A. Tentang apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan ?
B. Tentang Empat macam Orang yang harus dianggap musuh yang berpura-pura menjadi Sahabat ?
C. Tentang Empat macam Sahabat yang harus dipandang berhati tulus ( suhada ),
D. Tentang Bagaimanakah cara-nya Siswa Ariya melindungi enam ( arah Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas ) arah ?
* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * *
Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Rajagaha,
di Vihara Hutan Bambu, di Kandakavinapa (Tempat Pemeliharaan Tupai).
Pada waktu itu, Sigala, putra kepala keluarga,
bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha,
dengan rambut dan pakaian basah,
sambil ber-anjali ia menyembah ke berbagai arah,
yaitu arah Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas.
Dan Sang Bhagava pada pagi hari itu, setelah mengenakan jubah serta membawa
mangkuk-Nya, pergi ke Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan (pindapatta).
Kemudian Sang Bhagava melihat Sigala, putera kepala keluarga itu
menyembah ke berbagai arah dan bertanya :
"O Putera kepala keluarga,
mengapa engkau bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha,
dengan rambut dan pakaian basah sambil ber-anjali,
engkau menyembah ke berbagai arah,
yaitu ke arah Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas ?"
"Yang Mulia, ketika Ayah-ku menjelang wafat,
beliau berkata kepada-ku untuk menyembah ke-enam arah.
Demikianlah Yang Mulia,
karena menghormati, mengindahkan, menjunjung dan menganggap suci kata-kata Ayah itu-lah,
maka saya bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha.
Dengan rambut dan pakaian basah,
sambil ber-anjali, saya menyembah ke-enam arah."
Sang Buddha lalu berkata,
"Tetapi anak-Ku,
dalam agama seorang Ariya enam arah itu tidak seharusnya disembah dengan cara demikian."
Sigala, putera kepala keluarga itu bertanya :
"Yang Mulia,
bagaimana-kah seharusnya seorang Ariya menyembah ke-enam arah itu ?
Alangkah baik-nya apabila Sang Bhagava berkenan mengajarkan kepada saya,
ajaran yang menguraikan cara-nya menyembah ke-enam arah itu
sesuai dengan agama seorang Ariya."
"O putera kepala keluarga,
dengarkan dan perhatikan dengan baik kata-kata-Ku ini.
Karena siswa Ariya telah menyingkirkan empat kekotoran tingkah laku (kammakilesa),
karena ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat (papakamma)
yang didasari oleh empat dorongan,
karena ia tidak mengejar enam saluran yang memboroskan kekayaan,
maka dengan menjauhi (nasevati) empat belas hal buruk ini,
ia adalah seorang pengayom enam arah itu, seorang penakluk (vijaya),
yaitu ia akan sejahtera dalam Alam ini dan Alam berikut-nya.
Pada saat penghancuran tubuh-nya, setelah mati,
ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia, Alam Surga.
* * * * *
Apakah empat kekotoran tingkah laku yang telah ia singkirkan itu ?
Yaitu
membunuh makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, berzinah dan berbohong.
Apakah empat dorongan yang mendasari perbuatan-perbuatan jahat yang tidak ia lakukan ?
Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan :
• atas dorongan rasa senang sepihak (chanda gati),
• atas dorongan kebencian (dosa gati),
• atas dorongan ketidak-tahuan (moha gati), dan
• atas dorongan rasa takut (bhaya gati).
Tetapi karena para siswa Ariya tidak terseret oleh ke-empat dorongan-dorongan tersebut,
maka ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat."
* * * * *
Kemudian Sang Buddha menerangkan lebih lanjut :
"Siapa pun yang karena rasa senang se-pihak atau kebencian atau ketidak-tahuan
atau ketakutan telah melanggar Dhamma,
maka nama baik dan kemashyuran-nya akan menjadi pudar,
bagaikan bulan yang susut pada masa bulan gelap."
"Siapa pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian, atau ketidaktahuan
atau ketakutan tidak pernah melanggar Dhamma,
maka nama baik dan kemashyuran-nya menjadi sempurna dan penuh,
bagaikan bulan purnama pada masa bulan terang."
A.
"Dan apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan itu?"
