Cari Blog Ini

07 November 2013

Sutra Bakti Seorang Anak Kepada Orang Tua - 02

* * * Untuk melihat dalam versi web, dapat di link berikut
https://sutrabaktiseoranganak.blogspot.com/p/home.html
atau klik disini >> SUTRA BAKTI SEORANG ANAK

* * *

Sutra Kebaikan dan Kasih Yang Mendalam Dari Orang Tua
Dan Kesulitan Untuk Membalas-nya 
( SUTRA BAKTI SEORANG ANAK )


Ayah dan Ibu adalah dua Buddha yang hidup dalam Keluarga.

Sutra ini adalah Sutra tentang Kebaikan Hati Orangtua dan bagaimana sulit-nya
untuk membalas Budi Baik mereka.

* Apakah sebab-nya kini Beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering ?
* Bagaimana-kah cara-nya seseorang dapat membalas Kasih dan Kebaikan Ibu-nya ?
* 10 Jenis Kebajikan yang diperbuat oleh seorang Ibu kepada Anak-nya
* Ingin-kah Anda mengetahui "KAPAN" Kebaikan dan Cinta yang demikian itu berakhir ?
* Bagaimana membalas atau mengembalikan Kebaikan yang mendalam dari ke-dua Orangtua kami

* * * * * 



Demikianlah yang Aku dengar,
suatu ketika Hyang Buddha berdiam di Shravasti,  di Hutan Jeta,
bersama-sama dengan sekumpulan Bhiksu-Bhiksu besar, yang seluruhnya berjumlah 1.250,
dan Para Bodhisattva, yang semuanya berjumlah 38.000.

Pada saat itu,
Sang Bhagava memimpin Kumpulan Besar tersebut dalam perjalanan menuju Selatan.
Tiba-tiba rombongan Hyang Buddha menjumpai seonggok tulang Manusia di samping jalan.
Hyang Bhagava berpaling menghadapi-nya, dan bersikap anjali dengan penuh hormat.
Guru Buddha lalu menghampiri sekumpulan tulang tersebut,
seraya bersujud dan memberi hormat.


* * *

Ananda dan anggota rombongan lain-nya tidak mengerti
mengapa Guru Buddha bertindak demikian.
Ananda dengan bersikap anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava,

"Tathagata adalah Guru Agung dari Tri Loka dan Bapak yang Terkasih
dari Makhluk-makhluk yang berasal dari Empat Jenis Kelahiran.
Beliau dihormati dan dicintai oleh seluruh Umat.
Apakah sebab-nya kini Beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering ?"

Buddha lalu menjawab kepada Ananda,
"Meskipun Kalian adalah Siswa-siswa-Ku yang utama dan telah lama menjadi Anggota Sangha,
namun pengertian Kalian belum cukup.
Onggokan tulang ini mungkin adalah milik Para Leluhur-Ku pada kehidupan yang lalu.
Bagaimana mungkin Manusia tidak menghormati Orangtua-nya,
karena itulah Aku bersujud dan menghormat".


* * *

Sang Buddha menerangkan lebih lanjut kepada Ananda,
"Tulang - tulang yang kita lihat ini dapat-lah dibagi menjadi dua kelompok.
Yang satu adalah tulang-tulang Pria, yang berat dan putih warna-nya.
Kelompok yang lain adalah tulang-tulang Wanita, yang ringan dan warna-nya hitam."

Ananda, lalu berkata,
"Duhai Sang Bhagava,
saat masih hidup di Dunia Para Pria menghiasi badan mereka dengan jubah,
pengikat pinggang, sepatu, topi dan pakaian-pakaian indah lain-nya
untuk menunjukkan bahwa mereka adalah Pria perkasa.

Ketika masih hidup Para Wanita,
mereka mengenakan kosmetik, minyak wangi, bedak dan wangi-wangian yang menarik
untuk menghiasi tubuh mereka,
sehingga dengan jelas menampakkan kewanitaan-nya.


Namun tatkala Para Pria dan Wanita itu meninggal,
semua yang tertinggal adalah tulang-tulang.
Bagaimana seseorang dapat membedakan-nya ?
Mohon ajari-lah kami Guru, bagaimana cara membedakan-nya ?"

Buddha menerangkan,
"Semasa hidup di Dunia ada Pria yang rajin memasuki Vihara,
mendengarkan penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna.
Karena Kebajikan-nya luar biasa,
tatkala mereka meninggal tulang-tulang-nya menjadi berat dan putih warna-nya.

