleh indera-indera.

Kebanyakan masalah yang kita hadapi saat ini
terjadi karena pikiran yang tak terlatih dan tak berkembang.
Telah diketahui bahwa meditasi adalah obat untuk banyak penyakit jasmani dan batin.
Pakar medis dan psikologis besar di seluruh dunia
menyatakan bahwa frustasi, kecemasan, kesengsaraan, kegelisahan,
ketegangan dan ketakutan adalah penyebab dari berbagai penyakit,
tukak lambung, gastritis, keluhan saraf, dan penyakit jiwa.
Bahkan penyakit yang laten akan diperburuk dengan kondisi mental seperti demikian.

Jika kesadaran 'aku' terlalu resah, terlalu cemas,
atau berduka terlalu lama dan terlalu dalam,
maka masalah berkembang dalam tubuh.
Tukak lambung, tuberkolosis, penyakit koroner dan gangguan fungsional
adalah hasil dari ketidakseimbangan mental dan emosional.
Pada anak-anak, kehancuran gigi dan penglihatan yang kurang baik
sering berhubungan dengan  gangguan emosional.

Banyak penyakit dan kelainan ini dapat dihindari
jika orang dapat menyediakan sedikit waktu setiap hari
untuk menenangkan indera melalui praktik meditasi.
Banyak orang tidak percaya akan hal ini atau terlalu malas
untuk melakukan meditasi karena kurangnya pemahaman.

Beberapa orang berkata bahwa meditasi hanyalah membuang waktu.
Kita harus ingat bahwa para guru spiritual di dunia ini
mencapai titik tertinggi kehidupannya melalui praktik meditasi.
Mereka dihormati saat ini oleh jutaan orang
karena mereka telah melakukan pelayanan luar biasa bagi umat manusia
dengan kebijaksanaannya yang mereka peroleh dari praktik meditasi.

Meditasi sebaiknya tidak menjadi tugas dimana kita memaksa diri kita sendiri
dengan gigi terkatup dan tangan terkepal;
hal itu lebih sebagai sesuatu yang menarik kita
karena hal itu memenuhi kita dengan kegembiraan dan inspirasi.
Selama kita harus memaksa diri kita sendiri, kita belum siap untuk meditasi.

Bukannya bermeditasi, kita malah menyakiti sifat sejati kita.
Bukannya tenang dan melepaskan, kita malah mencengkramkan ego kita.
Dengan cara ini meditasi menjadi suatu permainan ambisi
dari pencapaian dan pembesaran pribadi.
Meditasi itu seperti cinta: suatu pengalaman spontan
- bukan sesuatu yang dapat dipaksakan.

Karenanya, meditasi Buddhis tidak memiliki tujuan lain
selain untuk membawa pikiran kembali ke saat ini, ke keadaan penuh kesadaran,
dengan menjernihkannya dari semua rintangan yang timbul
dari objek mental dan indera.

Sang Buddha meraih Pencerahan-Nya melalui pengembangan pikiran-Nya.
Ia tidak mencari kekuatan ilahi untuk menolong-Nya.
Ia memperoleh kebijaksanaan-Nya melalui upaya sendiri
dengan mempraktikkan meditasi.
Untuk memiliki tubuh dan pikiran yang sehat dan memiliki kedamaian,
seseorang harus belajar bagaimana mempraktikkan meditasi.

Sumber:
Buku Keyakinan Umat Buddha
Oleh: Sri Dhammananda
Penerbit: Yayasan Penerbit Karaniya
Hal. 295-297