Yaitu :
1. Gemar minum minuman yang memabukkan,
2. Berkeliaran di jalan pada saat yang tidak pantas,
3. Mengejar tempat-tempat hiburan,
4. Gemar berjudi,
5. Bergaul dengan teman-teman jahat,
6. Kebiasaan malas.
"O putera kepala keluarga, terdapat pula enam bahaya karena :
1. Gemar minum minuman yang memabukkan,
yaitu:
• Kerugian harta secara nyata,
• Bertambah-nya pertengkaran,
• Tubuh mudah terserang penyakit,
• Kehilangan sifat yang baik,
• Terlihat tidak sopan,
• Kecerdasan menjadi lemah.
2. Berkeliaran di jalan pada saat yang tidak pantas,
terdapat enam bahayanya, yaitu:
• Diri-nya sendiri tidak terjaga dan tidak terlindung,
• Anak-isteri-nya tidak terjaga dan tidak terlindung,
• Harta kekayaan-nya tidak terjaga dan tidak terlindung,
• Ia dapat di-tuduh sebagai pelaku kejahatan-kejahatan yang belum terbukti,
• Menjadi sasaran desas-desus palsu,
• Ia akan menjumpai banyak kesulitan.
3. Mengejar tempat-tempat hiburan,
bahaya-bahaya-nya adalah ia akan selalu berpikir :
• Dimana-kah ada tari-tarian,
• Dimana-kah ada nyanyi-nyanyian,
• Dimana-kah ada pertunjukan musik,
• Dimana-kah ada pembacaan deklamasi,
• Dimana-kah ada permainan tambur,
• Dimana-kah ada permainan genderang.
4. Gemar berjudi,
bahaya-bahaya-nya adalah :
• Bila menang, ia memperoleh kebencian,
• Bila kalah, ia kehilangan harta kekayaan-nya,
• Kerugian harta benda secara nyata,
• Di pengadilan kata-kata-nya tidak berharga,
• Ia dipandang rendah oleh sahabat-sahabat dan pejabat-pejabat pemerintah,
• Ia tidak disukai oleh orang-orang yang akan mencari menantu,
karena mereka akan berkata bahwa seorang penjudi tidak dapat memelihara seorang isteri.
5. Bergaul dengan teman-teman jahat,
bahaya-bahaya-nya adalah ia menjadi teman dan sahabat dari :
• Setiap penjudi,
• Setiap orang yang gemar ber-foya-foya,
• Setiap pemabuk,
• Setiap penipu,
• Setiap orang yang kejam.
6. Kebiasaan menganggur (malas),
bahaya-bahaya-nya adalah ia akan selalu berkata :
• 'Terlalu dingin' dan ia tidak bekerja,
• 'Terlalu panas' dan ia tidak bekerja,
• 'Terlalu pagi' dan ia tidak bekerja,
• 'Terlalu siang' dan ia tidak bekerja,
• 'Aku terlalu lapar' dan ia tidak bekerja,
• 'Aku terlalu kenyang' dan ia tidak bekerja.
Dengan demikian semua yang harus ia kerjakan tetap tidak dikerjakan,
harta kekayaan baru tidak ia peroleh dan harta kekayaan yang sudah ia miliki menjadi habis."
* * * * *
Sang Buddha kemudian menerangkan :
B.
"O putera kepala keluarga,
terdapat empat macam orang yang harus dianggap musuh yang berpura-pura menjadi sahabat,
yaitu :
1. Orang yang tamak,
2. Orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat suatu apapun,
3. Penjilat,
4. Kawan pemboros.
Terdapat pula empat dasar yang menyebabkan orang yang seharusnya dianggap
sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu :
1. Orang yang tamak,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Ia tamak,
• Ia memberi sedikit dan meminta banyak,
• Ia melakukan kewajiban-nya karena takut,
• Ia hanya ingat akan kepentingan-nya sendiri.
2. Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu apapun,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang lampau,
• Ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang mendatang,
• Ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong,
• Bila ada kesempatan untuk membantu ia mengatakan tidak sanggup.
3. Penjilat,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Ia menyetujui hal-hal yang salah,
• Ia tidak menganjurkan hal-hal yang benar,
• Ia akan memuji diri-mu dihadapan-mu,
• Ia berbicara jelek tentang diri-mu dihadapan orang-orang lain.
4. Kawan pemboros,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Ia menjadi kawan-mu apabila engkau gemar akan minum minuman keras,
• Ia menjadi kawan-mu apabila engkau sering berkeliaran di jalan pada waktu yang
tidak pantas,
• Ia menjadi kawan-mu apabila engkau mengejar tempat-tempat hiburan dan
pertunjukkan,
• Ia menjadi kawan-mu apabila engkau gemar berjudi."