Wanita pada umum-nya kurang bijaksana dan terbawa emosi.
Mereka melahirkan dan membesarkan Anak-anak, sebagai suatu kewajiban.
Setiap Anak meminum 1.200 galon susu Ibu-nya.
Ibu menjadi letih dan menderita,
dan karena-nya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam dan ringan ketika mereka meninggal."


* * *

Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam Hati-nya,
karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karena-nya ia diam-diam menangis.
Dia mengatakan kepada Sang Bhagava,

"Bagaimana-kah cara-nya seseorang dapat membalas Kasih dan Kebaikan Ibu-nya ?"



Sang Buddha mengatakan kepada Ananda,
"Dengarkan-lah baik-baik,  Aku akan jelaskan hal ini kepada-Mu dengan terperinci.

Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala.
Alangkah menderita-nya Ibu selama Janin berada di situ !

Pada bulan Pertama kehamilan,
hidup Janin tidak-lah menentu seperti titik embun pada daun
yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore,
tetapi akan menguap pada tengah hari !"

Pada bulan ke-2, 
Janin menjadi kental seperti susu kental.

Pada bulan ke-3,
Ia seperti darah yang mengental.

Hingga pada bulan ke-4,
Janin mulai berwujud sedikit seperti Manusia.

Selama bulan ke-5 dalam kandungan,
ke-lima anggota badan Anak ( dua kaki, dua tangan, dan kepala ) mulai terbentuk.

Pada bulan ke-6 kehamilan,
Anak mulai mengembangkan inti ke enam alat indera-nya
yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran.

Selama bulan ke-7,
ke tiga ratus enam puluh tulang-tulang dan persendian terbentuk,
dan ke delapan puluh empat ribu pori-pori rambut juga telah sempurna.

Dalam bulan ke-8 kehamilan,
kecerdasan dan ke-sembilan lubang terbentuk.

Pada bulan ke-9,
Janin suka menggerakkan tangan dan kaki-nya
membuat Ibu tidak nyaman dan kehilangan selera makan.
Janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan,
misal-nya Janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu,
dan ke-lima macam padi-padian.

Selama kehamilan,
pembekuan darah Ibu dari organ-organ dalam-nya membentuk zat tunggal
yang menjadi makanan Anak.

Selama bulan ke-10 kehamilan,
badan Janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan.

Setelah sepuluh bulan merasakan kesusahan, darah Ibu akan mengalir deras seperti sungai
agar Janin bisa lahir dengan sempurna.

Bila Janin ini kelak akan menjadi Anak yang ber-Bakti,
dia akan lahir dengan telapak tangan disatukan sebagai Hormat
dan kelahiran itu akan aman dan baik.
Ibu-nya tidak akan terluka oleh kelahiran-nya dan tidak membawa derita kesakitan bagi Sang Ibu.

Tetapi, bila Anak tersebut akan menjadi pembangkang
maka ia akan merusak dan melukai kandungan Ibu-nya, membuat-nya sangat menderita,
saat melahirkan Ibu akan merasa seperti disayat seribu pisau
atau seperti ribuan pedang yang menikam jantung-nya, mengoyak hati dan jantung,
menyangkut di tulang Ibu-nya.
Itu-lah kesakitan yang dialami saat kelahiran Anak yang nakal dan pembangkang.

Sebagai seorang Anak, Kita tidak boleh melupakan penderitaan Orangtua, 
dalam merawat dan membesarkan Kita. 
Jika Kita lupa, Kita bahkan lebih kejam dan jahat dari Binatang buas. 


* * *

Untuk menambah Bakti Kita dan lebih jelas-nya, Kita harus mengerti ada

10 Jenis Kebajikan yang diperbuat oleh seorang Ibu kepada Anak-nya



Kebaikan Ke-1 :
Kebaikan di dalam memberikan perlindungan dan penjagaan selama Anak dalam kandungan. 

Sungguh sulit terlahir sebagai Manusia
bagi kelahiran-kelahiran Kita yang tak terhitung jumlah-nya."

"Tidak mudah bisa berada di dalam kandungan Ibu,
dibutuhkan hubungan karma dengan Orangtua."

"Dengan berlalu-nya bulan, ke-lima orang penting berkembang.
Dalam waktu tujuh minggu, ke-enam alat indera mulai tumbuh, dan terbentuk."

"Saat Janin mulai tumbuh,
beban Ibu semakin berat dan badan-nya pun menjadi seberat gunung."

