Cari Blog Ini

26 Desember 2014

BAB 4 - HUKUM KARMA DAN SEBAB AKIBAT-NYA BAGI MAKHLUK-MAKHLUK JAMBUDVIPA ( ALAM MANUSIA )

* * * Untuk melihat dalam versi web, dapat >> klik disini 

BAB 4 
HUKUM KARMA DAN SEBAB AKIBAT-NYA 
BAGI MAKHLUK-MAKHLUK JAMBUDVIPA ( ALAM MANUSIA )



Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha berkata kepada Sang Buddha, “O Bhagava yang Termulia, sungguh, atas berkah Maha Rddhi Abhijnabala Tathagata-lah, maka Aku dapat menjelajahi juta-an koti dunia atau alam, dengan menjelmakan badan-Ku hingga sedemikian banyak untuk membimbing makhluk yang terlibat hukum karma.  Apabila tidak dianugerahi oleh welas asih Sang Tathagata, tentu saja Saya tidak akan mampu melakukan perubahan apa pun, terutama pada saat ini, Aku mendapat pesan dari Sang Buddha, agar semua makhluk yang berada di Sad Gatyah, yakni 6 alam kehidupan itu di-bimbing semua-nya, supaya mereka dapat terbebas dari penderitaan Neraka, sampai Sang Ajita ( Maitreya Bodhisattva ) menjadi Buddha.  O Bhagava yang Termulia, tak usah khawatir !  Aku akan melaksanakan tugas ini hingga sempurna !”



Sang Buddha ber-sabda kepada sang Ksitigarbha, “O Maha Arya Ksitigarbha, tahu-kah Anda, bahwa semua makhluk yang belum terbebas dari kesengsaraan itu memiliki tabiat dan pikiran yang tak menentu.  Mereka kadang-kadang melakukan perbuatan jahat dan menciptakan karma buruk yang berat, tetapi kadang-kadang pula mereka melakukan hal-hal yang baik yang menjadikan kebajikan.  Mereka mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungan-nya.  Itu-lah sebab-nya, maka mereka terus ber-putar-putar di Panca Gatya ( 5 alam penderitaan, yakni alam asura, manusia, neraka, setan lapar, dan binatang ) hingga ber-kalpa-kalpa mereka tersesat atau terhalang oleh karma buruk.  Sungguh, kelakuan mereka persis seperti ikan-ikan yang senang bermain di air sungai yang terpasang jala, meskipun untuk sementara mereka dapat lolos dari jala tersebut, namun tidak beberapa saat berselang, mereka terjala lagi.  O Maha Arya Ksitigarbha, para umat yang identik dengan ikan yang malang ini membuat perasaan-Ku sedih.  Untung-lah kini Engkau sanggup menyambung tugas-Ku dengan tekad seperti yang pernah Anda ikrar-kan pada masa-masa yang silam, yakni ber-niat menolong para umat yang ber-dosa berat di alam semesta.  Apakah dengan kepastian ini, Aku masih perlu khawatir ?”


Setelah Sang Buddha selesai ber-sabda, terdapat seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama Dhyanasvararaja di persamuan agung itu. Beliau bangkit dari tempat-Nya dan ber-anjali seraya bertanya, “O Bhagava yang Termulia, sudi-lah menerangkan kepada-ku secara singkat, mengapa Sang Bhagava terus-menerus memuji jasa-jasa dan kebajikan Sang Ksitigarbha ?  Ikrar apakah yang pernah Beliau janjikan pada masa yang silam ?”


Sang Buddha ber-sabda kepada sang Dhyanasvararaja, “Dengarkan-lah baik-baik dan perhatikan-lah uraian-Ku ini, O Arya Dhyanasvararaja yang budiman.  Aku akan mengisahkan-nya secara terperinci satu per satu.”

* * *



“Pada masa dahulu, yaitu pada Asankhyeya nayuta kalpa yang silam, terdapat seorang Buddha yang bernama Sarvajnasiddha Tathagata, yang memiliki 10 gelar kesucian, yakni Tathagata, Arahat, Samyak Sambuddha. Vidyacarana Sampanna, Sugata. Lokavidh, Anuttara, Purusadamyasarathi, Sasta-Devamanusyanam, Buddha Lokanatha’ti.  Usia-nya 60.000 kalpa.  Sebelum Beliau meninggalkan rumah-Nya menjadi Sramana, Beliau adalah seorang raja, dan bersahabat dengan seorang raja dari negeri tetangga-nya.  Pada saat itu, mereka bersama-sama melaksanakan dasa kusala ( 10 macam kebajikan ) di negeri masing-masing guna untuk memakmurkan rakyat-nya.  Akan tetapi, rakyat dari negeri tetangga-nya enggan berbuat baik, bahkan melakukan karma jahat.  Kemudian ke-dua raja tersebut mengadakan perundingan dan sama-sama mengambil keputusan dengan sepakat menggunakan cara yang paling tepat untuk membimbing rakyat mereka.  Raja yang pertama ber-ikrar ingin mencapai Ke-Buddha-an secepat mungkin, agar dapat menyelamatkan para umat yang ber-dosa berat.  Raja tetangga-nya juga ber-ikrar ingin menyelamatkan para umat yang ber-dosa berat yang sedang mengalami kesengsaraan itu, dan ingin membimbing mereka untuk mencapai Ke-Bodhi-an, dan Beliau hanya akan menjadi Buddha setelah ikrar-Nya tercapai.”


Sang Buddha ber-sabda kepada sang Dhyanasvararaja, “Ketahui-lah, O Arya Dhyanasvararaja, raja yang pertama itu kini telah mencapai penerangan agung dan menjadi Buddha, Beliau adalah Sarvajnasiddha Tathagata.  Sedangkan raja tetangga-nya yang pernah ber-ikrar ingin menyelamatkan para makhluk yang ber-dosa berat serta yang sedang mengalami kesengsaraan dan tidak akan mejadi Buddha sebelum niat-Nya tercapai, Beliau adalah Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha.”


“Ini-lah kisah tentang Beliau yang ketiga.”

* * *




Sumber :
KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA
Text asli versi Mandarin disusun Dharma Master Yau Cin