* * * * *
Sang Bhagava lalu mengucapkan syair berikut :
"Sahabat yang selalu mencari apa-apa untuk diambil,
sahabat yang kata-kata-nya berlainan dengan perbuatan-nya,
sahabat yang menjilat, lagi pula hanya berusaha membuat engkau senang,
sahabat yang gembira dengan cara-cara jahat.
Empat ini adalah musuh-musuh.
Setelah menyadari-nya demikian,
biar-lah orang bijaksana menghindari mereka dari jauh,
seakan mereka jalan yang berbahaya dan menakutkan."
* * * * *
C.
"O putera kepala keluarga,
terdapat empat macam sahabat yang harus dipandang berhati tulus (suhada),
yaitu :
1. Sahabat penolong,
2. Sahabat pada waktu senang dan susah,
3. Sahabat yang memberi nasehat yang baik,
4. Sahabat yang ber-simpati.
Atas empat dasar inilah sahabat penolong harus dipandang berhati tulus :
1. Sahabat penolong,
berhati tulus karena :
• Ia menjaga diri-mu sewaktu engkau lengah,
• Ia menjaga milik-mu sewaktu engkau lengah,
• Ia menjadi pelindung diri-mu sewaktu engkau dalam ketakutan,
• Ia memberikan bantuan dua kali daripada apa yang engkau perlukan.
2. Sahabat pada waktu senang dan susah,
berhati tulus karena :
• Ia menceritakan rahasia-rahasia diri-nya kepada-mu,
• Ia menjaga rahasia diri-mu,
• Ia tidak akan meninggalkan diri-mu sewaktu engkau berada dalam kesulitan,
• Ia bahkan bersedia mengorbankan hidup-nya demi kepentingan-mu.
3. Sahabat yang memberi nasehat yang baik,
berhati tulus karena :
• Ia mencegah engkau berbuat jahat,
• Ia menganjurkan engkau untuk berbuat yang benar,
• Ia memberitahukan apa yang belum engkau pernah dengar,
• Ia menunjukkan engkau jalan ke Surga.
4. Sahabat yang bersimpati,
berhati tulus karena :
• Ia tidak bergembira atas kesengsaraan-mu,
• Ia merasa senang atas kesejahteraan-mu,
• Ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang diri-mu,
• Ia membenarkan orang lain yang memuji diri-mu.
* * * * *
D.
"O putera kepala keluarga,
bagaimana-kah cara-nya siswa Ariya melindungi enam arah itu?
Enam arah itu harus dipandang sebagai berikut :
1. Ibu dan Ayah seperti arah Timur,
2. Para Guru seperti arah Selatan,
3. Isteri dan anak-anak seperti arah Barat,
4. Sahabat-sahabat dan kawan-kawan seperti arah Utara,
5. Pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan seperti arah Bawah,
6. Guru-Guru agama dan Brahmana-Brahmana seperti arah Atas."
"AnakKu, Sigala, putera kepala keluarga,
dengarkanlah baik-baik keterangan ini :
1. Ibu dan Ayah seperti arah Timur.
Ada lima cara seorang anak harus memperlakukan Orangtua-nya seperti arah Timur :
• Aku harus merawat mereka,
• Aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka,
• Aku akan mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga,
• Aku akan menjadikan diri-ku pantas menerima warisan,
• Aku akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia.
Dalam lima cara ini-lah,
Orangtua yang diperlakukan demikian oleh seorang anak seperti arah Timur,
menunjukkan kecintaan mereka kepada-nya dengan:
• Mencegah anak-nya berbuat jahat,
• Mendorong mereka berbuat baik,
• Melatih-nya dalam suatu profesi,
• Mencarikan pasangan (suami/istri) yang pantas,
• Pada waktu yang tepat, mereka menyerahkan warisan kepada anak-nya.
O putera kepala keluarga, dalam lima cara ini-lah,
seorang anak memperlakukan Orangtua-nya seperti arah Timur.
Dalam lima cara ini-lah Orangtua menunjukkan kecintaan mereka kepada-nya.
Demikian-lah arah Timur ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan oleh-nya.
2. Para Guru seperti arah Selatan.
Ada lima, cara siswa-siswa harus memperlakukan Guru-Guru mereka seperti arah Selatan :
* Dengan bangkit (dari tempat duduk untuk memberi hormat),
* Dengan melayani mereka,
* Dengan ber-semangat untuk belajar,
* Dengan memberikan jasa-jasa kepada mereka,
* Dengan memberikan perhatian sewaktu menerima ajaran dari mereka.