Diam atau gerakan-gerakan Janin adalah laksana gempa bumi dan bencana angin ribut,
baju-baju Ibu yang cantik tidak dapat dipakai dengan baik lagi,
dan begitu juga cermin-nya pun berdebu karena hanya memikirkan Bayi-nya,
Ibu tidak sempat dan terlalu letih untuk berdandan.



Kebaikan Ke-2 :
Kebaikan dalam menanggung penderitaan selama kelahiran.

Kehamilan berlangsung selama sepuluh bulan.
Masa kehamilan semakin lama semakin tidak menyenangkan."

"Saat kelahiran semakin dekat, kesusahan dan kesulitan Ibu semakin berat."

Setiap pagi Ibu merasa sangat sakit, sepanjang hari terasa mengantuk dan lamban.
Ketakutan-nya dan kegelisahan-nya sukar dilukiskan.
Dengan khawatir Ibu memberitahu Keluarga-nya,
bahwa dia hanya takut maut akan menimpa Bayi atau diri-nya.



Kebaikan Ke-3 :
Kebaikan untuk melupakan semua kesakitan begitu Anak telah dilahirkan.

Saat bersalin, ke-lima organ semua terbuka lebar.
Membuat tubuh dan pikiran Ibu sangat letih.
Darah mengalir laksana seekor domba yang disembelih, hingga Ibu pingsan beberapa kali.

Tetapi ketika mendengar bahwa Anak-nya terlahir sehat,
dia dipenuhi dengan kegembiraan yang melimpah,
tetapi sesudah kegembiraan, rasa sakit kembali mengaduk-ngaduk bagian dalam tubuh-nya.



Kebaikan Ke-4 : 
Kebaikan dari memakan bagian yang pahit bagi diri-nya dan menyimpan yang manis bagi Anak. 

Kebaikan dari memakan bagian yang pahit bagi diri-nya dan menyimpan yang manis bagi Anak. 

Kebaikan ke-dua Orangtua sangat besar dan dalam, penjagaan dan pengabdian-nya tidak pernah berhenti, tidak pernah ber-istirahat, 

Ibu senantiasa menyimpan yang manis untuk Anak, dan tanpa mengeluh menelan yang pahit bagi diri-nya. 

Cinta-nya amat besar dan emosi-nya sukar tertahankan, 

Kebaikan-nya adalah mendalam dan begitu juga Kasih-nya hanya menginginkan Anak mendapat cukup makanan, Ibu yang Kasih tidak membicarakan kelaparan-nya sendiri. Asal Anak-nya bahagia, Orangtua rela kedinginan dan menahan lapar. 

Cinta Kasih dan Kasih Sayang mereka tidak terlukiskan. 



Kebaikan Ke-5 : 
Kebaikan untuk memindahkan Anak ke tempat yang kering dan diri-nya sendiri berbaring di tempat yang basah. 

Ibu rela basah agar Anak-nya dapat berada di tempat yang kering. Ibu senantiasa melindungi Anak dengan lengan-nya dari angin dan dingin.

Dalam Kebaikan-nya, kepala Ibu jarang lega di atas bantal, dan bahkan dia melakukan-nya dengan gembira selama Anak dapat merasa senang, Ibu yang Baik tidak mencari penghiburan bagi diri-nya sendiri.



Kebaikan Ke-6 : 
Memberi-nya makan, memelihara serta membesarkan Anak. 

Menyusui Anak-nya pada payudara-nya dan memberi-nya makan, memelihara serta membesarkan Anak. Dengan ke-dua payudara-nya dia memuaskan rasa lapar dan haus Sang Anak, selama 3 tahun Ibu menghidupi Anak-nya dengan air susu, yang sebenarnya adalah darah-nya sendiri. 

Ibu yang Baik adalah bagaikan Bumi yang besar, Ayah yang tegar laksana Langit yang mengasihi, yang satu melindungi dari atas, yang lain-nya menunjang dari bawah, 

Kebajikan semua Orangtua adalah sedemikian rupa sehingga mereka tidak membenci atau marah terhadap Anak-nya meskipun mereka terlahir jelek. Mereka juga tidak kecewa dan tetap menyukai-nya, sekali pun Anak terlahir cacat. 

Setelah Ibu mengandung dan melahirkan Anak-nya, Ayah dan Ibu bersama-sama merawat, membesarkan dan melindungi Anak-nya sampai akhir hayat-nya. Sungguh luar biasa Cinta Kasih Orangtua terhadap Anak-nya. 


Kebaikan Ke-7 : 
Rela membersihkan kotoran Anak-nya. 

Pada mula-nya Ibu cantik dan memiliki tubuh yang indah, semangat-nya kuat dan bergelora, alis mata-nya seperti daun willow yang segar, dan kulit-nya bersinar.

Tetapi karena Kebaikan Ibu yang begitu mendalam sehingga ia melupakan dan melepaskan kecantikan-nya. Sekali pun merawat dan mencuci Anak-nya, yang dapat membuat diri-nya kotor dan merusak badan-nya.

Ibu yang Baik bertindak hanya demi untuk kepentingan Putra-Putri-nya. Dan dengan rela menerima kecantikan-nya yang memudar.



Kebaikan Ke-8 :
Kebaikan dari selalu memikirkan Anak bila dia berjalan jauh.

Kematian dari Orang yang dicintai sukar terlukiskan penderitaan-nya. Tetapi berpisah dari yang dikasihi juga sangat menyakitkan.

Bila Anak berjalan jauh, Ibu merasa khawatir di kampung-nya, dari pagi hingga malam, Hati-nya selalu bersama Anak-nya, senantiasa ber-Sembahyang berharap Anak-nya Selamat dan Sukses agar dapat cepat pulang dan berkumpul kembali.

Orangtua menunggu berita siang dan malam. Dan air mata jatuh berderai dari mata-nya, seperti monyet yang menangis diam-diam, sedikit demi sedikit Hati-nya hancur. Ketika tiada berita kunjung tiba. Demikian dalam-nya cinta seorang Ibu kepada Anak-nya.


Kebaikan Ke-9 :
Kasih Sayang yang dalam berupa Pengabdian dan Perhatian Orangtua terhadap Anak-nya.

Sungguh sulit untuk dibalas. Mereka rela menderita demi kepentingan Anak-nya. Alangkah besar-nya Kebaikan Orangtua dan gejolak emosi-nya !

Ketika tahu atau mendengar Anak-nya susah, Orangtua akan ikut ber-susah hati. Bila Anak-nya bekerja berat, Orangtua pun merasa tidak tenang.

Bila mendengar bahwa Anak berjalan jauh, mereka khawatir bahwa pada waktu malam Sang Anak berbaring kedinginan.

Bahkan sakit sebentar yang diderita Putra atau Putri-nya, akan menyebabkan Orangtua lama ber-susah hati.



Kebaikan Ke-10 :
Kebaikan dari rasa kasihan yang dalam dan simpati dari Orangtua terhadap Anak-nya.

Cinta Kasih dan Kasih Sayang Orangtua adalah besar dan penting. Perhatian-nya yang lemah lembut tidak pernah berhenti, seperti cahaya abadi dari Bulan dan Matahari yang menyinari seluruh Dunia, tidak pernah akan sirna.

Sejak bangun pagi, yang dipikirkan mereka adalah Anak-nya. Apakah Anak-anak dekat atau jauh, Orangtua selalu memikirkan mereka. Sekali pun seorang Ibu hidup untuk seratus tahun, dia akan selalu mengkhawatirkan Anak-nya yang berumur delapan puluh tahun.

* * * *



Ingin-kah Anda mengetahui "KAPAN" Kebaikan dan Cinta yang demikian itu berakhir ?

Ia bahkan tidak berkurang hingga akhir hidup-nya. Meski menjadi Hantu sekali pun, mereka masih terikat kepada Anak-nya. Mereka tidak bisa melepaskan keterikatan itu. 


Sang Buddha berkata kepada Ananda,
"Bila Aku merenung tentang Makhluk-makhluk hidup, Aku melihat bahwa sekali pun sebagian dari mereka terberkahi dilahirkan sebagai Manusia, tetapi mereka bodoh dan dungu dalam pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan mereka.

Mereka tidak mempertimbangkan Kebaikan dan Kebajikan Orangtua mereka.
Mereka tidak menghormati dan melupakan Kebaikan dan apa yang benar.
Mereka kurang manusiawi dan kurang ber-Bakti atau patuh pada Orangtua.
Mereka tidak menyadari Kebaikan Orangtua yang sangat luar biasa.

Alangkah sedih-nya bila Acapkali Anak justru tidak menghormati Orangtua mereka. Bahkan mereka dengan mudah-nya melupakan Kebaikan Orangtua mereka. Mereka sungguh Anak-anak yang tidak ber-Bakti dan ber-Budi.