Dalam lima cara ini-lah,
Guru-Guru yang diperlakukan demikian oleh siswa-siswa mereka seperti arah Selatan,
akan mencintai siswa-siswa-nya dengan:
* Melatih-nya sedemikian rupa sehingga ia selalu baik,
* Membuat-nya menguasai apa yang telah diajarkan,
* Mengajar-nya secara menyeluruh dalam berbagai ilmu dan seni,
* Berbicara baik tentang diri-nya di antara sahabat-sahabat-nya dan kawan-kawan-nya,
* Menjaga keselamatan-nya di semua tempat.
O putera kepala keluarga, dengan lima cara ini-lah,
siswa-siswa memperlakukan Guru-Guru mereka seperti arah Selatan.
Dalam lima cara ini-lah, Guru-Guru mencintai siswa-siswa mereka.
Demikian-lah arah Selatan ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan oleh-nya.
3. Istri dan anak-anak seperti arah Barat.
Dengan lima cara, seorang istri harus diperlakukan oleh suami-nya seperti arah Barat :
* Dengan menghormati,
* Dengan bersikap ramah-tamah,
* Dengan kesetiaan,
* Dengan menyerahkan kekuasaan rumah-tangga kepada-nya,
* Dengan memberikan barang-barang perhiasan kepada-nya.
Dengan enam cara inilah, seorang isteri yang diperlakukan demikian oleh
suaminya seperti arah Barat dengan :
• Mencintainya,
• Menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik,
• Bersikap ramah-tamah terhadap sanak-keluarga kedua belah pihak,
• Dengan kesetiaan,
• Dengan menjaga barang-barang yang diberikan suaminya,
• Pandai dan rajin dalam melaksanakan segala tanggung-jawabnya.
O putera kepala keluarga, dengan lima cara inilah seorang suami memperlakukan
isterinya seperti arah Barat. Dalam enam cara inilah seorang isteri mencintai
suaminya. Demikianlah arah Barat ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan
olehnya.
4. Sahabat-sahabat dan kawan-kawan seperti arah Utara.
Dengan lima cara,
seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dan kawan-kawan-nya seperti arah Utara dengan:
* Bermurah hati,
* Berlaku ramah,
* Memberikan bantuan,
* Memperlakukan mereka seperti ia memperlakukan diri-nya sendiri,
* Berbuat sebaik ucapan-nya.
Dalam lima cara ini-lah, o putera kepala keluarga,
sahabat-sahabat dan kawan-kawan yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga
seperti arah Utara, mencintai-nya dengan :
* Mereka melindungi-nya sewaktu ia lengah,
* Mereka melindungi harta milik-nya sewaktu ia lengah,
* Mereka menjadi pelindung sewaktu ia berada dalam bahaya,
* Mereka tidak akan meninggalkan-nya sewaktu ia sedang dalam kesulitan,
* Mereka menghormati keluarga-nya.
O putera kepala keluarga, dalam lima cara ini-lah,
seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dan kawan-kawan-nya seperti arah Utara.
Dalam lima cara ini-lah, sahabat-sahabat dan kawan-kawan mencintai,nya.
Demikian-lah arah Utara ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan oleh-nya.
5. Pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan seperti arah Bawah.
Dalam lima cara, seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan-nya
seperti arah Bawah :
* Dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka,
* Dengan memberikan mereka makanan dan upah,
* Dengan merawat mereka sewaktu mereka sakit,
* Dengan membagi barang-barang kebutuhan hidup-nya,
* Dengan memberikan cuti pada waktu-waktu tertentu.
Dalam lima cara ini-lah, O putera kepala keluarga,
pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan yang diperlakukan demikian oleh majikan seperti arah Bawah, akan mencintai-nya dengan cara :
* Mereka bangun lebih pagi daripada-nya,
* Mereka merebahkan diri untuk beristirahat setelah-nya,
* Mereka puas dengan apa yang diberikan kepada mereka,
* Mereka melakukan kewajiban-kewajiban mereka dengan baik,
* Dimanapun mereka berada mereka akan memuji majikan-nya, memuji keharuman nama-nya.
O putera kepala keluarga, dalam lima cara ini-lah,
seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan-nya seperti arah Bawah.