Kebajikan dari Orangtua sungguh tulus, luas dan tidak terbatas.

Bila seseorang berbuat kesalahan karena tidak ber-Bakti, 
SUNGGUH SULIT Untuk membayar kembali Kebaikan itu !" 

* * * *


Setelah mendengar uraian Guru Buddha tentang betapa dalam-nya Kebaikan Orangtua, banyak yang menjatuhkan diri mereka ke tanah dan bersujud dalam kesedihan. Sebagian pingsan, yang lain menghentakkan kaki-nya ke tanah. Bahkan ada yang berdarah karena terluka dan sedih. Dengan suara lantang mereka meratap : "Sungguh menderita-nya ! Alangkah sakit-nya ! Betapa menyakitkan ! Anak yang telah menyakiti Hati Orangtua-nya."

"Kami semua bersalah. Kami semua seperti penjahat yang tidak pernah sadar yang hidup bermabuk-mabukan. Kami tidak sadar betapa dalam-nya kelalaian kami."

"Seperti mereka yang berjalan di malam yang gelap. Kami baru sekarang menyadari kesalahan-kesalahan kami dan Hati kami tercabik-cabik. Dengan mendengarkan uraian Hyang Buddha kami terbangun dari Alam mimpi yang panjang."

"Kami hanya berharap Tathagata mengasihi dan menyelamatkan kami. Mohon ajari-lah,

Bagaimana membalas atau mengembalikan Kebaikan yang mendalam dari ke-dua Orangtua kami."



Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada Kumpulan Besar itu, "Kalian semua harus mengerti dan mengetahui ini, sekarang akan Ku-jelaskan beberapa segi dari hal ini."


1.
"Bila seseorang memikul Ayah-nya dengan bahu kiri-nya
dan Ibu-nya dengan bahu kanan-nya
dan oleh karena berat-nya menembus tulang sumsum-nya
sehingga tulang-tulang-nya hancur menjadi debu
karena beban berat mereka,

dan Anak tersebut mengelilingi Puncak Semeru
selama seratus ribu kalpa lama-nya,
sehingga darah yang mengucur membasahi pergelangan kaki-nya,

Anak tersebut belum dapat membalas Kebaikan yang mendalam dari Orangtua-nya."


2.
"Bila seorang Anak selama waktu satu kalpa 
yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan,
memotong sebagian dari daging badan-nya
demi memberi makan ke-dua Orangtua-nya
dan ini diperbuat-nya sebanyak debu
yang dilalui dalam perjalanan ratusan ribu kalpa,

Anak tersebut belum dapat membalas Kebaikan yang dalam dari Orangtua-nya."


3.
"Bila ada seorang Anak yang demi Orangtua-nya,
mengambil sebuah pisau yang tajam
dan mencungkil ke-dua belah mata-nya
dan mempersembahkan-nya kepada Tathagata,
dan terus dilakukan-nya hingga beratus-ratus ribu kalpa,

Anak tersebut masih tetap belum dapat membalas Kebaikan yang mendalam dari Orangtua-nya."


4.
"Bila seorang Anak demi Ayah dan Ibu-nya
mengambil sebuah pisau tajam
dan mengeluarkan Jantung dan Hati-nya
sehingga darah mengucur dan menutupi tanah
dan ini ia lakukan dalam beratus ribu kalpa,
tiada sekali pun mengeluh tentang kesakitan-nya,

Anak tersebut tetap belum dapat membalas Kebaikan yang besar dari Orangtua-nya."


5.
"Bila seorang Anak yang demi Orangtua-nya
menelan butiran-butiran besi yang mencair
dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa,

Orang itu tetap belum dapat membalas Kebaikan yang mendalam dari Orangtua-nya."


6.
"Bila seorang Anak demi Orangtua-nya,
menghancurkan tulang-tulang-nya sendiri sampai ke sumsum
dan melakukan-nya hingga beratus ribu kalpa,

Anak tersebut itu tetap belum dapat membalas Kebaikan yang besar dari Orangtua-nya."


7.
"Jika seorang Anak demi Orangtua-nya,
menahan ratusan ribu pisau dan panah pada tubuh-nya,
dan hal ini dilakukan-nya hingga beratus ribu kalpa,

Anak tersebut tetap belum dapat membalas Budi Baik yang besar dari Orangtua-nya."


8.
"Bila ada seorang Anak yang demi Orangtua-nya,
dalam keadaan terbakar
mempersembahkan tubuh-nya kepada Buddha,
dan melakukan-nya selama ratusan ribu kalpa,

Anak tersebut masih tetap belum dapat membalas Jasa Kebajikan dari Orangtua-nya."

* * * * *


Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang Kebajikan Orangtua-nya, setiap Orang dalam Kumpulan Besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam Hati-nya. Mereka merenungkan-nya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava,

Bagaimana kami dapat 

MEMBALAS KEBAIKAN yang DALAM dari ORANGTUA KAMI ?



Hyang Buddha menjawab, "Wahai Siswa-siswa-Ku, jika kalian ingin membalas Jasa Kebajikan Budi Baik dari ke-dua Orangtua..."

"Demi mereka tulis dan perbanyak-lah Sutra ini, sebarluaskan demi Kebajikan semua Makhluk serta kumandangkan-lah Sutra ini.

Segera-lah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan.


Atas Nama Orangtua kalian, berikan-lah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha."



Demi Orangtua, patuh-lah kepada Perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih.

Tumbuh kembangkan Kebajikan dari praktek ber-Dana.

Ini-lah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi Orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan Orang-orang Tua mereka lahir kembali di Surga, untuk menikmati segala Kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan Neraka.

* * * * *


Pada saat, Ananda dan lain-lain-nya dalam Kumpulan Besar, "Asura, Garuda, Kinnara, Manusia, Bukan Manusia, dan lain-lain-nya, demikian juga Dewa, Naga, Yaksha, Gandarwa, Raja-Raja Bijaksana yang memutar roda, dan semua Raja-Raja yang lebih kecil, merasakan semua bulu pada badan mereka berdiri setelah mendengarkan apa yang di-sabda Hyang Buddha.

Masing-masing dari mereka bertekad dan berkata,
"Kami semua mulai sekarang sampai perwujudan akhir dari masa mendatang, akan lebih suka badan kami dilumatkan menjadi abu untuk beratus ribu kalpa daripada melanggar Ajaran Bijaksana dari Tathagata."

"Kami lebih suka lidah kami dicabut, sehingga akan memanjang sepanjang satu yojana penuh, dan untuk selama seratus ribu kalpa sebuah luku besi ditarik di atas-nya, daripada melanggar Ajaran-Ajaran Bijaksana dari Tathagata."

"Kami lebih suka roda dengan seratus ribu pisau menggelinding dengan bebas di atas badan kami, kami lebih suka badan kami diikat dengan jaring besi selama seratus ribu kalpa, daripada melanggar Ajaran-Ajaran Bijaksana dari Tathagata."

"Kami lebih suka badan kami dicincang, dipotong, dirusak dan dipahat menjadi sepuluh juta potong sehingga kulit, daging, persendian dan tulang-tulang kami betul-betul hancur, daripada melanggar Ajaran-Ajaran Bijaksana dari Tathagata."

* * * * *


Ketika itu, Ananda dengan Agung dan perasaan damai, bangkit dari tempat duduk-nya dan bertanya kepada Hyang Buddha,
"Bhagava, apakah Nama Sutra ini bila kami ingin menjalankan dan menjaga-nya ?"

Buddha ber-sabda kepada Ananda,

"Sutra ini disebut

SUTRA KEBAIKAN DAN KASIH YANG MENDALAM DARI ORANG TUA
DAN
KESULITAN UNTUK MEMBALAS-NYA.


Pakai-lah Nama ini bila Engkau INGIN mengikuti dan menjaga-nya."

Pada saat itu, Kumpulan Besar, Dewa, Asura, Manusia, dan lain-lain-nya, mendengar apa yang telah diuraikan oleh Hyang Buddha, mereka sangat gembira. Mereka mempercayai-nya, menerima-nya, dan menyesuaikan-nya dengan tingkah laku mereka dan kemudian menunduk Hormat dan berlalu.

* * * * *


Ada dua BUDDHA di setiap KELUARGA.

Tetapi sungguh sayang, tidak banyak yang mengerti hal ini.
Mereka tidak perlu dipuja dengan emas dan sebagai-nya, atau diukir dengan cendana.

Perhatikan-lah,

AYAH dan IBU, 
Mereka adalah SAKYAMUNI dan MAITREYA.

Jika sanggup memberikan persembahan kepada mereka, Kebajikan yang lain tidak-lah berarti.



Sumber:
www.dhammacitta.org



* * * * * * * * * * *