Dalam lima cara ini-lah pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan mencintai-nya.
Demikian-lah arah Bawah ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan oleh-nya.
6. Guru-Guru Agama dan Brahmana-Brahmana seperti arah Atas.
Dalam lima cara,
seorang warga keluarga harus memperlakukan para Pertapa dan Brahmana seperti arah Atas :
* Dengan cinta kasih dalam perbuatan,
* Dengan cinta kasih dalam perkataan,
* Dengan cinta kasih dalam pikiran,
* Membuka pintu rumah bagi mereka (mempersilahkan mereka),
* Menunjang kebutuhan hidup mereka pada waktu-waktu tertentu.
Dalam enam cara ini-lah, o putera kepala keluarga,
para Pertapa dan Brahmana yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga seperti arah Atas, akan menunjukkan kecintaan mereka :
* Mereka mencegah ia berbuat jahat,
* Mereka menganjurkan ia berbuat baik,
* Mereka mencintai-nya dengan pikiran penuh kasih sayang,
* Mereka mengajarkan apa yang belum pernah ia dengar,
* Mereka membenarkan dan memurnikan apa yang pernah ia dengar,
* Mereka menunjukkan ia jalan ke Surga.
O putera kepala keluarga, dalam lima cara ini-lah,
seorang warga keluarga memperlakukan para Pertapa dan Brahmana seperti arah Atas.
Dalam enam cara inilah,
para Pertapa dan Brahmana menunjukkan kecintaan mereka kepada-nya.
Demikian-lah arah atas ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan oleh-nya."
* * * * *
Setelah Beliau selesai berkata demikian, Sigala, putera kepala keluarga itu,
berkata dengan amat gembira :
"Sungguh mengagumkan, Yang Mulia!
Sungguh mengagumkan, Yang Mulia!
Sama hal-nya seperti seseorang menegakkan kembali apa yang telah roboh,
memperlihatkan apa yang tersembunyi,
menunjukkan jalan benar kepada yang tersesat,
atau memberikan cahaya dalam kegelapan,
agar mereka yang mempunyai mata dapat melihat benda-benda di sekitar-nya.
Demikian pula,
dengan berbagai macam cara Dhamma telah dibabarkan oleh Sang Bhagava kepada saya.
Dan sekarang, Yang Mulia,
saya menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma serta Sangha.
Semoga Yang Mulia berkenan menerima saya sebagai seorang upasaka,
yang sejak hari ini sampai selama-lama-nya
telah menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma serta Sangha."
Sumber :
Sang Buddha Pelindungku III
website Buddhis Samaggi Phala
http://www.samaggi-phala.or.id
* * * * * * * * * *
Tentang :
* The Gift of Love - Pangeran Siddharta dan Yasodhara
* Dhamma - Perkawinan dalam Agama Buddha
* Dhamma - Jalan Hidup Umat Buddha Perumah Tangga
* Nasehat Sang Buddha kepada Pasangan Suami Istri
* Kualitas yang Diharapkan Pasangan Suami Istri Dalam Pernikahan
* Kewajiban Seorang Suami
* Kewajiban Seorang Istri
* Kewajiban Seorang Istri - 02
* Sattaka 148 - Tujuh Jenis Istri
* 5 Cara Seorang Istri Diperlakukan Oleh Suami-nya seperti Arah Barat
* 8 Kualitas dalam Diri Seorang Wanita yang Akan Membawa Kesejahteraan dan Kebahagiaan
* 4 Dhamma yang Wajib Dimiliki Seorang Kepala Rumah Tangga
* 4 Jenis Kebahagiaan Bagi Orang Awam Yang Menjalani Kehidupan Berkeluarga
* 4 Nilai yang Menunjang Kebahagiaan Orang Awam Selamanya
* 4 Macam Hal yang Berguna pada Kehidupan Sekarang
* 10 Perbuatan Baik
* 7 Harta Kekayaan Sejati
* Hal - Hal yang Memboroskan Kekayaan
* Dana dari Orang yang Berbudi Luhur
* Kondisi yang diminati, yang menyenangkan, dan yang sulit diperoleh di Dunia ini
* Sigalovada Sutta
* Sigalovada Sutta - Format Buku
* Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua ( Dan Mertua )
* Arah Menghormat
* Arah Menghormat - 02
* Kalyana Mitta
* Persahabatan yang Baik
* Persahabatan yang Baik - 02
* 4 Macam Sahabat Yang Berhati Tulus